Sabtu, 19 September 2009

Beternak Jengkerik [2]

Modal Kecil

Beternak jengkerik itu modalnya kecil, kerjanya singkat dan mudah, tetapi hasilnya gede. Itu yang dapat disimpulkan dari bincang-bincang panjang Peduli dengan Muhammad Abdul Haris alias Pak Mad.

Modalnya kecil, karena untuk beternak jengkerik hanya diperlukan boks sebagai kandang. Boks dibuat dari bahan tripleks, tre (tempat telur ayam yang difungsikan sebagai tempat persembunyian jengkerik), kayu atau bambu, dan paku. Menurut Pak Mad, untuk saat ini, biaya pembuatan 1 boks untuk diisi 2,5 ons telur, kalau menghabiskan Rp 200.000, itu sudah royal. Dalam 1 boks diisi sekitar 220 tre. Tre sebanyak itu seharga Rp 40.000. Usia boks bisa lama sekali dan bisa digunakan hingga panen berkali-kali.

Tak cuma biaya pembuatan boks yang kecil, biaya untuk membeli makanan dan minuman jengkerik juga kecil. Menurut Pak Mad, makanan pokok jengkerik adalah por dan minumnya sawi, wortel, lobak merah, atau bayam. Untuk indukan, dia diberi jagung. Makanan dan minuman tidak diberikan setiap hari, tapi diberikan kalau sudah habis saja.

Kerja peternak jengkerik itu singkat. Hal ini berkaitan dengan singkatnya usia hidup jengkerik. Pak Mad mengatakan, usia hidup jengkerik itu normalnya sekitar 55 hari. Usia itu dibagi menjadi usia telur (10 hari), usia sejak menetas hingga jadi trondo (siap panen) 28 - 30 hari (musim hujan) atau 36 - 40 hari (musim panas). Setelah itu, punggung jengkerik akan tumbuh sayap hingga saatnya mati. Membesarkan jengkerik hingga panen hanya memerlukan waktu 28 - 40 hari. Lebih singkat lagi jika hanya menelurkan jengkerik.

Kerja peternak jengkerik itu mudah. Jika ingin menjadi peternak telur jengkerik, seorang peternak tinggal menyiapkan jengkerik betina yang hendak dijadikan petelur (indukan). Pilih indukan yang baik/sehat. Karena, indukan yang baik/sehat memiliki masa telur yang lebih lama ketimbang indukan yang kurang sehat. Lamanya masa telur ini berkaitan dengan banyak-sedikitnya telur yang akan dihasilkan karena pada masa telur, indukan akan bertelur setiap hari. Menurut Pak Mad, indukan yang kurang baik, bertelur 3 - 4 hari sudah mati. Kalau indukan sehat, masa bertelurnya bisa 10 - 15 hari.

Supaya indukan bertelur, sekian indukan ditempatkan dalam 1 boks bersama jengkerik jantan dengan komposisi lebih banyak betinanya. Sediakan dalam boks itu tempat-tempat kecil berisi pasir hitam.
Indukan akan bertelur di atas pasir itu sehingga telur berwarna putih beras akan bercampur dengan pasir hitam. Biarkan telur bercampur pasir hingga 8 hari. Setelah itu, barulah telur dipisahkan dari pasir. Caranya, telur campur pasir dimasukkan ke dalam air, pasir akan mengendap ke dasar air, sementara telur akan naik ke permukaan air, barulah telur diangkat dari air dan siap dijual atau ditetaskan.

Jika ingin menjadi peternak yang membesarkan jengkerik, kerja seorang peternak juga mudah. Ia bisa menelurkan jengkerik sendiri, bisa pula beli telur di tempat lain. Cara membesarkan jengkerik? Tinggal masukkan boks dan beri makan yang cukup hingga tiba masa panen.

Jengkerik, dikatakan Pak Mad, dipanen sebelum mengeluarkan sayap. Jadi, jengkerik dipanen ketika masih trondo atau setelah dipelihara selama 28 - 30 hari (musim hujan) dan selama 36 - 40 hari (musim panas). Jengkerik jika sudah bersayap harganya jatuh. Kalau yang trondo harganya Rp 34.000 – 35.000/kg, jengkerik bersayap harganya Rp 8.000 - 10.000/kg.

Hasil beternak jengkerik itu gede. Ya, memelihara 1 boks saja, dengan isi 2,5 ons, kalau panen hasilnya bisa 40 - 50 kg jengkerik yang kalau dijual harganya Rp 34.000 – 35.000/kg. [kus/6-1]

0 komentar: