Jumat, 25 September 2009

Menjadi Buruh untuk Berguru

Bisnis Perbaikan Jok Motor/Mobil

Ini kisah tentang seorang anak manusia yang tergolong gigih di dalam hidupnya. Untuk mendapatkan ketrampilan merawat dan memperbaiki jok motor/mobil, harjito menjadi buruh. Walau tanpa tanda/ijasah/sertifikat, Harjito boleh dikata telah lulus dengan predikat memuaskan. Kini, ia tak hanya berhasil mmbuka lapangan kerja bagi dirinya sendiri, tetapi juga bagi orang lain.


Sudah 10 tahun usaha servis jok sepeda motor dan mobil ini digeluti Suharjito (27) warga Desa Salamwates, Kecamatan Dongko, Trenggalek. Ketrampilan memperbaiki dan memodifikasi jok kendaraan tidak datang begitu saja. Harjito memperoleh ketrampilan tersebut dengan jalan menjadi buruh atau ikut kerja pada pelaku servis yang telah lama menjalankan usahanya.

Selama 4 tahun ia ikut bekerja menjadi pembantu tukang servis jok di daerah Ngunut, Tulungagung. Selama itu ia betul-betul menekuni dan mencermati bagaimana memperbaiki jok yang baik dan dapat memuaskan konsumen.

Setelah dirasa sudah menguasai ketrampilan tersebut, barulah Harjito pulang kampung dan mencoba membuka usaha sendiri, menerapkan ketrampilan yang dimilikinya.

Dengan modal Rp 1 juta ia membeli 1 unit mesin jahit dan beberapa perlengkapan lainnya untuk mengawali usahanya. Maka dibukalah usaha servis jok sepeda motor dan mobil itu, berlokasi 50 m sebelah barat Kantor Kecamatan Dongko. Tanah atau lokasi yang ditempati itu milik seseorang warga Dongko yang berbaik hati, karena tak menarik uang sewa.

Di Dongko, bisnis ini tanpa pesaing. Karuan saja, Harjito sering kewalahan melayani konsumennya.

Untuk meperlancar pekerjaanya, kemudian ia merekrut satu orang karyawan. Memperbaiki jok sepeda atau mobil memang dituntut trampil dan teliti. Biasanya konsumen hanya mau tahu: jok motor/mobil-nya mesti tampil seperti baru!

Saat ini kebanyakan konsumen datang untuk mengganti kulit atau bungkus saja. Adapun biaya ganti bungkus untuk yang biasa Harjito memasang tarif Rp 25.000. Sedang yang bungkus kualitas bagus Rp 50.000. Selain itu ia juga melayani konsumen yang melakukan variasi dengan biaya sesuai dengan bahan yang digunakan dan model yang diminta konsumen.

Sedangkan untuk kendaraan roda 4 biaya atau borongannya untuk servis sedang atau tidak parah Rp 750.000. Namun bila servisnya total biasanya tarifnya sampai Rp 1,5 juta, dan pengerjaanya membutuhkan waktu antara 5 sampai 7 hari. Setelah dikurangi dengan pembelian bahan sisanya sebagai upah atau hasil berkisar antara Rp 500 ribu - Rp 750 ribu.

Dari usahannya ini setiap bulannya Harjito dapat memperoleh pemasukan tidak kurang dari Rp 1 juta. ’’Biasanya sebulan rata-rata dapat Rp 1 juta. Namun, sering juga hanya mendapat Rp 500 ribu,’’ ujarnya. ’’Tapi, sejak semakin banyaknya orang yang membeli kendaraan usaha saya ya cukup lumayan,’’ lanjut Harjito.

Saat-saat ramai menurut Harjito adalah saat musim penghujan tiba sedang untuk tanggalnya adakah pada tanggal-tanggal muda, selain itu biasanya pada bulan Agustus dan menjelang hari raya juga ramai konsumen.

Ditanya soal kendala, jawabnya, ’’Selama ini saya tidak banyak mengalami kendala. Konsumen saya selama ini tidak pernah ada yang komplain, paling-paling kendalanya ya bila sepi pelanggan pemasukan sedikit.’’

Tampaknya Harjito ayah satu anak dari hasil pernikahannya dengan Parmi (24) ini cukup menikmati pekerjaannya. [PURWO]

0 komentar: