Minggu, 20 September 2009

Jenang Kudus: Rp 4 Juta per Hari!

Kota Kudus selain dikenal sebagai tempat ziarah makam Sunan Kudus juga dikenal sebagai pusat jajanan. Salah satu jajanan yang dikenal luas adalah Jenang Kudus. Sudah sejak dulu masyarakat Kudus ahli membuat jenang berbahan beras ketan. Kemudian ada yang memutuskan untuk memproduksi massal dan memasarkannya sebagai oleh-oleh.

Salah satunya adalah keluarga Ny. Sri Hastutik. Perempuan asli Kudus ini sudah memiliki usaha Jenang Kudus sudah turun temurun dari kakeknya.

’’Saya tidak ingat mulainya tahun berapa. Tapi yang jelas kakek saya semenjak zaman Belanda sudah ahli membuat Jenang Kudus,’’ terang Ny. Sri yang kini meneruskan usaha Jenang Kudus ini dengan merek Barokah 55.

Di rumahnya di daerah Jati Kudus, Ny. Sri memusatkan pembuatan Jenang Kudus dengan dibantu karyawan sebanyak 15 orang.

Rumit
Pembuatan Jenang Kudus ini terbilang sangat rumit dan butuh kesabaran yang tinggi. Untuk mengaduk adonan beras ketan, gula aren, dan santan, menurut Ny. Sri, butuh waktu 12 jam non stop.

’’Kalau zaman dulu dengan manual diaduk di atas tungku selama 12 jam. Tetapi sekarang ini sudah lebih canggih dengan mesin pengaduk. Saya biasa mengaduk mulai jam 5 pagi dan selesai jam 5 sore,’’ ungkapnya yang memiliki 4 mesin pengaduk. Setiap mesin bisa mengaduk sebanyak 100 kg jenang. Sehingga setiap hari Ny. Sri mampu memproduksi 400 kg jenang.

Awal pembuatan Jenang Kudus hanya memiliki satu cita rasa yakni rasa Vanilla. Namun seiring banyaknya permintaan, Ny. Sri membuat beragam cita rasa Jenang Kudus yakni rasa asli vanilla, rasa mocca, rasa coffee, rasa coklat susu, rasa nangka, rasa durian dan rasa melon.

Warna jenangnya pun kini juga tak hanya warna coklat saja. Sesuai dengan rasanya, warna jenang juga mengikuti. Misalnya saja rasa melon, maka jenangnya dibuat dengan warna hijau, rasa nangka dibuat dengan warna kuning dan seterusnya.

Berkembangnya waktu jenang produksi Ny. Sri memang makin banyak pesaing. Jenang yang diedarkan untuk pasar Jawa ini mulai banyak ditiru terutama untuk kemasan dan rasa.

Harga
Meski begitu Ny. Sri punya kiat khusus agar tetap eksis dan pelanggannya tak lari. Salah satunya adalah dengan memberlakukan harga yang stabil dan tidak mengikuti naik turunnya harga bahan baku.

’’Harga bahan baku memang rentan naik turun dan banyak pesaing yang menawarkan harga sesuai harga bahan baku. Tetapi saya selalu memakai harga tengah sehingga harga produk saya tetap stabil. Hal ini membuat pelanggan tak bingung dan tetap setia dengan produk saya,’’ jelas perempuan yang memiliki show room jenang di pinggir jalan raya Kudus-Demak ini ramah.

Selain itu ia juga selalu memantau peredaran produksinya. Meski Jenang Kudus Barokah 55 tergolong tahan lama hingga satu tahun. Namun begitu jenangnya keras, ia segera menarik barangnya dari pasar.

Cita Rasa
’’Yang penting dalam usaha ini adalah selalu mempertahankan cita rasa sehingga produk kita akan selalu diingat pembeli sebagai oleh-oleh,’’ urai Ny. Sri yang mulai mewariskan usahanya ini ke-6 anak-anaknya yang kesemuanya perempuan.

Ny. Sri yang menjual jenangnya mulai Rp 10 ribu ini apabila sedang ramai mampu mengantongi keuntungan Rp 4 juta setiap hari. Biasanya show roomnya dibanjiri pembeli terutama saat libur panjang seperti libur sekolah atau libur Lebaran. Jadi bila Anda melewati Kudus, jangan lupa mampir membeli Jenang Kudus sebagai oleh-oleh di kampung. [KD/8-1]

0 komentar: