Kamis, 17 September 2009

Yuni Margaretha, Perajin Embroidery

Jualan, Buka Kursus, dan Jasa Penyucian

Seni embroidery berasal dari Jepang. Seni menghias kain dengan bordir ini kini banyak dipelajari oleh masyarakat Indonesia. Siapa sangka, bagi yang mau mengembangkannya bisa mendatangkan keuntungan yang menggiurkan seperti yang ditekuni Yuni Margaretha.


Perempuan yang pernah mengenyam pendidikan SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) mengaku awal mula mengenal embroidery di bangku SMK.

’’Saya belajar embroidery saat kelas 2 SMK. Saya tertarik dengan hasil yang didapat dengan kreasi embroidery,’’ ungkap perempuan berumur 30 tahun asal Surabaya ini.

Lulus SMK, sambil melanjutkan kuliah iseng-iseng Yuni membuat aneka kreasi embroidery mulai dari gorden, kain sketsel, taplak meja, bad cover, tudung saji, hiasan dinding, tas, tutup air gallon, tempat tissue dan masih banyak lagi.

Tak disangka kreasi Yuni ini mendapat sambutan yang cukup baik dari teman-teman dan tetangga sekitar sehingga ia banjir pesanan.

Pada 2001, bermodalkan Rp 15 juta pinjaman orangtua Yuni membuat galeri embroidery yang diberinya nama Margriet Embroidery Home yang bertempat di Jl. Penataran Surabaya.

Disini disediakan berbagai ragam kebutuhan interior, mulai dari interior ruang tamu, interior ruang makan dan interior kamar tidur pengantin. Warna khas etnik, putih, putih tulang dan krem, kain katun tenun ini terlihat elegan, ditambah dengan bordiran yang sangat halus.

Harga yang dipatok Yuni memang terbilang sedikit mahal. Untuk taplak meja tamu misalnya, ia mematok harga antara 35-50 ribu tergantung kesulitan bordir.

’’Memang, untuk sebagian orang yang tidak mengerti arti keindahan, harga yang kami patok dianggap terlalu mahal. Namun itu tidak sebanding dengan kerumitan embroidery yang dikerjakan dan bahan-bahan yang harus diimpor,’’ ujar Yuni.

Ciri Khas

Karena harganya terbilang mahal, maka kebanyakan yang menjadi pelanggan tetap adalah orang-orang menengah atas dan ekspatriat khususnya dari Jepang. Mereka sangat menyukai koleksi bordir kain katun tenun yang ada di galeri ini.

’’Ciri khas bordir disini adalah motif bunganya. Bagi warga Jepang, memajang koleksi embroidery seakan mengingatkan mereka seperti berada di kampung halaman,’’ lanjut Yuni sambil menunjukkan beberapa motif bunga yang ada. Ada bunga Tulip, bunga Mawar, bunga Anggrek dan bunga Vitas.

Selain kehalusan bordirannya, yang menjadi daya tarik gallery ini lagi adalah konsumen bisa memesan motif yang dikehendakinya. Sehingga bagi mereka yang ingin berkreasi sendiri, bisa menggambar motif bordir sesuai dengan keinginan mereka dan selanjutnya dikerjakan oleh pekerja gallery ini.

Buka Kurusus

Yuni juga membuka kursus bagi mereka yang ingin belajar seni embroidery. Hingga kini Yuni telah mengajarkan seni embroidery pada 50 muridnya. ’’Sebenarnya untuk kursus hanya bisnis iseng saja. Biasanya saya melayani grup minimal 5 orang,’’ terangnya.

Biaya kursus sendiri Rp 500 ribu, sudah termasuk bahan kursus dan buku-buku panduan.

Selain membuat embroidery dengan dasar kain, Yuni mulai mengembangkan embroidery pada kain tenun, kain katun Paris, dan kain karung.

Lucunya, Yuni juga menyediakan jasa penyucian embroidery karena perawatan dan pembersihannya memang harus ekstrahati-hati agar bordirnya tak rusak. Ke depan, Yuni juga akan membuka galeri di Bali dan Jakarta. [KD]

0 komentar: