Jumat, 25 September 2009

Mantan Buruh Migran Tulus Subagyo: Kini Dosen, Petani, dan Pengusaha Sukses

Rumahnya di salah satu kawasan elite di Kota Malang, tepatnya di Perum Graha Dewata Blok FF1 No. 1 Joyo Agung. Penmpilan lelaki mungil ini tampak bersahaja. Padahal, sebenarnya ia sebegitu hebatnya!

Dengan ramah Tulus Subagyo menerima Peduli di rumahnya setelah janjian. Ia tinggal di rumah itu bersama sang istri, dr. Ira Setya Waty Subagyo, dan kedua anaknya. Selain sebagai hunian, rumah itu sekaligus dijadikan tempat praktik istrinya sebagai dokter umum dan bisnis wartel.

Tak lama Peduli berada di rumah cantik tersebut. Sebab, bersama Tulus Subagyo, Peduli segera meluncur ke kebun seluas 400 m2. Kebun itu penuh dengan tanaman buah naga. Di kebun ini, Peduli berbincang panjang dengan mantan TKI Jepang ini. ’’Saya jadi TKI di Jepan selama 3 tahun, dari tahun 2000 sampai tahun 2003,’’ ungkap Tulus.

Lebih lanjut dia menuturkan bahwa ia berangkat ke Jepang beberapa saat setelah tamat dari pendidikannya di Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang. Ia tamat dari ITN tahun 1998. Saat itu ia masih tinggal bersama orangtuanya di Probolinggo. Ia baru pindah dan menetap di Kota Malang sejak 2003, sepulang dari Jepang.

’’Di Jepang saya bekerja di sebuah perusahaan plastik yang memroduksi berbagai komponen elektronika,’’ ujar pria kelahiran Probolinggo, 29 November 1973 ini.

Investasi
Kerja di Jepang, kata Tulus, sangat enak. Hampir tanpa kendala dirinya selama kerja di negeri sakura tersebut. Gajinya juga besar. ’’Tahun pertama saja, gajinya di sana kalau dirupiahkan hampir Rp 10 juta per bulan. Itu di luar lembur lho. Tahun kedua, ketiga, dan seterusnya, gaji lebih besar lagi dan jatah lembur juga lebih banyak,’’ ungkapnya.

Hasil kerja di Jepang selama 3 tahun itu, sebagian besar diinvestasikan di pertanian, perikanan, dan usaha wartel. Di pertanian, Tulus membudidayakan buah naga super red sejak 2003. Di perikanan, ia beternak lobster.

Namun, tidak seperti budidaya buah naga dan usaha wartel, ternak lobster tidak dilakukan di Kota Malang, tetapi di Probolinggo, di rumah orangtuanya. ’’Saudara saya yang merawat lobster saya di Probolinggo,’’ katanya. Hasil dari lobster itu, kata Tulus, juga bagus. Setidaknya, dirinya bisa memperoleh pemasukan dari lobster Rp 3 - 4 juta/bulan.

Menikah
Ditanya kenapa cepat-cepat pulang kalau kerja di Jepang penghasilannya sangat besar, Tulus Subagyo menjawab sambil tertawa, ’’Lha, saya kan mesti menikah.’’ Benar, setahun setelah kembali ke Indonesia, tepatnya tahun 2004, Tulus menikah dengan gadis idamannya, Ira Setya Waty, yang kini telah memberinya dua orang anak.

Tulus mengisahkan, ia bertemu Ira ketika dirinya masih kerja di Jepang. Ketika itu ia cuti kerja di tahun ke-2 dan pulang ke Indonesia. Suatu saat, ia main ke tempat salah seorang temannya di Surabaya dan oleh temannya, ia dikenalkan dengan Ira yang waktu itu masih menjadi mahasiswi kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya. Dua tahun pacaran, Tulus langsung melamar Ira dan akhirnya menikah tahun 2004.

Tak berhenti sampai di situ kisah sukses Tulus Subagyo. Sebab, selain jadi pengusaha, sejak tahun 2004 pula, dirinya dipercaya menjadi dosen di Universitas Yudarta, Singosari, Malang. Di sana ia memberikan mata kuliah teknik mesin sesuai dengan bidang keahliannya. Dan untuk menunjang kualitas akademiknya, Tulus pun kini tengah menempuh program magister (S2) teknik mesin di Program Pascasarjana Universitas Brawijaya, Malang. Wah, wah, wah! [KUS]

0 komentar: