Jumat, 25 September 2009

Sate Cempe [1]

Jualan Sate Cempe, Raih Omzet Fantastis!

Pengin kaya mendadak? Anda bisa coba ikuti jejak Pak Unik (45), begitu ia akrab disapa, pedagang sate cempe yang baru 7 bulan ini bisa menikmati kesuksesan setelah enam tahun jungkir-balik. Pemilik ’Sate Kambing Barongan’ di Jl Wonocolo 65, Sepanjang, Sidoarjo ini pernah terbelit hutang hampir senilai Rp 1 milyar gara-gara usahanya ini. Apa ya kunci suksesnya?

Berbisnis makanan hingga saat ini memang menjadi ladang bagus yang masih bisa digarap. Meski awalnya harus jungkir-balik, bila mau berusaha dan tawakal, sukses pasti bisa tergenggam. Seperti Unik yang memulai usahanya berdagang sate cempe (kambing muda-Red) pada 2001 ini. Bayangkan saja, usaha yang dimulai dari sebuah warung kecil di Pasar Sepanjang itu kini telah menghasilkan omzet Rp 100 juta per hari. Pendapatan itu diperoleh dengan cara berjualan selama 24 jam. Tapi, untuk meraih sukses harus dilaluinya dengan jungkir-balik dulu selama 6 tahun lho…!

Ayah satu anak ini memang tak patah semangat untuk menjalankan bisnisnya berdagang sate cempe. Sejak berdagang di sebuah warung di Pasar Sepanjang, ia banting tulang dari pagi hingga pagi lagi untuk mencari rejeki bagi istri dan Yusuf (14), anaknya. Betapa tidak, mulai pukul 06.00 –18.00 WIB Unik menggelar dagangannya di Pasar Sepanjang. Lalu, pada pukul 18.00 hingga 02.00 dini hari ia ganti menggelar dagangannya di sebuah warung tenda di depan Jl Wonocolo 65 tempat kedai ’Sate Kambing Barongan’ miliknya kini. Cita-citanya waktu itu cuma satu, yaitu punya kedai yang bisa buka 24 jam. Untuk mewujudkan niatnya ini kedai satenya sengaja berdiri tanpa pintu.

’’Dulunya dalam sehari hanya bisa habis 1 kambing saja. Lama-lama meningkat jadi 2, 3, 10 bahkan 40 per hari seperti sekarang,’’ ujar Unik memulai kisahnya.

Tapi, untuk mendapatkan hasil seperti sekarang Unik harus rela mengalami kerugian hingga jumlahnya mencapai Rp 1 milyar. Bahkan ia harus rela menjual harga dirinya. Wah, kok bisa ya?

’’Yang namanya merintis Saya sudah sering jatuh bangun sampai terbelit banyak hutang gara-gara usaha ini,’’ sahutnya.

Ceritanya, saat Unik berdagang di pasar dulu ia sempat jadi boreg (bandar -Red) arisan. Saat pertama berdagang sate, Unik mengaku tak punya modal sedikitpun. Untungnya, ada orang yang juga pengusaha kambing mau bekerjasama untuk menyediakannya seekor kambing muda. Tapi sayang, baru sekali memberi modal kambing sang juragan (begitu ia menyebutnya-Red) tak mau lagi membantunya lagi. Maka, uang hasil arisan pun mulai digerogoti. Ia kerap mengalami kerugian. Untuk menutup kerugian dan biaya hidupnya ia dana yang telah dihabiskan mencapai hampir Rp 1 milyar. Alhasil, saat uang arisan itu diminta oleh sang pemiliknya Unik pun kalang-kabut. Harta bendanya pun habis dijual untuk menutup uang yang telah dipakainya. Rumah, dua mobil dan berbagai tanahnya pun terpaksa terjual. ’’Saking parahnya, harga diri saya juga ikut terjual,’’ sambungnya.

Betapa tidak, gara-gara itu ia harus dimaki dan dicemooh seluruh pedagang pasar. Alhasil, ia harus hidup terlunta-lunta selama lima tahun lebih untuk mengembalikan uang tersebut. ’’Sampai sekarang saja masih ada yang belum saya kembalikan. Mereka ini teman saya. Jadi mereka bilang, biar saja dipakai dulu untuk modal saya usaha,’’ akunya polos.

Ia pun kembali putar otak agar usaha yang jadi tumpuan hidup keluarganya itu tak mandeg. Beruntung, ada juragan lain yang mau meminjamkan dua kambing potongnya untuk menggelar kedai satenya kembali. Unik pun dibantu sang istri dan anaknya untuk berjualan sate. ’’Setelah dagangan dua kambing Saya ini laku dan juragan kasih saya dua kambing lainnya, baru saya bayar dua kambing yang pertama. Begitu seterusnya sampai saya bisa mandiri,’’ papar pria yang menikah pada 1991 ini.

Hingga akhirnya penghasilannya meningkat secara fantastis sejak awal tahun ini. Omzet setiap harinya saja mencapai Rp 6 – 8 juta dari hasil 30 – 40 ekor cempe yang terjual. Setiap cempenya mampu menghasilkan 200 tusuk sate yang dijualnya Rp 10 ribu tiap 10 tusuk dan juga gule yang dijual seharga Rp 5 ribu. Atau, setiap bulannya mencapai Rp 200 juta. Tak heran, satu per satu harta benda mulai dikumpulkan. Mulai rumah, tanah dan kendaraan telah ia miliki. Sebuah bangunan yang dibelinya seharga Rp 60 juta yang kini dipakainya untuk kedai pun sanggup terbeli. Malah, ia sanggup menggaji rekan kerjanya (pegawai-Red) sebanyak 18 orang. Sangat menggiurkan bukan? Semua ini diakui Unik bisa teraih atas rida Allah. [NUY HARBIS]

0 komentar: