Kamis, 17 September 2009

Rame-rame Bikin Tas dari Rotan

Di ibukota Kalimantan Selatan, Banjarmasin, rotan bisa didapatkan dengan mudah dan gratis. Rotan tumbuh lebat di hutan-hutan. Namun, masyarakat sekitar kurang memahami fungsi dan kegunaan rotan, sehingga mereka hanya memanfaatkannya untuk kayu bakar atau sekadar membuat tikar rumah.

Bagi Hamdah, rotan ibarat timbunan emas di dalam tanah, yang menunggu digali dan dipoles. Dengan kemampuan turun-temurun dari neneknya, Hamdah pun menekuni pembuatan tas dari anyaman rotan.

’’Zaman dulu tas anyaman rotan dibuat untuk dipakai sendiri. Padahal, tas anyaman rotan sangat indah dan diminati warga luar Kalimantan,’’ jelasnya.

Tahun 1997 Hamdah membawa contoh tas anyaman rotan buatannya ke Bali. Di Pulau Dewata itu ternyata tas buatannya laris manis. Maka, Hamdah pulang dengan harapan besar.

’’Sepulangnya saya dari Bali saya kumpulkan para ibu di desa saya untuk membuat tas rotan dengan kualitas lebih baik. Sebulan kemudian saya bawa 500 piece tas ke Bali dan semuanya terjual,’’ kenang Hamdah yang tinggal di Desa Candi Laras Selatan, Kec Tapin, Kalimantan Selatan.

Pinjaman Lunak

Niat baik Hamdah ternyata mendapat tanggapan dari pemerintah setempat. Hamdah kemudian diberi kepercayaan sebagai ketua usaha kerajinan rotan Margasari dan diberi pinjaman lunak.

Dengan pinjaman itu, Hamdah kemudian mendapatkan pesanan 1.000 tas untuk dikirim ke Jepang. Hamdah juga mulai mengembangkan usaha pembuatan tas tak hanya berbahan dasar rotan saja, namun juga meliputi enceng gondok dan pelepah pisang.

Kini, usaha yang diketuai Hamdah mampu menghidupi warga sekampung, khususnya kaum ibu yang ada di desanya. Hamdah mematok harga tas rotan mulai Rp 20 ribu. Sedangkan tas enceng gondok dan pelepah pisang dijual dengan harga Rp 40 ribu.

’’Untuk penjualan kami masih mengandalkan Pulau Bali sebagai tempat tujuan wisata,’’ terangnya. [DEWI]

0 komentar: