Sabtu, 19 September 2009

Bisnis Gaun Eksklusif

Capai Omzet Rp 120 juta Saat Ramadan

Siapa bilang mendirikan usaha hanya bisa dilakukan seseorang yang memiliki kemampuan dalam sebuah bidang? Mas’ulah contohnya. Hanya berbekal tekat dan kemampuan, ia yang tak memiliki kemampuan desain dan jahit-menjahit pakaian justru memiliki sebuah butik eksklusif. Uniknya, butik ini malah berkembang pesat dengan omzet mencapai Rp 50 juta bahkan Rp 120 juta saat Ramdan. Bagaimana kiatnya?


Sukses yang diraih Mas’ulah bermula pada 1998. Ia yang memang suka mengamati permintaan pasar terhadap produk garmen kemudian berniat untuk membuka sebuah usaha garmen yang ditujukan untuk pasar menengah keatas. Padahal, ia sama sekali tak memiliki kemampuan dan tak pernah menimba ilmu secara formal untuk mendesain atau membuat baju akhirnya mengajak sang adik.

’’Meskipun saya nggak punya skill tapi saya tahu baju-baju yang disuka oleh pasar. Jadi, ide desain berasal dari saya, hanya saja yang gambar adik. Karena waktu itu saya nggak bisa menggambar desain baju. Saya cuma hobi dandani perempuan. Tapi sekarang saya sudah bisa bikin patrun,’’ ungkap Mas’ulah seraya tersenyum.

Karena kejelian Mas’ulah menangkap permintaan pasar itulah ia lantas mematok pasar menengah ke atas. Pertimbangannya karena pasar tersebut merupakan pasar yang sangat potensial.
’’Kalangan menengah ke atas itu uangnya nggak pernah habis. Ditawari baju apa saja pasti mau beli. Ada yang beli sampai14 item hanya untuk koleksi,’’ terang ibu dua anak yang akrab disapa Mbak Ulah ini.

Promosi
Dengan berbekal Rp 4 juta ia lantas membeli kain di JMP (Jembatan Merah Plaza, Surabaya, Red). Kemudian, kain tersebut dibentuk menjadi dua buah gaun pesta oleh sang adik berdasarkan permintaanya. Setelah busana tersebut jadi, giliran ia yang berperan untuk memasarkannya. Tak mudah memang. Ia yang berstatus sebagai istri Lurah Kedungturi harus berani berjuang dan berkorban selama tujuh tahun untuk melakukan promosi door to door (dari pintu ke pintu). Hanya, cara yang ia lakukan agak berbeda.

’’Saya hubungi teman-teman untuk datang ke kantornya untuk menawarkan gaun pesta yang kami buat,’’ sambungnya.

Rupanya cara ini berhasil. Satu per satu baju pesta yang mereka buat akhirnya terjual. Bahkan, semakin lama semakin banyak permintaan. Sehingga, makin banyak pula baju yang mereka desain. Saking banyaknya gaun yang ditawarkan, ia harus rela berpanas-panas ria sambil mendorong koper dari kantor ke kantor.

’’Waktu itu saya masih sendirian. Suami saya Cuma ngantar di parkiran. Jadi saya yang harus narik koper segitu besarnya sendiri. Sampai dipoyoki orang-orang tapi saya nggak ngereken,’’ aku wanita kelahiran Sidoarjo itu sambil menunjuk koper kenangan.

Tak itu saja, ia juga menerima jahitan dan pesanan gaun pesta dan baju pengantin. Pesanan gaun pesta ia jual seharga Rp 1,5 juta hingga Rp 2,5 juta. Sedangkan untuk gaun pengantin ia sesuaikan dengan budget (anggaran) sang pelanggan. Rp 3 juta untuk gaun pengantin sederhana. Bila ingin mewah maka Mas’ulah mematok harga di atas Rp 5 juta. Cukup mahal memang, tapi ini sebanding dengan harga kain yang digunakan.

’’Saya biasa pakai kain-kain bagus seperti katun Jepang, rose silk, Thai silk, sifon atau tulle,’’ ujarnya.
Batik yang semula tidak ia sukai pun digarapnya untuk memadukannya dengan busana pengantin sesuai pesanan.

Layani Penyewa
Lantaran harga busana yang ditawarkannya cukup tinggi, terkadang para pelanggannya hanya mampu menyewa. Baju-baju dengan budget di bawah Rp 1 juta pun ia layani. Selain itu, ia juga titipkan sebagian produknya di koperasi kantor teman-temannya.

Cara ini membuat usahnya makin pesat. Iasampai kewalahan dengan permintaan pelanggan yang semakin banyak. Karena itu, ia lantas kulakan baju ke Jakarta sekitar akhir 2001 untuk memenuhi permintaan tersebut. ’’Soalnya baju-baju desain saya paling banyak 20-an item. Padahal permintaannya sampai 50 item,’’ sahut wanita kelahiran 6 Mei 1970 ini.

Niat Ibadah
Omzet dan keuntungan yang diperoelhnya setiap bulan pun merangkak naik. Sehingga Ia lantas membuka sebuah butik pada 19 April 2005 yang diberinya nama Sakinah Exclusive di samping rumah. Omzetnya berkisar Rp 30 juta hingga Rp 50 juta dengan keuntungan 40 persen. Gaun buatannya itu juga dapat dipakai oleh muslimah yang memakai jilbab. Tinggal dipadukan dengan baju dasar tertutup. Tak heran, saat Ramadan omzetnya mampu menembus Rp 120 juta. Cukup menggiurkan bukan?

’’Alhamdulillah. Wong saya usaha ini niatnya juga untuk ibadah. Untuk anak dan keluarga saya, juga untuk menyenangkan orang dengan desain baju-baju yang saya buat. Saya percaya bahwa semua usaha yang niatnya untuk ibadah itu pasti akan berhasil. Kuncinya cuma satu, pantang mundur,’’ akunya.

Tekat itulah yang membuat ia tetap bertahan dan memtik hasil yang telah ia tanam selama tujuh tahun. Butiknya tidak pernah sepi. Saat orang sibuk mendaftarakan anaknya ke sekolah sekitar Juni-Juli ia masih mengantongi omzet minimal Rp 1 juta.

’’Saya nggak takut baju-baju saya nggak laku. Karena buat saya itu adalah sebuah karya. Kalaupun tidak laku tetap saya simpan atau saya pakai sendiri. Syukurlah semua baju itu laku terjual meskipun kadang lama.’’ [NUY HARBIS]

0 komentar: