Sabtu, 26 September 2009

Telaga Ngebel di Ponorogo


Saat musim durian, plesir ke Telaga Ngebel sangatlah tepat. Di kiri-kanan jalan sepanjang beberapa kilometer menjelang dan di tepi jalan lingkar telaga, banyak warung buah. Ada salak, pisang, lengkeng, rambutan, dan maskotnya tentu saja adalah durian. Setelah mencicipi nikmatnya nasi tiwul ikan telaga, boleh pula pulang bawa oleh-oleh buah durian.

Telaga Ngebel berada di arah timur laut, sekitar 24 km dari kota Ponorogo. Di ketinggian 734 meter dari permukaan laut di kaki Gunung Wilis sebelah barat, membuat udara di sekitar telaga terasa sejuk, kadang malah kelewat dingin bagi mereka yang datang dari kota-kota seperti Surabaya, Semarang, atau Jakarta.

Menuju Ngebel dari arah barat [Wonogiri] langsungmasuk kota, terus ke timur, rambu-rambunya gampang dibaca. Bagi yang datang dari arah utara [Madiun], sampai di Dolopo belok kiri [ke timur] atau bisa juga dari Ponorogo kota melalui Jenangan, seperti yang datang dari arah barat. Jika dari selatan [Pacitan] langsung masuk kota baru belok kanan, lewat Jenangan. Nah, kalau dari arah timur [Trenggalek] tak perlu masuk kota, sampai di perempatan Jetis belok kanan, lalu ikuti rambu. Dari berbagai arah itu, jalan menuju Ngebel sudah diaspal mulus, lus, luuuussssss...!

Di sekeliling telaga pun sudah dibangun jalan aspal, sehingga pengunjung yang berkendaraan mobil, lebih-lebih motor, bisa berkendaraan berkeliling telaga.

Di dalam telaga terdapat pelbagai jenis ikan yang bisa dipancing. Yang tidak boleh dipancing tanpa izin khusus dari pemiliknya adalah ikan peliharaan yang ada di dalam keramba.

Telaga Ngebel belum begitu populer. Paling-paling dikenal warga luar daerah, karena menjadi bagian dari Festival Reog atau Perayaan Hari Jadi Ponorogo, atau karena ada upacara adat larung sesaji yang digelar setiap tanggal 1 Sura. Acara Grebeg Sura di Ponorogo dari tahun ke tahun tampaknya memang makin menarik, karena digabungkan dengan Festival Reog dan pameran produksi. Tambah menarik lagi, terutama bagi kaum muda, agaknya juga karena digelar pentas musik dengan mengundang artis-artis ibukota. Maka, kini acara Grebeg Sura di Ponorogo bisa disejajarkan dengan acara Sekaten di Solo maupun Jogjakarta serta Grebek Maulud di Demak.

Selain pedagang buah, di sekitar telaga banyak kios-kios yang dibangun untuk jualan ikan nila segar-bugar [maksudnya: masih hidup, Red]. Ikan nila itu diambil langsung dari keramba di telaga. Keramba-keramba itu menjadi sumber pendapatan bagi para pengelolanya, namun terasa mengurangi nilai keindahan telaga.

Sarana wisata air berupa perahu kecil hanya dijalankan pada hari Minggu. Pada hari biasa, tampaknya terlalu sepi, sehingga kalau dipaksa jalan, perahu itu hanya akan memboroskan bahan bakar saja. Pengunjung yang mengajak anak-anak bisa mengajak mereka ke taman bermain dengan sarana ayunan dan semacamnya, di sebelah utara telaga, di dekat sarana MCK. [SUS]

0 komentar: