Jumat, 18 September 2009

Puasa dan Matakuliah Perekonomian

Bulan Ramadan atau bulan Puasa. Disebut sebagai bulan Puasa, karena umat Islam (yang telah memenuhi syarat) diwajibkan menjalankan ibadah puasa, yakni menyegah makan, minum, dan perbuatan tidak baik sejak terbit hingga terbenam matahari selama sebulan penuh. Khusus mengenai ’’berbuat tidak baik’’, atau berbuat dosa, atau melanggar syariat, sebenarnya selamanya dilarang dan harus dicegah.

Tetapi, pada saat bulan puasa, hal itu selain dinilai sebagai dosa juga menjadikan ibadah puasa batal. Jika orang yang berpuasa mengabaikannya, melakukan perbuatan larangan seperti menggunjing, menyakiti orang lain dan sebagainya dalam keadaan berpuasa, maka ia akan hanya mendapatkan lapar dan dahaga. Oh, ya, selain makan dan minum, hal halal yang tidak boleh dilakukan dalam keadaan berpuasa adalah bersenggama, walau dengan suami/istri sendiri. Menurut para ulama, kalau sekadar kelon saja tidak sampai membatalkan puasa. Tetapi, ibarat orang berdiri di bibir tebing: berbahaya! Nek kepleset trus kedlesep, gimana, hayo!

Kewajiban berpuasa sebulan penuh bagi kaum muslim yang telah memenuhi syarat itu datang sekali dalam setahun. Ya, pada setiap bulan Puasa itu. Artinya, Islam sangat memerhatikan irama. Ya irama hidup ini. Orang hidup tidak bisa terlepas dari unsur-unsur: wiraga (gerak), wirama (irama), dan wirasa (rasa). Berbahagialah, dan akan lebih berkualitaslah kehidupan seseorang yang telah memahami, menghayati, dan mengatur ketiga unsur itu. Jadi, puasa bukan sekadar urusan agar merasa lapar dan mengingat orang lain yang benar-benar sedang kelaparan, melainkan juga pelajaran praktik mengatur irama kehidupan.

Alam: bumi, langit, dan segenap isinya pun punya irama. Musim, perubahan arah angin, bergantinya siang dan malam, pasang-surut air laut, dan lain-lain adalah elemen-elemen yang mewarnai irama alam ini. Semua itu mengandung bahan pelajaran atau boleh pula disebut sebagai materi kuliah yang tak akan pernah habis digali. Begitu pula puasa, tak lain adalah juga matakuliah yang akan mengantar kita ke tingkatan (maqam) kehidupan yang lebih tinggi.

Puasa adalah pula matakuliah perekonomian. Nilai kenikmatan sepiring nasi dan segelas air bening yang kita nikmati saat berbuka adalah berkali-kali lipat dibandingkan pada saat-saat lainnya. Berpuasa mengajari kita bagaimana membuat perencanaan: takjil apa, minum apa, dan jenis masakan apa yang kita pilih sebagai menu berbuka dan/atau makan sahur. Tubuh kita pun belajar, bagaimana mengelola energi, bagaimana menjalankan metabolismenya ketika seharian tak kemasukan apa-apa. Maka, ilmu biologi bilang, ketika makan kita sebenarnya juga menabung. Ada zat-zat yang bisa ditabung seperti lemak, ada yang mesti diubah formatnya dari zat tepung menjadi zat gula sebelum dimanfaatkan oleh tubuh. Walau namanya menabung, tetapi ’’ekonomi tubuh’’ mengajaran kepada kita bahwa menabung terlalu banyak tidak baik dan justru akan membebani tubuh. Karena itulah orang yang terlalu gemuk kebanyakan lemak biasa disebut sebagai menderita obesitas (penyakit kegemukan).

Begitulah, Puasa adalah matakuliah yang tak ada bilangan SKS-nya, yang kelak akan kita tamat-kan bersamaan dengan umur kita.[p]

0 komentar: