This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Minggu, 16 November 2008

Email Terusan yang Berbuntut Tahanan

Irna Gustia, Alih Istik Wahyuni - detikinet

Jakarta - Berawal dari sebuah email yang lantas diteruskan (forward) hingga nun jauh ke mana-mana, Erick Jazier Adriansjah kini harus mendekam di tahanan Mabes Polri. Erick dituding bisa mengganggu kestabilan dunia perbankan Indonesia.



Erick yang notabene bekerja di bagian sales Bahana Securities dan biasa melakukan pekerjaan memberikan email ke nasabahnya kini harus menanggung sendiri perbuatannya. Pihak Bahana tegas-tegas menolak dikaitkan dengan perbuatan Erick.

Erick tentunya tidak menyangka kegiatannya mengirim email bisa berbuntut tahanan Mabes Polri. Di garda depan perusahaan sekuritas, pegawai seperti Erick adalah penghubung perusahaan dengan nasabahnya.

Apapun namanya staff equity sales atau account executive equity, yang pasti para pegawai ini bekerja di bagian pemasaran untuk mendapatkan nasabah. setelah nasabah didapat mereka bertanggung jawab untuk memberikan informasi setiap pagi kepada nasabahnya.

Nasabah biasa mendapat rekomendasi saham secara resmi atau sekedar rumor. Tujuannya untuk memberikan informasi kepada nasabah apakah berani membeli saham itu atau ingin menjualnya. Tapi seringkali informasi yang ditujukan hanya untuk nasabahnya itu bocor karena nasabah juga mem-forward ke mana-mana.

Bukan rahasia lagi kalau pasar saham, selain data resmi juga digerakkan oleh rumor. Tinggal nasabah itu pintar-pintar mencerna informasi yang ada.

Setelah Erick ditangkap, apa yang terjadi?

"Kami jadi takut memberikan informasi ke nasabah, orang cuma forward email saja kok ditangkap," kata seorang pegawai sekuritas yang posisinya sama seperti Erick ketika dihubungi detikFinance, Senin (17/11/2008).

Pegawai di perusahaan sekuritas besar itu mengaku biasanya setiap pukul 08.00 WIB dirinya langsung memberikan email ke nasabahnya. "Tapi pagi ini teman-teman yang lain sudah takut mau kasih rekomendasi saham ke nasabah. Kita kan biasa seperti itu," katanya.

Kronologis dari penangkapan Erick berawal sambung-menyambung email saham. Seperti Jumat, 14 November 2008. Wirianto, seorang pegawai Bank Panin, tiba-tiba menerima sebuah forward email. Email datang dari rekannya, Chris, warga Indonesia yang tinggal di Singapura dengan alamat email Christophorus.Soemijantoro@barclayscapital.com.

Ketika email dibuka, Wirianto pun langsung tercengang membaca isi surat elektronik itu. Isinya adalah:

"Tolong ini ditelusuri .... ini menyesatkan kalo enggak ada buktinya, Tks and rgds, Chris,"

Kemudian isi forward dari email itu adalah:

"Market news stated that several lndo bank is having a liquidty problem and fail to complete interbank transaction. These lndo banks include : Bank Panin (PNBN), Bank Bukopin (BBKP), Bank Arta Graha (INPC): Bank CIC (BCIC) dan Bank Victoria (BVIC). We will keep you updated' (Berita pasar mengabarkan bahwa beberapa bank di lndonesia mendapat masalah likuiditas dan kegagalan dalam menyelesaikan transaksi antarbank. Bank tersebut diantaranya : Bank Panin, Bank Bukopin, Bank Arta Graha, Bank CIC, dan bank Victoria)"

Data dalam email forward tersebut menyebutkan pesan dikirim dengan ID PT Bahana Securities tanggal 13 November 2008 pukul 16.59 WIB.

Di lain tempat, Bank Arta Graha juga digemparkan oleh sebuah fax yang masuk. Isinya kurang lebih sama, tentang kondisi Bank Arta Graha yang tidak sehat dan mengalami gagal transaksi antar bank.

Rumor inilah yang kemudian merebak ke hampir semua bankir dan pemain pasar modal melalui email dan pesan singkat. Saking heboh wabah rumor ini, sampai-sampai Gubernur BI Boediono pun terpaksa mengurungkan niatnya berangkat ke Washington DC, AS untuk menghadiri pertemuan G-20 dan bertemu Gubernur Bank Sentral AS Ben Bernanke.

"Saya tidak jadi ke AS karena desas-desus ini, kasihan teman-teman saya," ujarnya Jumat kemarin.

Tak mau buang waktu, malam itu juga Bank Indonesia dan Bank Arta Graha melaporkan hal ini sebagai perbuatan tak menyenangkan dan informasi bohong ke Mabes Polri. Penyidik pun langsung memeriksa para saksi yaitu Wirianto (Bank Panin), Andy Kasih (Bank Arta Graha), Tamunan (Bank Victoria) dan Arif Wiryawan (Bank Bukopin).

Dari hasil pemeriksaan para saksi, disimpulkan rumor ini sangat mengkhawatirkan dan dapat mengakibatkan masalah ekonomi yang lebih luas di Indonesia. Kemudian penyidikan dilanjutkan dengan melakukan proses imaging pada CPU (Central Processing Unit) milik Wirianto di Bank Panin dengan alamat Jl. Jend Sudirman Kav. 1 Senayan Jakarta Selatan.

Selanjutnya hasil image hard disk langsung diproses secara laboratoris dengan menggunakan tools yang diperuntukkan untuk penegak hukum di Computer Forensic Laboratory. Hasilnya menunjukkan bahwa benar Wirianto menerima email yang berisikan berita pasar tersebut.

Berbekal bukti ini, penyidik cyber crime langsung memeriksa pejabat-pejabat PT Bahana Securities sebagai saksi. Mereka adalah Benny Bambang Soebagjo (Head of Equity Sales and Trading PT Bahana Securities) dan Heri Sunaryadi (Direktur Utama PT Bahana Securities).

Dari pemeriksaan itulah bisa dipastikan bahwa Erick Jazier Ardiansjah selaku pengirim email rumor memang bekerja sebagai sales di PT Bahana Securities. Penyidik pun segera melakukan imaging terhadap CPU Erick.

Esok harinya, Sabtu 15 November 2008 siang, Kanit V IT dan Cyber Crime Mabes Polri akhirnya membekuk Erick Jazier Ardiansjah sebagai tersangka penyebaran rumor kesulitan likuiditas perbankan yang menghebohkan dunia perbankan.

Dalam pemeriksaaannya, Kombes Kanit V IT dan Cyber Crime Petrus Reinhard Golose menyatakan, motivasi Erick mengirim dan menyebarkan email tersebut lantaran inisiatif sendiri .

"Tidak ada instruksi dari atasan dan direktur juga," katanya dalam keterangan pers Minggu (16/11/2008).

Manajemen PT Bahana Securities pun tidak tinggal diam. Minggu pagi kemarin, manajemen langsung merapatkan diri membahas ulah pegawainya ini. Hingga pada Minggu siang Direktur Utama PT. Bahana Securities Heri Sunaryadi mengeluarkan pernyataan resmi.

"Terkait dengan tindakan yang diduga dilakukan oleh salah satu pegawai Bahana Securities, kami tegaskan bahwa tindakan tersebut jika benar dilakukan, merupakan tindakan pribadi yang melanggar peraturan perusahaan karena telah menyebarkan informasi yang tidak berdasarkan data dan fakta dan oleh karenanya tidak bersangkut paut dengan PT Bahana Securities," katanya.

Wajar jika Bahana Securities dibuat pusing tujuh keliling. Bagaimana tidak, posisi Bahana Securities bisa dibilang masih 'cucu' dari Bank Indonesia. Sebesar 100% saham PT Bahana Securities dimiliki PT. Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero).

Sementara PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia sendiri merupakan BUMN yang 82.2% sahamnya dimiliki oleh Bank Indonesia dan 17.8% dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia melalui Departemen Keuangan. Jika tindakan Erick ini benar, maka ibarat Malin Kundang yang durhaka pada ibunya.

Erick kini sudah diamankan. Namun beberapa pertanyaan yang mengganjal masih tersisa. Dari mana Erick mendapat informasi dan analisa tersebut? Benarkan ia sedemikian bernyalinya menyebarkan badai yang mengancam otoritas BI sebagai pemilik sahamnya sendiri?

Kepolisian mensinyalir masih ada pelaku di belakang Erick. Pelaku inilah yang memberikan informasi kepada Erick. Dalam pemeriksaannya, Erick mengaku mendapat informasi dari sesama broker. Kepolisian pun kini tengah mengincar broker mana yang dimaksud Erick.

Sembari menunggu hasil pencidukan broker tersebut, polisi mewanti-wanti masyarakat. Jika mendapat informasi yang bisa mengganggu ketentraman, Jangan sekali-kali memforward atau ikut menyebarkan informasi tersebut. Karena bisa-bisa Anda ikut dibekuk!

"Apabila ada informasi elektronik yang menyesatkan, agar masyarakat segera melapor kepada pihak kepolisian," kata Pak Polisi.(ir/rou)
sumber: detik.net

Rabu, 10 September 2008

hal-hal sederhana yang dapat kita lakukan untuk menghentikan global warming :

Jangan biarkan TV berada dalam status standby. Biasakan matikan TV dengan menggunakan tombol on/off di pesawat TV jika sedang tidak menonton. Biarpun TV berada dalam status standby, energi listrik yang dikonsumsi tak ada bedanya dengan menyalakan lampu bolam 75-100 watt.


1. Matikan lampu ketika meninggalkan rumah atau sebelum tidur.
2. Bekerjalah dalam ruangan tanpa menggunakan lampu listrik. Jika memungkinkan, Anda cukup menggunakan cahaya alami dari sinar matahari.
3. Ganti bolam lampu (regular incandescent light bulbs) dengan lampu hemat energi (compact fluorescent bulbs - CFL’s). CFL’s memang lebih mahal namun jenis lampu ini hanya menggunakan 25-33% energi dari yang digunakan lampu bolam biasa. Sebagai catatan, saat ini lampu CFL’s digunakan oleh hanya 6% konsumer.
4. Jangan biarkan TV berada dalam status standby. Biasakan matikan TV dengan menggunakan tombol on/off di pesawat TV jika sedang tidak menonton. Biarpun TV berada dalam status standby, energi listrik yang dikonsumsi tak ada bedanya dengan menyalakan lampu bolam 75-100 watt.
5. Cabut kabel charger handphone, kamera digital, telepon wireless, dan gadget lainnya dari saklar listrik jika tidak menggunakannya.
6. Jangan gunakan screensaver jika komputer tidak digunakan. Sebaiknya Anda menggunakan sleep mode atau aturlah agar komputer Anda berada dalam status “hibernate” setelah tidak digunakan selama 30 menit. Cara ini akan menghemat energi dan jauh lebih efisien dibandingkan jika Anda mematikan komputer dan kemudian me-restart saat membutuhkannya.
7. Jika membeli produk elektronik, pilih yang memiliki label “Energi Star”.
8. Atur suhu kulkas antara 2-5 derajat Celcius dan suhu freezer -18 derajat Celcius.
9. Pilih shower daripada bath untuk mandi. Penggunaan bath membutuhkan 4 kali energi lebih banyak dibanding penggunaan shower.
10. Berhematlah menggunakan air bersih. Hindari pemakaian air panas terlalu sering untuk mandi.
11. Konsumsi produk-produk refill. Langkah ini akan menghemat konsumsi kertas atau plastik yang sering dipakai sebagai packaging produk.
12. Berhematlah menggunakan kertas di kantor maupun di rumah. Anda dapat memulainya dengan sehemat mungkin mengkonsumsi kertas tisu atau kertas folio. Saat mencetak (print), usahakan cetak di kedua sisi kertas. Untuk coret mencoret, gunakan kertas bekas yang telah digunakan. Berhemat kertas sama artinya kita melindungi pohon-pohon dari penebangan.
13. Kurangi penggunaan kantong plastik. Kantong plastik adalah produk yang sulit dimusnahkan dan dapat meningkatkan jumlah karbondioksida serta metana ke atmosfir bumi, menyebabkan polusi udara, tanah dan air tanah.
14. Tanamlah pohon-pohonan karena sepanjang usianya, sebuah pohon mampu menyerap 1 ton karbondioksida.
15. Pilih makanan produksi lokal. Makanan impor didatangkan dengan transportasi yang membutuhkan bahan bakar.
16. Belilah makanan segar daripada makanan-makanan yang diawetkan atau yang didinginkan.
17. Kurangi konsumsi daging. Boleh percaya boleh tidak, sapi adalah penyumbang terbesar metana yang mereka hasilkan setiap bernafas. Dan metana adalah penyebab utama efek rumah kaca.
18. Jika Anda ingin membeli mobil, pertimbangkan konsumsi bahan bakar yang dibutuhkan mobil tersebut. Jadikan mobil hemat bahan bakar sebagai pilihan Anda meski tidak terlihat mewah.
19. Menyetir dengan benar akan membantu penghematan bahan bakar. Hindari menyetir secara agresif di jalanan. Pilih gunakan rem tangan daripada rem kaki pada saat-saat tertentu. Matikan mesin mobil bila tidak menggunakannya.
20. Cek ban mobil Anda secara teratur. Ban mobil yang baik akan membantu penghematan bahan bakar mobil.
21. Kendarai mobil Anda dengan kecepatan rata-rata 80 km/j. Pada kecepatan tersebut, konsumsi bahan bakar akan berkurang 25% dibandingkan bila Anda berada dalam kecepatan > 110 km/j.
22. Kurangi penggunaan kendaraan bermotor. Lebih baik Anda menggunakan kendaraan bermotor secara bersama-sama. Pilihan lain, Anda dapat berjalan kaki, naik sepeda, atau angkutan umum.

Senin, 01 September 2008

Majalah Peduli Edisi September 2008


Mantan BMI-HK Buka Warung di Ponorogo


Jika Anda pergi ke Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, dan melintas di Jalan Ki Ageng Kutu, di salah satu tepi jalanraya, Anda akan mendapati kedai yang cantik dan bersih. Kedai itu bernama Kedai Lucky. Tepatnya, kedai ini terletak di Jalan Ki Ageng Kutu No. 38, Tonantan, Ponorogo. Kalau masih bingung, cari perempatan Jeruk Sing. Nah, Kedai Lucky berada di selatan perempatan tersebut.



Mendadak Kaya Gara-gara Digital Printing

Hobinya di bidang desain dan percetakan, mengantarkan Agus Prijanto menjadi orang kaya baru. Meski baru memulai merintis usahanya 1995, kini omzet usahanya mencapai miliaran rupiah. Kisahnya dibeber di Peduli edisi 29, September 2008.



Mengapa Harga Ayam Cemani bisa Ugal-ugalan?


Ayam migran asal Inggris itu dipelihara di daerah Dieng. Mungkin karena kandangnya sederhana dan kurang pengawasan, atau dasar ayam, sudah punya 2 bini pun, si jago itu masih juga terkiwir-kiwir saat melihat kemolekan ayam kampung. Dan terjadilah ’perselingkuhan’ itu. Maka, kemudian lahirlah keturunan yang lebih unggul. Lalu, oleh masyarakat setempat ayam unggul jenis baru itu disebut sebagai ayam kedu. Yang berwarna hitam legam, lalu lebih dikenal dengan sebutan ayam cemani. Jangan lewatkan uraian yang melengkapi apa yang sudah dibeber di Peduli edisi sebelumnya ini, ya?!

Minggu, 24 Agustus 2008

Korban Penipuan Kiai Bertambah

BANYUWANGI - Kiai gadungan H Ir Cahyadi Sugiarta alias KH Ghozali Saefunuha alias KH Soca Manggala, 46, hingga kemarin masih terus menjalani pemeriksaan di Mapolsek Muncar. Polisi masih terus menyelidki kemungkinan ada korban lain.


Kapolsek Muncar AKP Ketut Redana mengatakan, hingga kini korban kiai gadungan yang mengaku asal Jl Pisangan Baru, Matraman, Jakarta Timur masih dua orang. ''Karena itu warga yang merasa menjadi korban silakan lapor polisi,'' saran Kapolsek.

Diberitakan sebelumnya, beberapa warga Desa Tambakrejo, Kecamatan Muncar menghajar seorang kiai gadungan. Lelaki yang mengaku bernama Kiai Haji (KH) Soca Manggala alias KH Ghozali Saefunuha alias H Ir Cahyadi Sugiarta itu, diduga menipu warga setempat dengan modus penggandaan uang. Akibatnya, dua warga Desa Tambakrejo mengalami kerugian Rp 54 juta. Dalam menjalankan aksinya, pria 46 tahun selalu menggunakan surban di kepala. Sebelumnya, dia memperdayai Sugiyono, 42, dan Sarji Riyadi, 46, warga Desa Tambakrejo.

Kapolsek masih enggan mengungkap hasil pemeriksaan. Dia hanya mengatakan, tersangka memiliki dua KTP dengan nama dan alamat yang berbeda. "KTP atas nama Cahyadi Sugiarta tertera alamatnya Jakarta Timur, sedang atas nama KH Ghozali Saefunuha alamatnya Cianjur, Jawa Barat," ungkapnya.

Salah satu sumber di polsek menjelaskan, dalam aksinya tersangka memang professional. Dalam pemeriksaan awal, kiai gadungan ini membantah telah bertemu dengan kedua korban di Pantai Grajagan. Dia datang ke Banyuwangi menemui kedua korban karena diajak oleh temannya saat bertemu di Malang. Teman yang mengajak itu, jelas sumber di polsek, guru sepritual dari kedua korban.

Dalam pertemuannya di Malang, tersangka diminta tolong untuk membantu kedua muridnya yang sedang kesusahan. "Keterangan ini memang berbeda dengan keterangan kedua korban, tapi tidak masalah," cetus anggota itu. (abi/aif)


Radar Banyuwangi [Minggu, 24 Agustus 2008]

Sabtu, 23 Agustus 2008

Ditelepon Cewek, Rp 10 Juta Amblas

BOJONEGORO - Modus penipuan melalui ponsel terus berkembang. Setelah beberapa waktu lalu santer beredar SMS (sort message service) yang berisi iming-iming hadiah puluhan juta rupiah. Kini, para pelaku tak segan-segan langsung menelepon calon korbannya. Seperti yang dialami Stevanus Semianta, warga Jalan Rajalawi Bojonegoro.


Informasi dari Polres Bojonegoro menyebutkan, peristiwa itu terjadi Jumat (22/8). Ketika itu korban menerima telepon dari seorang cewek bernama Amanda. ''Cewek itu mengaku sebagai staf bagian informasi sebuah perusahaan telekomunikasi nasional di Surabaya,'' ujar salah seorang petugas Polres Bojonegoro kemarin (23/8).

Menurut petugas, saat itu Amanda menginformasikan bahwa korban mendapatkan hadiah uang tunai Rp 35 juta dan sebuah motor. Hadiah-hadiah itu sebagai ucapan terima kasih perusahaan telekomunikasi tersebut kepada korban sebagai pelanggan.

Lantas, korban yang juga seorang pendeta itu diminta datang ke mesin ATM (autamic metchine teller) salah satu bank terkemuka yang ada di Bojonegoro. Tanpa curiga, korban mengikuti panduan Amanda melalui ponselnya. Namun, saat ia memeriksa kembali saldo di rekeningnya, ternyata berkurang hampir Rp 10 juta. Merasa tertipu, korban lantas melaporkan kejadian tersebut ke Polres Bojonegoro.

Kabag Bina Mitra Polres Bojonegoro Kompol Kusen Hidayat membenarkan adanya laporan kejadian tersebut. Untuk menemukan pelaku, lanjut Kusen, pihaknya berusaha menelusuri pemilik nomor rekening sebagaimana laporan korban. Juga, nomor ponsel yang digunakan pelaku saat menghubungi korban. ''Menurut pengakuan korban, nomor rekening penerima transfer itu atas nama Andul Rahman,'' terang Kusen. (dim)

Radar Bojonegoro [ Minggu, 24 Agustus 2008 ]

Jumat, 15 Agustus 2008

Diperdaya Lewat ATM, Uang Ilham Rp 36 Juta Amblas

Muhammad Aminudin – detikSurabaya

Malang - Modus penipuan dengan memperdaya korbannya melalui ATM sebuah bank kembali terjadi di Malang, Jawa Timur. Akibatnya, uang sebesar Rp 36 juta milik Ilham Bakti (53) habis dikuras sang penipu.



Penipuan dengan modus ini terjadi pada Ilham Bakti(53), warga Jalan Borobudur Agung Timur, Blimbing, Kota Malang. Dia menjadi korban penipuan dari calon pembeli mobil Honda Jazz miliknya yang akan dijualnya melalui iklan di sebuah surat kabar.

Pelaku yang mengaku bernama dr Agung asal Surabaya ini menelepon korban dan memastikan akan membeli mobil miliknya yang akan dijual.

Untuk menyakinkan korban, pelaku siap mentransfer uang muka sebesar Rp 7 juta sesuai kesepakatan. Pelaku menghubungi korban melalui nomor telpon yang tercantum pada iklan penjualan mobil.

"Kita disuruh datang ke ATM untuk mengetahui uang telah ditransfer," ujar Ilham pada petugas kepolisian saat melaporkan kasus ini ke Mapolresta Malang Jalan Jaksa Agung Suprapto Malang, Jumat (15/8/2008).

Namun, pada saat hendak mengecek saldo, korban pada waktu itu menyuruh istrinya untuk datang ke ATM BCA Jalan Ahmad Yani, mendadak pelaku menghubungi melalui pesawat telpon.

Pelaku melalui nomor telpon 081386053641 meminta istri korban mengikuti perintahnya dengan menggunakan akses transfer melalui ATM.

Kesempatan itu ternyata digunakan pelaku untuk menguras uang dalam rekening korban. "Saat saldo diperiksa, uang 36 juta dalam rekening kami hilang," imbuh Ilham.

Bersamaan juga nomor HP pelaku sudah tidak lagi dapat dihubungi.

Sementara ini Polresta Malang masih melakukan penyelidikan modus baru penipuan melalui ATM ini. (bdh/bdh)

Detik, Sabtu, 16/08/2008 01:11 WIB

Senin, 11 Agustus 2008

Untung Sedikit yang Penting Pelanggan Tak Lari

Usaha meracang telah dilakoni perempuan lulusan Universitas Airlangga jurusan Ekonomi Akuntansi ini. Sejak menikah Nur Azizah memang memfokuskan diri menjadi ibu rumah tangga. Setelah putra-putrinya beranjak besar, ia kemudian memutuskan membuka meracang di depan rumahnya untuk mengisi kesibukan.


Zizah –begitu ia akrab dipanggil, menjual aneka kebutuhan pokok rumah tangga. Ada gula, beras, minyak goreng, telur, mie instant, kosmetika, kebutuhan wanita, kebutuhan bayi, rokok, hingga makanan dan minuman ringan.

Memulai usaha pada 2003, Zizah mengeluarkan modal awal sekitar Rp 7 juta. Dana tersebut untuk pembelian rak dan perangkatnya sebesar Rp 2 juta dan pembelian isi dagangan sebesar Rp 5 juta.

Zizah cukup bersyukur tempat tinggalnya cukup jauh dengan pasar tradisional ataupun pusat belanja sehingga penduduk sekitar memang sangat membutuhkan toko meracang sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

Karena itu, lanjut Zizah, di lingkungan tempat tinggalnya banyak bertebaran tempat-tempat meracang sehingga kadang-kadang persaingan harga jadi tak sehat.

’’Selisih Rp 50 saja, pelanggan langsung lari ke tempat lain. Makanya, prinsip saya untung sedikit nggak apa-apa yang penting pelanggan tak lari,’’ ungkapnya.

Untuk memantapkan usahanya, Zizah sering bertanya kepada para pelanggannya apa saja yang mereka butuhkan, sehingga Zizah bisa langsung melengkapi dagangannya.

Misalnya saja, saat lingkungannya banyak anak sekolah, Zizah melengkapi kebutuhan untuk anak-anak sekolah seperti buku dan peralatan tulis dan makanan yang disukai anak-anak seperti es krim dan aneka snack.

Untuk kulakan, Zizah juga tak bosan-bosan mencari informasi tempat kulakan yang paling murah untuk mengejar harga dagangan yang kompetitif. Meski untuk itu Zizah harus menempuh jarak yang cukup jauh.

Uniknya, pembeli yang berhutang pun sering ditemuinya. Zizah masih menoleransi beberapa pelanggan yang berhutang. Nyatanya, menurut Zizah mereka akan membayarnya tepat waktu. [dw]


Jenis usaha: Meracang
Modal awal: Rp 7 juta
Omzet per bulan: Rp 3 - 4 juta
Kiat sukses: Untung sedikit yang penting pelanggan tak lari
Metode pemasaran: Selalu melengkapi kebutuhan pelanggan

Berharap Pemerintah Tertibkan Minimarket

Begitu lulus SMU, pria ini langsung memutuskan membantu orangtuanya melanjutkan bisnis meracang. Telah berpuluh-puluh tahun orangtua Kafi Maulana membangun bisnisnya ini.


’’Saya nggak ingat kapan orangtua buka usaha ini. Tapi, sejak saya lahir orangtua sudah punya usaha ini,’’ jelas pria single yang lahir 1975 ini.

Sebenarnya Kafi sempat ingin bekerja di pabrik atau kerja kantoran, namun melihat orangtuanya sudah cukup tua, Kafi bersama kakak perempuannya memilih meneruskan bisnis keluarganya.

Toko Kafi yang terletak di pinggir jalan Gedangan Sidoarjo, Jawa Timur, cukup besar dan berisi beragam kebutuhan. Mulai kebutuhan pokok seperti gula, beras, minyak goreng, telur dan sebagainya, hingga kebutuhan pendukung lainnya seperti kebutuhan sekolah, kebutuhan memasak, kebutuhan perempuan dan sebagainya. Kafi juga menambahkan penjualan pulsa dan wartel di tokonya ini. Hal ini untuk mengantisipasi sepinya pembeli, setelah banyak orang memilih minimarket yang kini sudah merambah gang-gang kecil di pinggiran kota.

’’Di wilayah saya sudah ada tiga minimarket yang berdiri. Ini sama saja ’membunuh’ usaha kecil seperti saya ini. Padahal, harga mereka jauh lebih mahal. Selisih harganya saja bisa sampai Rp 500,’’ ungkapnya.

Padahal, bila pelanggan belanja di tempatnya dan terlalu mahal mereka langsung protes. Anehnya, lanjut Kafi, mereka menikmati belanja di minimarket meski harganya jauh lebih mahal.

Padahal, bedanya hanya soal tempat saja, minimarket memang menyediakan tempat yang nyaman dan dilengkapi AC.

Kafi berharap, pemerintah memiliki kebijakan untuk menertibkan minimarket-minimarket yang didirikan seenaknya.

Kalau hal ini dibiarkan, ia yakin bisnis meracang seperti yang berpuluh tahun menjadi sumber kehidupannya akan mati pelahan-lahan. Untuk itu segala trik bisnis diterapkannya agar usahanya laris. Termasuk diperbolehkannya pembeli berhutang dalam jumlah tertentu, atau bayar mundur sebulan sekali saat gajian.

’’Ada yang sudah langganan bertahun-tahun, bayarnya kalau suaminya gajian setiap awal bulan. Ya nggak apa-apalah, ketimbang nggak laku. Yang penting modal kembali,’’ terangnya. [dw]


Jenis usaha: Meracang dilengkapi wartel dan penjualan pulsa
Modal awal: Sekitar Rp 200 ribu
Omzet per bulan: Rp 5 - 6 juta
Kiat sukses: Beri kelonggaran cara pembayaran pada pelanggan

Usaha Meracang di Tengah Himpitan Minimarket

Usaha meracang (toko kelontong) sering menjadi alterntif utama usaha sampingan rumah tangga. Selain tak butuh modal besar, usaha meracang bisa dilakukan di rumah, garasi, atau membuat toko kecil di areal rumah.


Mau tak mau, meracang memang dibutuhkan oleh masyarakat. Apalagi bila letak rumah cukup jauh dari pasar atau pertokoan. Meski untung sedikit, usaha meracang menjadi usaha sampingan yang hingga kini dipilih banyak orang.

Meracang biasa ditemui dalam dua jenis, yakni meracang yang menjual kebutuhan pokok basah seperti sayur-mayur dan lauk-pauk, atau meracang yang menjual kebutuhan pokok kering seperti beras, gula, garam, teh, dan sebagainya.

Karena merupakan usaha rumahan, meracang sering dianggap remeh sebagai usaha ’iseng’. Padahal bila ditekuni, meracang bisa jadi sumber pendapatan pokok sehari-hari, dan tak sedikit orang yang menjadi kaya lantaran meracang.

Kesulitan utama bisnis ini –seperti dijelaskan oleh Nur Azizah, seorang pelaku bisnis meracang-- adalah banyaknya pelaku usaha sehingga menimbulkan persaingan bisnis tak sehat.

’’Di desa saya setiap sepuluh rumah hampir bisa dipastikan ada yang berjualan meracang,’’ tegasnya.

Karena banyaknya penjual maka bersaing harga sudah sangat biasa. Meski hanya terpaut Rp 50 saja pembeli bisa lari dan mencari meracang yang paling murah.

’’Kalau berbisnis meracang memang harus mengikuti harga pokok pasar sehingga bisa mematok harga yang paling murah. Meski untung sedikit yang penting pelanggan tak lari,’’ terang perempuan lulusan Universitas Airlangga yang memilih menjadi ibu rumah tangga sekaligus membuka meracang di rumahnya.

Hal yang sama juga dibenarkan oleh Kafi Maulana. Pria jebolan SMU yang membuka meracangnya di Gedangan, Sidoarjo, Jawa Timur, setiap saat mengikuti perkembangan harga.

’’Saya sering kelayapan ke pusat-pusat belanja, mini market sampai ke pasar-pasar tradisional untuk membandingkan harga. Jangan sampai harga yang saya patok lebih mahal dari tempat lain,’’ ungkapnya.

Meski begitu Kafi kecewa juga dengan maraknya minimarket yang merambah tempat-tempat terpencil. Hal ini sangat merugikan bisnis meracang seperti yang ditekuninya dan menimbulkan persaingan tak sehat. Apalagi, lanjut Kafi, minimarket tersebut punya keungulan kelengkapan produk dan tempat yang nyaman.

Meski begitu Kafi bisa menjamin barang dagangannya jauh lebih murah ketimbang yang dijual di minimarket.

’’Selisih harganya besar, bisa sampai Rp 500 per mata dagangan. Jadi, jangan tergoda minimarket karena sebenarnya mereka jelas-jelas mahal,’’ terangnya.

Untuk melariskan usahanya, Kafi mendampingi usaha meracangnya dengan usaha wartel dan penjualan pulsa. [dw]

Sabtu, 09 Agustus 2008

Lagi, Penipuan Berdalih Investasi

Diiming-Imingi Untung Besar, Rp 85 Juta Amblas

PLOSOKLATEN- Gaya penipuan dengan dalih bisnis investasi dengan iming-iming untung berlipat, kini terus menjadi tren di masyarakat. Gara-gara tergiur dengan iming-iming itu, banyak masyarakat yang sudah menjadi korban dengan kerugian mencapai puluhan juta rupiah per orang.



Seperti yang dialami Indro Prabowo, 45, asal Geger, Madiun. Pria ini kemarin sore melapor ke Mapolres Kediri lantaran merasa tertipu dengan tawaran investasi yang dijanjikan oleh Asyifa, 40, asal Desa Kawedusan, Plosoklaten. Bukannya untung, dia malah buntung. Kasus tersebut kini dalam penyelidikan petugas.

Dalam laporannya, Indro mengaku kenal dengan Asyfiya sejak beberapa bulan lalu. Asyifa sendiri sudah beberapa kali datang ke rumahnya. Saat bertemu, dia beberapa kali menawari usaha investasi pada Indro. "Korban diajak bisnis usaha produksi pakan ternak," terang Kasatreskrim AKP Didit Prihantoro, kemarin.

Setelah beberapa kali bertemu dan terus diiming-imingi investasi dengan keuntungan besar, lama-kelamaan Indro percaya dan tergiur dengan rayuan Asyfiya. Hingga akhirnya korban bersedia memberikan uang sebanyak Rp. 85 juta untuk bisnis investasi produksi pakan ternak tersebut.

Namun sekitar 2 bulan lalu, Indeo mulai curiga dengan perubahan Asyfiya. Dia mulai sulit untuk dihubungi. Padahal, dia butuh menanyakan bagaimana perkembangan usaha pakan ternak dan uang yang sudah dia investasikan itu.

Merasa curiga, Indro kemudian mencoba untuk mengecek ke alamat CV yang disebutkan Indro. Namun setelah dicek ke Plosoklaten, pihak CV mengaku sama sekali tidak pernah menerima uang seperti yang disebutkan oleh Indro.

Tenty saja Indro kaget. Padahal dia telah menyetorkan Rp 85 juta melalui Asyfiya. Sadar dirinya tertipu, Indro segera berusaha menghubungi Asyifa dengan maksud minta uangnya dikembalikan. Sayang beberapa kali dihubungi, Asyifa hanya memberikan janji akan mengembalikan uang tersebut. Bahkan sejak satu minggu terakhir, dia sudah tidak bisa dihubungi lagi. Akhirnya kasus tersebut dilaporkan ke Mapolres Kediri.

Didit mengatakan, sejauh ini pihaknya baru sebatas menerima laporan resmi dari korban. Dalam waktu dekat, pihaknya akan mengirimkan surat panggilan pada terlapor. "Kalau dalam pemeriksaan terbukti akan kami tahan," pungkasnya. (ery/im)

Radar kediri Minggu, 10 Agustus 2008

Penipuan: Kuras Uang Lewat ATM

MALANG- Sabtu, 17 Juli 2008, pukul 18.30, Linda, 45, Warga Jl Papah Kuning, tergopoh-gopoh masuk ke ruang pelayanan masyarakat Polresta Malang. Sambil membawa kopor berisi pakaian, dia menemui petugas Sentra Pelayanan Kemasyarakatan (SPK) yang bertugas waktu itu. ''Saya tertipu Pak! Uang saya Rp 19 Juta raib setelah transfer ke rekening orang yang memberi informasi bahwa anak saya yang ada di Bandung mengalami kecelakaan,'' katanya dengan nafas tersengal-sengal.


SPK segera merespons dan mempersilakan Linda duduk di sofa yang ada di ruangan tersebut. Segelas air mineral kemasan segera diulurkan kepada Linda untuk meredakan kepanikannya. ''Trims, pak. Saya benar-benar panik,'' ujarnya.

Linda pun panjang lebar menceritakan peristiwa yang baru dialami beberapa jam yang lalu. Dia mengatakan petang itu hendak bertolak ke Bandung, namun dipastikan batal karena kabar anaknya kecelakaan tidak benar. Sebaliknya, anaknya yang bakal pulang ke Malang setelah tahu orang tuanya tertipu.

Itulah peristiwa salah satu korban penipuan yang memanfaatkan kecanggihan teknologi perbankan dan telekomunikasi. Kejahatan ini termasuk salah satu jenis kejahatan yang cukup meresahkan masyarakat. Begitu juga polisi, dibuat seakan tidak berkutik hingga sejak tiga tahun terakhir kasus ini belum ada yang terungkap.

Data yang diperoleh di Bagian Operasional (Bagops) Polresta Malang menyebutkan selama enam bulan terakhir ada sekitar 24 laporan tentang kasus penipuan undian berhadiah menggunakan telepon atau SMS. Modus yang dilakukan rata-rata memberi iming-iming korbannya hadiah barang berupa mobil atau peralatan elektronik.

Pada Januari ada empat laporan dengan nilai kerugian mencapai Rp 151.295.999. Berikutnya, Februari diterima sebanyak tiga laporan dengan kerugian sebanyak Rp 44.710.154 , Maret ada satu kasus dengan kerugian sebesar Rp 30 juta. Pada April ada enam kasus dengan kerugian mencapai Rp 84.999.998, Mei ada satu kasus dengan kerugian senilai Rp 14.998.877 juta. Dan untuk Juni ada empat laporan dengan kerugian sebesar Rp 55.708.000, Juli empat kasus dengan total Rp 32.300.000, dan Agustus dialami Tiwik, warga Lowokwaru dengan kerugian Rp 91.400.000. Jadi total selama enam bulan untuk kejahatan bermodus ini, kerugian mencapai Rp 505.413.028.

Sedangkan modus penipuan terbagi atas lima jenis. Pertama, seperti yang dialami Linda yakni memberi informasi kecelakaan lalu lintas yang dialami oleh salah satu anggota keluarga korban. Kedua mengirimkan informasi via SMS ke nomor HP korban. Contohnya, SMS penipuan yang pernah diterima oleh salah satu masyarakat yang ditunjukkan kepada Radar.

SMS yang diterima pada 23 Juli pukul 11.05 berbunyi: Message from 021-30535521 INDOSAT (555). Kalimat yang tertulis adalah ''Kejutan poin Rp 15 juta resmi diberikan ke pemilik nomor 0341-6223xxx PIN -k7d1547 U/info hubungi kantor pusat Indosat di 021-30535525, 021-33204151. Pesan dari INDOSAT". Ketika dikonfirmasi ke Indosat, ternyata informasi itu tidak benar.

Umumnya info menyatakan jika penerima SMS itu telah memenangkan undian berhadiah yang digelar sebuah perusahaan. Misalnya perusahaan penyedia jasa telekomunikasi dan produsen produk kebutuhan sehari-hari. Setelah info direspons korban, pelaku minta kiriman uang dengan dalih untuk pajak undian atau biaya pengiriman hadiah ke rumah korban.

Besarnya dana yang perlu disetor bervariasi, kisaran 20 hingga 50 persen dari nilai hadiah yang diberikan. Pelaku minta dana itu dikirim melalui transfer rekening bank di ATM. Untuk memuluskan aksinya, pelaku memandu korban melalui HP.

Lalu modus ketiga adalah memasukkan undian berhadiah dalam kantong produk barang misalnya sabun cuci. Undian tersebut menyebutkan jika korban memenangkan hadiah mobil. Untuk memperolehnya, korban harus menyetor pajak hadiah ke rekening milik pelaku. Kadang melalui transfer manual ke bank atau melalui ATM.

Modus berikutnya menyaru sebagai pejabat pusat sebuah instansi pemerintahan di Jakarta atau Surabaya yang minta uang kepada anak buahnya yang ada di Malang. Caranya uang itu ditransfer ke rekning pelaku.

Lalu, modus kelima adalah dengan memanfaatkan kartu ATM yang tertelan di mesinnya. Pelaku sengaja memasang stiker pengumuman di ruang ATM jika kartu tertelan harap menghubungi no milik pelaku. Begitu dihubungi, pelaku bukannya membantu namun malah minta korban menyebut PIN dan menguras rekening korban melalui penguasaan teknologi yang dikuasai.

Jika dipelajari, dari 24 kali kejadian terbanyak terjadi pada Jumat malam, Sabtu, dan Minggu. Dilihat dari itu, pelaku sengaja memanfaatkan hari libur perbankan. Harapannya, ketika aksinya diketahui korban, rekening milik pelaku tidak bisa diblokir pada hari itu. Sehingga memungkinkan pelaku bisa menguras uang korban.

Polisi berdalih, upaya korban melaporkan kejadian yang menimpanya ke polisi sesaat setelah kejadian diyakini belum cukup efektif untuk menghentikan ulah pelaku. Karena laporan polisi yang telah dikantongi baru bisa digunakan memblokir rekening pelaku ketika bank sudah beroperasi, yakni Senin. Lalu, ketika Senin korban datang ke bank, rekening pelaku diketahui sudah habis. Tahu itu, korban pun hanya bisa gigit jari.

Kasat Reskrim Polresta Malang AKP MP Sitanggang SIK mengatakan, upaya polisi untuk melacak pelaku selalu terkendala oleh mekanisme bank yang tidak bisa membeber identitas pelaku melalui nomor rekeningnya.

Andaikan identitas korban diketahui, itu pun setelah dilacak baru diketahui palsu sehingga sulit terdeteksi. ''Kami sudah berusaha, namun lagi-lagi polisi menemui jalan buntu saat dihadapkan pada birokrasi bank,'' kata Sitanggang. Bank, katanya, tidak sembarangan bersedia membeber identitas rekening pelaku.

Sementara itu, Kabagops Polresta Malang Kompol Suroto mengatakan sejauh ini polisi sudah melakukan berbagai upaya sosialisasi kepada masyarakat agar mewaspadai aksi penipuan undian berhadiah. Imbauan di antaranya dengan menempelkan stiker dan spanduk imbauan di ruangan ATM, dan tempat-tempat umum. ''Entah kenapa, stiker yang kami tempelkan esok harinya sudah hilang. Kami juga tidak tahu siapa yang mencopot stiker imbauan itu,'' katanya. (mas/ziz)

Radar Malang Minggu, 10 Agustus 2008

Jumat, 08 Agustus 2008

I Hate the Time, and I Hate Hong Kong


Cerpen: Mada Sundah

Hari tidak hujan, tak ada angin atau pun hujan, masih ada begitu banyak orang di sekeliling Aryhanee. Namun Aryha merasa begitu kosong, begitu sepi. Entah harus ke mana jiwanya pergi. Ia ingin berteriak, namun tak mungkin, atau ia akan membuat geger seluruh asrama.



Ingin rasanya ia menangis, meski ia bukan jenis cengeng. Berat. Sesak. Dan entah harus memakai kata apa untuk setidaknya menggambarkan perasaannya saat ini. Ia masih bisa mendengar suara kawan-kawannya. Ia masih bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka. Namun semua hambar, semua hampa.

Entah ini sakit , atau kecewa. Atau bahkan adalah gabungan dari keduanya 'plus' perasaan- perasaan lain yang sangat menyakitkan.
Betapa saat ini ia jadi sangat merindukan sobat-sobat nya yang kini telah terbang ke Hong Kong. Sahabat tempat ia biasa bertukar pikiran, tempat ia curhat. Ia tak tau mesti pada siapa lagi ia hempaskan kepedihan hatinya saat ini.

’’Jahanam!!’’ makinya. Dalam hati. Karena ia akan dihukum lari sepuluh putaran lapangan samping asrama kalau Lousi sampai mendengarnya.

Saat ini, yang bisa Aryha rasakan hanyalah kebencian pada Hong Kong dan Waktu. Masih teringat jelas kata- kata dalam SMS Nee padanya tadi pagi.

DJEAN & DICA
Invite you to share their joy at their wedding
The wedding ceremony and the wedding banguet will be held
AT Sunday. 11 May ,2008
8/f, Room : 31
RED BOX
Causeway Bay, HK
At. 12 pm to 4 pm
Nothing happines if you not come with us
by. DJ
< Nee dapat undangan dari selir n marumu
Aryha datang ra????? >

Seolah ribuan tangan menampar muka Aryha. Ia malu. Betapa dulu Aryha mencampakkan Nee demi Dica. Dan kini, saat ia harus sendirian di Indonesia, Nee telah jalan dengan yang lain.

Dica yang pernah berjanji akan selalu setia dan menunggu Aryha ternyata mengingkarinya! Dica akan menikah dengan Djean, yang Aryha sendiri tak kenal!

Aryha merasa menjadi cewek paling bodoh di muka bumi. Benaknya kembali ke masa dia masih menjadi BMI di Hong Kong. Aryhanee, memperoleh libur setiap minggu. Dan yang ia lakukan awalnya adalah mengikuti kursus gitar di Central. Gurunya adalah seorang tomboi asal Philipina. Dan dari tiap kali libur menggendong gitar lah Aryha mulai menomboi-kan diri. Dan inilah Hong Kong. Dari tomboinya, akhirnya Aryha masuk ke dunia yang sejak dari Indonesia belum pernah ia bayangkan: LB.

Aryha mengenal Neejie, dan mulai merasa yakin bahwa ia mencintai Nee, seperti dulu ia pernah jatuh cinta pada Agus, tetangganya.
Dan hari-hari di Hong Kong menjadi lebih berwarna setelah Aryha berpacaran dengan Nee.

Namun setelah Aryha pulang Indonesia, dan kemudian Nee juga pulang, mereka mulai menemukan masalah. Terutama karena sangat tidak mungkin untuk LB di Indonesia.

Nee kalah. Dia memutuskan untuk kembali ke Hong Kong, sedang Aryha sudah terlanjur menemukan pekerjaan yang cukup layak di Indonesia.

Sampai Aryha bertemu Dica di Indonesia, Dica yang mantan BMI Hong Kong juga menyatakan jatuh cinta pada Aryha. Pada mulanya Aryha hanya dekat dan menganggap Dica sebagai teman saja. Namun karena sifat LB yang pernah mereka milik, hubungan itu berlanjut.

Dan hubungan denga Nee yang masih berlanjut meski melalui SMS ataupun IDD Call. Jadi mulai muncul masalah, di tambah anak-anak tomboi di sekitar Nee mulai hadir di antara Nee dan Aryha. Dan Nee akhirnya jalan dengan Anank, seorang tomboi dari Jawa Timur.

Akhirnya Aryha membuang Nee demi Dica. Namun Dica pun harus terbang kembali ke Hong Kong,Dica mengumbar janji untuk setia dan jadi LB sejati demi Aryha.

Dan kini, Dica yang tiap kali menelepon Aryha selalu bersikap biasa- biasa saja, ternyata menyimpan racun. Aryha kecewa, mengapa justru wanita yang ia cintai yang telah ia campakkan-lah yang mengabari Undangan Dica, wanita yang seharusnya saat ini adalah kekasihnya. Dan apa yang bisa Aryha lakukan kini? Toh dia di indonesia, sedang mereka di Hong Kong???!!!!

Aryha merenung, apa yang akan ia lakukan kini? Wanita yang ia cinta telah jadi milik orang lain, wanita lain yang seharusnya adalah kekasihnya hendak merit dengan yang lain lagi.

Begitu bodohnya Aryha. Apa yang ia rasakan akan cinta yang semu ini?
’’Nyata kah ini semua?’’ batinnya nanar.

Aryha berpikir, haruskah ia makin parah? mencari lebih banyak mangsa? menyakiti mereka? Karena saat ini ia benar-benar sakit?
Atau kah harus seperti kawa-kawannya dulu? bunuh diri karena ini semua?

Apakah memang sudah saatnya ia bertobat? Kembali pada jalan-NYA? benar-benar mencari suami?

’’Oh.. Lord... I hate the time, and I hate Hong Kong.’’[]



mada_nee@yahoo.com

Menjaring Rupiah dengan Celana Dalam


Fungsi pakaian dalam baik bagi orang dewasa maupun anak-anak lebih banyak menyangkut masalah kesehatan apalagi bagi anak-anak, misalnya supaya tidak gampang masuk angin. Karena itu bahan yang digunakan haruslah lembut serta mudah menyerap keringat.


Sifat seperti ini ada pada pakaian dalam yang diproduksi oleh Sumiati (54) dari desa Sobontoro, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung. ’’Pakaian dalam anak-anak ini sangat cocok untuk ukuran tubuh mereka yang sedang mekar dan melar karena bahan yang saya gunakan cukup lembut dan elastis,’’ katanya.

Sumiati bersama suaminya, Sofian (60), merintis usahanya ini sejak 1980 awalnya yang diproduksi adalah pakaian dalam perempuan yang melipui BH, CD, dan kaos dalam saja. Namun, dengan berkembangnya usaha yang ia rintis dan kejelian dalam melihat pangsa pasar, setelah berjalan selama dua tahun ia beralih haluan untuk memfokuskan pada produksi pakaian dalam anak anak saja sedangkan untuk pakaian dalam wanita yang sampai saat ini masih diproduksi hanya BH saja.

’’Saya pilih pakaian dalam anak-anak ini karena setelah saya cermati pasarnya lebih menjanjikan dan produk yang saya buat sampai saat ini masih bisa bersaing dipasaran,’’ ujar Sumiati.

Untuk membuat pakaian dalam ini Sumiati menggunakan bahan dari kain kaos TC, SBX, dan DS, yang dibeli dari penyedia di wilayah Tulungagung. Mula-mula kain dipotong sesuai dengan ukuran yang diinginkan, bahan dasar itu kemudian dijahit dan diobras, bagian tepinya dineci dan diplipit supaya tidak mbrodhol hingga enak dipakai.

Selain itu, untuk mempercantik tampilannya Sumiati juga menyablon sendiri dengan gambar-gambar yang sedang ngetren dan disenangi anak-anak.

’’Untuk model kebanyakan saya ambil dari majalah dan tabloid serta mencermati pakaian anak-anak yang ada di toko-toko swalayan,’’ Sumiati membocorkan kiatnya.

Dengan 6 orang karyawannya Sumiati dalan satu hari bisa menyelesaikan 30 dosin pakaian dalam anak-anak. Setiap karyawan dalam sehari bisa menyelesaikan 5 dosin dengan sistim borongan , untuk kaos borongannya per dosin sedang BH dewasa upahnya per biji.

Pemasaran

Pasar yang dibidik oleh Sumiati adalah kalangan masyarakat bawah dengan harga yang relatif terjangkau untuk BH dilepas secara grosir Rp 18 ribu/dosin sedangkan singlet dan CD dilepas dengan harga Rp 12 ribu/dosin.

Pembeli utama produk Sumiati adalah pedagang-pedagang kecil atau pedagang eceran serta beberapa toko yang telah menjadi pelanggan tetapnya.

’’Dalam urusan pemasaran selama ini saya tidak mengalami kendala karena saya telah memiliki pembeli tetap yang siap menampung berapa pun yang mampu saya buat,’’ tutur Sumiati.

’’Produk ini saya jual sampai ke pasar Kapasan Surabaya dan Krian, Sidoarjo, selain itu saya juga melayani toko-toko dan pedagang pengecer di wilayah Tulungagung dan Nganjuk,’’ lanjutnya.

Urusan kelancaran keuangan pun, menurut Sumiati sampai saat ini tidak mengalami kendala karena pembayarannyapun selalu lancar. ’’Selama saya buka usaha ini hanya sekali mengalami macet dalam hal pembayarannya. Itu pun hanya satu pedagang namun nilainya cukup besar dan sampai sekarang tidak pernah dibayar dan sampai saat ini uang tersebut saya anggap hangus,’’ katanya.

Masih menurut Sumiati, perihal penjualannya walaupun kondisi pasar pernah mengalami krisis tetap boleh dibilang lancar. Hanya saja, dari segi hasil atau labanya memang mengalami penurunan, karena harga bahan baku serta biaya operasional ikut bertambah banyak.

Modal Awalnya Rp 200 Ribu

Perjalanan Sumiati dalam menggeluti pembuatan pakaian dalam ini cukup panjang. Menurut penuturannya, sebelum memutuskan untuk mandiri ia ketika masih bujang ia sudah terbiasa menjadi karyawan /buruh menjahit selama 2 Tahun di Surabaya, kemudian 2 tahun di Tulungagung dan kebetulan semuanya yang dikerjakan adalah membuat pakaian dalam wanita.

Barulah setelah menikah dengan Sofian ia berpikir untuk mencoba memproduksi sendiri. Maka, dengan modal Rp 200 ribu serta pengalaman yang dimiliki ia bersama suaminya yang kebetulan juga memiliki ketrampilan jahit menjahit pada Tahun 1980 ia mendirikan usahanya.

’’Saat pertama buka usaha ini, yang saya miliki hanya sebuah mesin jahit manual/pancal dan uang Rp 200 ribu hasil dari penjualan perhiasan yang semuanya saya belikan kain kaos dan benang sebagai bahan baku. Bahan baku tersebut dengan dibantu suami, saya kerjakan sendiri sampai jadi dan siap dipasarkan”,tutur Sumiati.

’’Hasilnya saya jual sendiri dari pasar ke pasar di wilayah Tulungagung saja. Yang saya bawa tidak banyak paling banter saat itu sekali jualan saya bawa 5 dosin pakaian dalam, dari jumlah sampai tidak habis, pasalnya untuk untuk merebut pasar selain saya ecerkan sendiri sebagian saya titipkan pada beberapa pedagang pakaian yang ada,’’ lanjutnya.

Langkah pemasaran yang diterapkan oleh Sumiati ternyata cukup efektif untuk memperlancar usahanya karena dengan menitipkan pada beberapa pedagang yang ternyata bisa meningkatkan angka penjualan produknya, dan cara seperti itu tetap digunakan sampai saat ini.

’’Memang saat ini saya tidak jualan lagi secara eceran karena waktunya sudah tidak nuntut, jadi saya tinggal mengirimkan atau memasok pada para pedagang yang sebagian besar adalah langganan lama saya, selain itu saya juga sudah menembus beberapa toko yang siap menerima produk saya,’’ tutur Sumiati.

Dari hasil jerih payahnya merintis usaha pakaian dalam ini dilihat dari sisi ekonomi terlihat cukup mapan. ’’Dari hasil usaha ini sejak awal sampai sekarang yang kelihatan saya bisa membeli 2 buah rumah. Satu untuk tempat tinggal dan yang satunya ya untuk tempat produksi ini,’’ terangnya.

Sementara di rumah produksinya jelas kelihatan peralatan utamanya mesin potong, jahit dan obras yang digunakan semuanya sudah menggunakan listrik.

’’Semua peralatan yang ada ini semuanya saya beli dengan menggunakan uang hasil usaha. Selama ini saya tak pernah menambah modal dari sumber lain, ya hasil dari usaha ini yang saya kembangkan. Bila ada rezeki atau laba saya belikan peralatan. Saat ini saya sudah punya 9 mesin jahit, 1 obras, 1 mesin potong. Bila dibeli bersamaan, tidak kuat uangnya,’’ paparnya.

Pentingnya Stok

Tahun 1991 hingga 1996 menurut Sumiati adalah masa kejayaan usahanya. Dengan memroduksi pakaian dalam yang dipasarkan dengan harga jual Rp 1.000/3 biji, omzet yang diperoleh setiap bulannya selalu di atas Rp 100 juta. Namun, setelah terjadi krismon produk tersebut dihentikan.

Setelah terjadinya krismon tersebut sampai saat ini omzetnya masih bisa bertahan setiap bulannya rata-rata Rp 50 juta,

’’Bila dimintai keterangan mengenai laba bersihnya saya tidak bisa menjelaskan secara rinci, untuk garis besarnya setelah dikurangi bahan baku dan biaya operasional paling banter saya dapat 5% dari omzet,’’ ujarnya.

Yang pasti, semakin besar omsetnya maka semakin banyak pula laba yang diperoleh. Masalahnya untuk mengejar omzet yang lebih besar diperlukan dana yang besar pula.

’’Untuk sementara ini kendala utamanya adalah kurangnya modal kerja, sedangkan pemasarannya saya tidak mengalami kesulitan. Masalahnya kita harus memiliki dana diam yang sewaktu-waktu dapat langsung digunakan bila ada permintaan mendadak atau lebih bagus lagi bila kita memiliki stok barang,’’ katanya.

Selain itu menurut penuturannya untuk dana yang harus disiapkan setiap bulannya rata-rata 2 kali lipat dari jumlah omzetnya, hal ini untuk mengantisipasi bila ada pelanggan yang belum bisa membayar secara penuh. [PURWO]

Kemerdekaan Itu...

Ketika majalah ini sudah di tangan Anda, mestinya nuansa kemeriahan Peringatan Hari Kemerdekaan RI, di HK, makin terasa. Ada yang makin giat berlatih sebagai anggota pasukan pengibar bendera, berlatih baca puisi, atau menari, untuk tampil di Panggung Peringatan HUT-RI. Bahkan, mesti ada pula yang masih menikmati kebanggaan setelah memenangkan perlombaan.


Lalu, marilah kita ingat, namanya juga ’peringatan’—bahwa berbagai perlombaan, berbagai pementasan, karnaval, dan sebagainya itu hanyalah sarana. Adalah alat untuk mempertegas ingatan kita bahwa kemerdekaan itu sebegitu bernilai, bahkan lebih bernilai daripada hidup itu sendiri.

Tetapi, kemerdekaan itu tampaknya ada meterannya, ada timbangannya, ada ukurannya. Ehm. Belum lama ini penyair Heri Latief meluncurkan buku puisi 50% Merdeka. Nah, lho! Eh, konon ia juga akan datang ke HK juga untuk meluncurkan buku itu. Jadi kapan kita bisa menikmati kemerdekaan yang 100%?

Datanglah ke Jakarta, dan saksikan para pemilik mobil mewah itu masih juga hanya bisa bermimpi menikmati kemerdekaan (dari kemacetan jalan raya Jakarta). Dengarkanlah pula gerutuan orang, yang pada intinya mengabarkan bahwa mereka tidak merdeka untuk menyalakan lampu atau menghidupkan perangkat elektronik gara-gara pemadaman bergilir yang jadwalnya pun kadang diubah secara sepihak oleh pengelola aliran listrik negara. Televisi masih juga mengabarkan orang pingsan terinjak-injak saat ngantri BLT.

Persoalan kemerdekaan (hanya) sekian prosen ternyata bukan hanya monopoli orang kecil. Iya ta? Apalagi secara ekonomi. Kabar mutakhir bahwa WTO (World Trade Organization) gagal mencapai kesepakatan di Jenewa (Swis) karena kebijakan terkait pemasaran produk-produk pertanian yang didesakkan negara-negara kaya ditentang oleh kelompok negara berkembang seperti: India, China, dan Indonesia.

Semoga, terutama di bidang ekonomi, kita masih punya nyali untuk meneriakkan tuntuan kemerdekaan persen demi persen. Untuk itu diperlukan kesadaran bahwa kita sedang mengalami dan/atau dalam ancaman: penjajahan. [BONARI NABONENAR, untuk Peduli edisi Agustus 2008]

Senin, 07 Juli 2008

Bos Browser Kemalingan di Soekarno-Hatta


Ardhi Suryadhi – detikinet

Jakarta - Salah satu petinggi Opera Software yang kemarin berkunjung ke Indonesia mempunyai pengalaman tak terlupakan dalam lawatan perdananya. Ia merasakan langsung kelihaian para tikus bandara Soekarno-Hatta.



Bos Opera yang ketiban sial ini adalah Dag Honningsvag, Executive Vice President of Opera. Ia menceritakan langsung pengalaman pahitnya ini dalam kunjungannya ke kantor detikcom Jakarta, akhir pekan lalu.

Kelihaian yang dimaksud Honningsvag adalah mahirnya para pencuri di bandara terbesar di Indonesia itu menyusup ke tas Honningsvag yang dititipkan di bagasi.

Honningsvag pun harus rela kehilangan jam tangannya yang ia simpan dalam tas tersebut. "Yah begitulah," lirihnya, kepada detikINET. "Harusnya saya mengunci tas saya, ini jadi pelajaran besar," tandasnya.

Kedatangan Honningsvag ke tanah air adalah dalam rangka menghadiri acara gathering komunitas pengguna Opera di Indonesia. Ia juga baru bergabung bersama Opera sejak dua bulan lalu, setelah sebelumnya membela bendera Computer Assiciated (CA).

Dari: detik

Sabtu, 05 Juli 2008

Disambut Baik di Hong Kong SEFT akan Berikan Layanan untuk Keluarga BMI di Malang

SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) disebut-sebut sebagai teknik yang revolusioner untuk mengatasi berbagai problem fisik maupun emosi dalam waktu singkat. Sangat singkat, bahkan di dalam buku SEFT yang setebal 261 halaman itu disebut: hanya dalam 2 – 5 menit!


Pendiri SEFT Ahmad Faiz Zainuddin bersama 2 orang asistennya datang dan memberikan layanan bagi 350 orang BMI-HK, Kowloon, Minggu 29 Juni 2009. Syarif Thayib, salah seorang asisten trainer SEFT itu, kepada BI mengatakan bahwa acara di HK tergolong sukses. Seorang BMI-HK pecandu rokok berhasil dilepaskan dari kecanduannya setelah di-tapping oleh rekannya sesama BMI-HK yang sama-sama mengikuti pelatihan pada hari itu juga. ’’Ketika ia coba mengisap rokok setelah di-tapping itu, ternyata malah terbatuk-batuk. Semoga ia tetap, menolak rokok tidak hanya saat itu, melainkan hingga sekarang dan selanjutnya,’’ harap Syarif.
Keberhasilan lainnya?

’’Nah, ada lagi seorang peserta waktu itu bernama Yanti. Ia menelepon setelah kami sampai di Surabaya. Ternyata ia punya majikan yang sudah 76 tahun usianya, menderita stroke, dan susah berjalan. Lalu Si Yanti ini memberanikan diri me-napping majikannya itu, dan alhamdulillah membaik. Si Yanti pun mendapat sambutan apresiasi yang baik dari majikannya itu. Nah, kalau hal semacam itu nantinya berdampak pada peningkatan kompensasi yang diberikan oleh si majikannya itu alangkah baiknya juga kan?’’ tutur Syarif yang ditemui BI di Pujasera Graha Pena (Jawa Pos Surabaya) hingga tengah malam (Jumat, 4 Juli 2008).

Robongan SEFT yang tiga orang itu berangkat dari Surabaya 26 Juni dan berada di HK hingga 2 Juli 2008. Oleh pimpinan media Grup BI Sam Jauhari bahkan sempat diajak menghadiri acara pelepasan pejabat jaksa di KJRI-HK, Jan Maringka, yang akan berpindah tugas ke Jakarta. Pada kesempatan itu pula SEFT dapat tawaran untuk mengadakan acara serupa di HK akhir Agustus hingga awal September ini.

Di Indonesia, SEFT banyak membuka layanan penyembuhgan dan pelatihan-pelatihan, termasuk bakti sosial alias layanan gratis bagi para korban gempa Jogjakarta, pra tahanan dan narapidana. Termasuk Roy Marten pun sempat menyicipi terapi ala SEFT ini.

Sebelum kembali hadir di HK akhir Agustus nanti, SEFT juga setuju untuk menggelar bakti sosial alias pelayanan gratis bagi keluarga para BMI yang ada di tanah air. Dalam waktu dekat ini awal Minggu ke-2 Juli ini akan digelar di Malang. Karena waktunya terbatas, para BMI-HK asal Malang dan sekitarnya yang keluarganya pengin memanfaatkan kesempatan yang sangat baik itu bias menghubungi nomor +6281 837 4138. [BON]

Berita Indonesia, Juli 2008

Minggu, 25 Mei 2008

Awas, Arisan Fiktif

SIDOARJO - Hati-hati dengan penipuan berkedok arisan. Polsek Krian menahan Marupah, 44, yang dilaporkan menipu sebelas orang dengan berkedok arisan. Perempuan warga Desa Watugolong, Kecamatan Krian, itu membawa uang arisan Rp 27,6 juta.



Menurut Kapolsek Krian AKP Kadarisman, Marupah ditahan setelah ada laporan dari Achmad Muadin, 39. Muadin merupakan salah seorang korban Marupah yang dirugikan Rp 2,5 juta. Dia membawa bukti kuitansi pembayaran arisan kepada Marupah.

Penipuan berawal ketika Marupah menawari korban-korbannya ikut arisan. Mereka kemudian bersedia membayar karena dijanjikan kurang dari satu tahun uang tersebut kembali dan diberi keuntungan. Tapi, ditunggu-tunggu, uang itu tidak pernah kembali. "Marupah tidak menepati janji," kata Kadarisman menirukan ucapan Muadin. (nuq/roz

Jawa Pos Rabu, 14 Mei 2008

Jumat, 16 Mei 2008

Siapakah ’Pelaku Pembunuhan’ Itu?

Sekitar pukul 09.49 WIB, rombongan ini melintas di wilayah Ngawi, Jawa Timur menuju Sragen, Solo. Namun saat berada di perbatasan Ngawi-Sragen, tepatnya di kawasan hutan Widodaren, sepeda motor besar yang tunggangi Sophan menghantam lubang besar. Seketika itu juga, sepeda motor tersebut oleng dan akhirnya terjatuh. [dari: detik.com]


Semoga arwah seniman yang juga politisi itu diterima di sisi-Nya. Banyak hal bisa dicatat dari kejadian ini. Salah satu di antaranya, adalah bahwa pihak mana yang memegang amanat membangun dan merawat jalan raya, dan membiarkannya rusak berlubang-lubang seperti itu, secara tidak langsung adalah ’’pelaku pembunuhan’’ atau terlibat dalam urusan ’hilang’-nya nyawa/jiwa orang, manusia, bukan hanya Sophan Sophiaan, tetapi juga sekian banyak jiwa yang lain. [pembaca peduli]

Perempuan Perkasa Pembuat Koral


Kulit wajah dan tangannya tampak jelas telah termakan usia, berkerut-kerut, keriput. Namun semua itu bukanlah halangan bagi Manijah (70) untuk bekerja sebagai pemecah batu.


Perempuan setua dia mestinya sudah tidak lagi melakukan pekerjaan berat. Tetapi, bersama dengan teman-temannya yang kebanyakan perempuan (di Dusun Pathuk, Desa Ngadimulya, Kecamatan Kampak, Kabupaten Trenggalek) menekuni pekerjaan memecah batu (membuat koral). Itu pekerjaan yang lazimnya dilakukan laki-laki. Mungkin Anda kepengin nyeletuk, ’’Wah, ini emansipasi juga!’’ Tetapi, percayalah, Raden Ajeng Kartini pun tak pernah memimpikan emansipasi yang seperti ini.

Koral atau kerakal (untuk ukuran lebih kecil disebut kerikil) dibutuhkan untuk pengecoran, sebagai campuran semen dan pasir.

Untuk membuat koral diperlukan alat berupa amer (hamer) atau palu besi. Palu yang dipakai Manijah tampak sudah sangat aus saking lamanya diadu dengan batu. Dengan palu itulah Manijah meremukkan batu seukuran kepala, kadang juga seukuran kepala kerbau, menjadi kerakal atau koral.

Bayangkanlah, orang lain, perempuan lain seusia dia biasanya sudah ’pensiun’ walau tanpa uang jaminan, atau menjadi penghuni panti jompo. Memang, produktivitasnya tidak setinggi tenaga-tenaga yang lebih muda. Namun demikian, ia telah menyuguhkan pemandangan kepada kita, inilah sosok perempuana perkasa yang tak mau menyerah begitu saja di hadapan kehidupan yang keras, yang makin hari makin keras. Inilah wajah Indonesia yang lain.

’’Maklum nak tenaga saya sudah tidak kuat lagi ya paling banter sehari dapat 3 blek (kaleng, Red). Itu pun kalau batu yang mau dibelah telah ada. Karena batu-batu ini mengambillnya dari sungai dan saat ini mulai sulit untuk mengambilnya,’’ ujarnya dalam bahasa Jawa.

Dengan 3 kaleng koral, Manijah akan mendapatkan Rp 6.000 (1 kaleng dihargai Rp 2.000). Tidak banyak bukan? Tetapi Manijah tidak punya pilihan lain. Hanya menjadi penghancur batu itulah yang bisa ia lakukan dan menghasilkan uang untuk bertahan hidup. Untuk hal ini, orang-orang di sekitar situ pun punya istilah yang cukup ’mengerikan’, ’’Kami orang-orang yang memakan batu.’’

’’Pekerjaan ini sudah saya jalani sejak masih muda, dan memang peluang yang ada di Pathuk ini adalah membuat koral, sebab lokasinya yang dekat dengan sungai yang banyak terdapat batu sebagai bahan baku untuk dibuat koral, serta pengerjaanya pun cukup hanya dengan modal tenaga,’’ tutur Manijah.

Perempuan yang memiliki dua orang anak yang semuanya telah berumah tangga sendiri-sendiri ini tampaknya tidak mau merepotkan kedua anaknya. ’’Selama saya masih kuat dan mampu untuk bekerja saya tidak mau merepotkan anak saya. Biarlah saya tetap seperti ini yang penting saya bisa ikhlas menjalaninya,’’ ujarnya bijak.

Selain Manijah memang ada beberapa perempuan lain di Pathuk yang juga menjadi pemecah batu. Namun, rata-rata usia mereka jauh di bawah Manijah.

Biasanya, penjualan koral yang mereka hasilkan mereka lakukan secara kolektif. Misalnya ada pembeli membawa mobil pick-up, itu memerlukan 60 kaleng koral (isi standar untuk sebuah mobil pick-up). Biasanya tidak ada satu orang yang bisa memenuhi permintaan sebanyak itu. Karena itulah mereka harus menghimpun koral mereka untuk dijual secara kolektf.

Tampak sekali bahwa kerukunan dan kebersamaan antarpembuat koral sangat terjaga. [Majalah Peduli/PURWO]

Perempuan Perkasa Pembuat Koral

Kulit wajah dan tangannya tampak jelas telah termakan usia, berkerut-kerut, keriput. Namun semua itu bukanlah halangan bagi Manijah (70) untuk bekerja sebagai pemecah batu.


Perempuan setua dia mestinya sudah tidak lagi melakukan pekerjaan berat. Tetapi, bersama dengan teman-temannya yang kebanyakan perempuan (di Dusun Pathuk, Desa Ngadimulya, Kecamatan Kampak, Kabupaten Trenggalek) menekuni pekerjaan memecah batu (membuat koral). Itu pekerjaan yang lazimnya dilakukan laki-laki. Mungkin Anda kepengin nyeletuk, ’’Wah, ini emansipasi juga!’’ Tetapi, percayalah, Raden Ajeng Kartini pun tak pernah memimpikan emansipasi yang seperti ini.

Koral atau kerakal (untuk ukuran lebih kecil disebut kerikil) dibutuhkan untuk pengecoran, sebagai campuran semen dan pasir.

Untuk membuat koral diperlukan alat berupa amer (hamer) atau palu besi. Palu yang dipakai Manijah tampak sudah sangat aus saking lamanya diadu dengan batu. Dengan palu itulah Manijah meremukkan batu seukuran kepala, kadang juga seukuran kepala kerbau, menjadi kerakal atau koral.

Bayangkanlah, orang lain, perempuan lain seusia dia biasanya sudah ’pensiun’ walau tanpa uang jaminan, atau menjadi penghuni panti jompo. Memang, produktivitasnya tidak setinggi tenaga-tenaga yang lebih muda. Namun demikian, ia telah menyuguhkan pemandangan kepada kita, inilah sosok perempuana perkasa yang tak mau menyerah begitu saja di hadapan kehidupan yang keras, yang makin hari makin keras. Inilah wajah Indonesia yang lain.

’’Maklum nak tenaga saya sudah tidak kuat lagi ya paling banter sehari dapat 3 blek (kaleng, Red). Itu pun kalau batu yang mau dibelah telah ada. Karena batu-batu ini mengambillnya dari sungai dan saat ini mulai sulit untuk mengambilnya,’’ ujarnya dalam bahasa Jawa.

Dengan 3 kaleng koral, Manijah akan mendapatkan Rp 6.000 (1 kaleng dihargai Rp 2.000). Tidak banyak bukan? Tetapi Manijah tidak punya pilihan lain. Hanya menjadi penghancur batu itulah yang bisa ia lakukan dan menghasilkan uang untuk bertahan hidup. Untuk hal ini, orang-orang di sekitar situ pun punya istilah yang cukup ’mengerikan’, ’’Kami orang-orang yang memakan batu.’’

’’Pekerjaan ini sudah saya jalani sejak masih muda, dan memang peluang yang ada di Pathuk ini adalah membuat koral, sebab lokasinya yang dekat dengan sungai yang banyak terdapat batu sebagai bahan baku untuk dibuat koral, serta pengerjaanya pun cukup hanya dengan modal tenaga,’’ tutur Manijah.

Perempuan yang memiliki dua orang anak yang semuanya telah berumah tangga sendiri-sendiri ini tampaknya tidak mau merepotkan kedua anaknya. ’’Selama saya masih kuat dan mampu untuk bekerja saya tidak mau merepotkan anak saya. Biarlah saya tetap seperti ini yang penting saya bisa ikhlas menjalaninya,’’ ujarnya bijak.

Selain Manijah memang ada beberapa perempuan lain di Pathuk yang juga menjadi pemecah batu. Namun, rata-rata usia mereka jauh di bawah Manijah.

Biasanya, penjualan koral yang mereka hasilkan mereka lakukan secara kolektif. Misalnya ada pembeli membawa mobil pick-up, itu memerlukan 60 kaleng koral (isi standar untuk sebuah mobil pick-up). Biasanya tidak ada satu orang yang bisa memenuhi permintaan sebanyak itu. Karena itulah mereka harus menghimpun koral mereka untuk dijual secara kolektf.

Tampak sekali bahwa kerukunan dan kebersamaan antarpembuat koral sangat terjaga. [Majalah Peduli/PURWO]

Dituntun lewat HP, Tato Wajah

Lima Babinsa Jadi Korban Hipnosis HP

SURABAYA - Sihir lewat handphone ternyata bukan isapan jempol. Buktinya, lima anggota Bintara Pembina Desa (Babinsa) jajaran Kodam V/Brawijaya menjadi sasaran orang-orang tak bertanggung jawab itu.



Mereka dituntun melalui handphone untuk menato wajah. Jahatnya lagi, tato tersebut merupakan tato permanen yang tidak mudah dihapus, kecuali lewat operasi plastik.

Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI Bambang Suranto menceritakan modus operandi tukang sihir itu. Mereka menelepon prajuritnya dan mengaku dari kepala staf Kodim (Kasdim) Gresik. Karena merasa yang memerintah adalah atasan, para prajurit itu mengikuti saja. Mereka juga tak sadar bahwa perintah tersebut tak masuk akal.

Penelepon, kata Bambang, memandu anggota Babinsa tersebut sampai di tempat tukang tato. Ketika pulsanya habis, orang yang mengaku Kasdim tersebut bahkan mengisinya dan memandu sampai ke tukang tato yang menghabiskan waktu puluhan menit.

Begitu sampai, tukang tato menolak karena tidak pernah menato wajah orang. Tapi, "Kasdim" itu meminta untuk berbicara langsung dengan tukang tato. "Anda tolong tato wajahnya. Ini perintah. Yang penting Anda terima bayaran," ujar Bambang seperti yang diakui lima Babinsa yang menjadi korban sihir lewat telepon tersebut.

Akhirnya, tukang tato pun meladeni. Tapi, anehnya, setelah ditato, di antara Babinsa itu ada yang tidak sadar sampai tiga hari. "Begitu sadar, korban melapor kepada Kasdim Gresik bahwa perintahnya sudah dilaksanakan," ungkap Bambang.

Karena Kasdim merasa tidak pernah menyuruh, dia bingung melihat wajah anak buahnya yang nyaris tak bisa dikenal tersebut. Babinsa yang ditato pun terkejut.

Tapi, tidak semua yang ditelepon Kasdim gadungan itu diikuti oleh Babinsa. Ada pula anggota yang tidak mempan dengan ilmu hitam lewat telepon tersebut. "Di antaranya ada juga yang tidak mempan ke tukang tato," jelasnya.

Yang mencurigakan, lima anggota Babinsa yang ditato itu berasal dari Kodim dan Korem yang berbeda. Karena itu, diduga ada unsur tertentu, sehingga meresahkan lingkungan prajurit. Untuk melacak, Pangdam telah memerintah intelijen. Sekarang, Kodam V/Brawijaya bekerja sama dengan PT Telkom sedang mencari penelepon tersebut.

Bambang menyatakan, telepon gelap yang sedang beredar sekarang sengaja dilakukan oleh pihak tertentu yang tidak menginginkan masyarakat tenang. Hal itu sama dengan yang terjadi pada 1965, yakni ada tangan tanpa badan yang dimasukkan ke pintu-pintu warga untuk minta uang Rp 1.000. Ternyata, saat itu lakonnya adalah PKI. "Modusnya sama seperti yang terjadi pada ’65 dulu," ungkapnya. (din/nw)

Jawa Pos, Sabtu, 17 Mei 2008

Jumat, 09 Mei 2008

JENJANG KARIR SEORANG BURUH


Oleh: DR H SOEKARWO [SEKDAPROV JATIM]

Jutaan orang Indonesia menghabiskan lebih-kurang seperempat masa hidupnya untuk menempelkan pantatnya di bangku pendidikan formal untuk mendapatkan gelar sarjana. Memang ada sebagian kecil yang belajar sambil bekerja, tetapi bagian yang jauh lebih besar adalah mereka yang selama sekitar 20 tahun [TK + SD + SMP + SMU + PT = 2 + 6 + 3 + 3 + 4 = 18 tahun, itu jika lancar] hanya menempelkan pantat mereka. Begitu dinyatakan lulus sebagai sarjana mereka pun langsung menghambur ke dalam barisan amat panjang untuk dapat memasuki lowongan kerja di kantor-kantor, dan pilihan pertama mereka biasanya adalah kantor-kantor milik pemerintah. Menjadi pegawai negri. Begitulah.



Menjadi pegawai negri dirasa banyak orang sebagai ’’anugerah terindah’’, sebagai ketiban pulung, dan walau bergaji kecil, kata mereka, jaminan hari tua telah ada [karena kelak mendapatkan uang pensiun]. Maka, ketika menjadi pegawai negri, mereka merasa mapan: aman dan nyaman. Rasa aman dan rasa nyaman demikian, ternyata tak selamanya bermakna positif. Terutama, jika karena rasa aman dan nyaman itu orang lalu jadi gampang ’mengantuk’ dan bahkan gampang terlelap. Maksudnya, orang tak lagi kreatif, sebab kreativitas justru sering muncul dari kegelisahan, bukan dari kemapanan.

Saya tidak ingin mengatakan bahwa menjadi pegawai negri itu kurang atau bahkan tidak baik. Barulah jadi persoalan ketika yang tumbuh di dalam pola pikir masyarakat adalah bahwa semulia-mulianya orang itu ialah jika menjadi pegawai negri. Dan, itulah yang kita saksikan sekarang. Setiap tahun sarjana baru dan sarjana lama [yang bertahun-tahun mengantri karena berulang-ulang gagal dalam penjaringan calon pegawai negri] berebut lowongan kerja di kantor-kantor atau instansi pemerintah. Tragisnya, banyak pula yang bertahun-tahun menunggu saatnya ’’ketiban pulung’’ itu sambil berpangku tangan. Artinya, mereka menumpuk sebagai pengangguran intelektual, karena tidak mau [merasa malu] jika tidak bekerja sebagai pegawai negri, atau setidak-tidaknya jadi orang kantoran. Itulah akibat pola pikir salah masyarakat kita.

Maka, banyak pula yang mempertanyakan, mengapa seolah-olah lembaga-lembaga pendidikan tinggi kita sekarang ini terkesan memroduksi pengangguran intelektual. Di sinilah kualitas sejati seseorang diuji.

Kita lalu menyaksikan pula pemandangan, sekian banyak lulusan sekolah menengah yang karena menyadari posisinya lalu mau bekerja apa saja, menjadi buruh, atau berusaha mandiri dengan modal sangat kecil. Tentu saja ada yang gagal, atau mesti menempuh jalan yang sangat panjang untuk menjadi orang yang disebut sukses. Tetapi, bukankah itu masih jauh lebih baik daripada para sarjana yang merelakan berpuluh tahun hanya untuk mengantri menjadi pegawai negri, bahkan seolah baru tersadar setelah usianya dinyatakan sudah terlalu tua untuk bisa menjadi pegawai negri?

Dari Buruh ke Pengusaha

Menariknya, tak jarang pula lulusan sekolah menengah yang cepat berhasil, karena pada dasarnya memang mereka memiliki jiwa kewirausahaan yang bagus, yang bahkan makin terasah oleh keadaan. Apalagi, tidak ada peraturan yang ketat mengenai jenjang karir di dunia wirausaha. Bisa jadi, seseorang yang pada tahun lalu masih bekerja sebagai buruh, hari ini sudah memiliki buruh alias sudah jadi pengusaha. Hebatnya lagi, tak sedikit pengusaha berijasah SMA yang mempekerjakan para sarjana.

Sebagai gambaran yang nyata, seingat saya, orang nomor satu di Grup Jawa Pos, Dahlan Iskan, pada tahun 1980-an ketika Kapal Tampomas Tenggelam, ia masih bekerja sebagai wartawan yang bekerja untuk majalah Tempo. Artinya, ketika itu ia masih seorang buruh. Lalu ia mendapatkan kesempatan masuk dan membenahi Jawa Pos [masih di tahun 1980-an]. Dan Dahlan Iskan tak memerlukan banyak tahun untuk membalik keadaan Jawa Pos sebagai koran pagi yang di Surabaya saja semula berada jauh di bawah bayang-bayang koran sore Surabaya Post, menjadi koran pagi terkemuka. Kini, bahkan Jawa Pos telah menjadi koran nasional [yang terbit di Surabaya] dan memiliki ratusan anak perusahaan [itu baru yang bergerak di bidang penerbitan media cetak] yang tersebar di seluruh Indonesia.

Begitulah, karir seorang buruh yang memiliki jiwa kewirausahaan yang bagus bisa melesat sedemikian cepat. Sementara, ketika orang memutuskan untuk menjadi pegawai negri, untuk naik pangkat/golongan rata-rata perlu waktu 4 tahun. Kita bisa menghitung, jika dengan ijasah sarjana masuk menjadi pegawai negri dengan pangkat/golongan 3A, perlu secepat-cepatnya 16 tahun masa kerja untuk mencapai golongan 3D. Apalagi mereka yang masuk pegawai negri dengan ijasah SMA dan yang sederajat, yang harus memulai dari golongan 2A [perlu 16 tahun untuk sampai pada 2D], dan perlu persyaratan administratif yang cukup berat untuk kemudian memasuki golongan 3.

Tabungan dan Rencana

Begitu pula urusan gaji. Gaji pegawai negri sudah diatur dan ditetapkan oleh pemerintah. Sedangkan seorang pengusaha, ia boleh menentukan sendiri berapa gaji yang harus ia terima.

Maka, jangan pernah merasa kecil hati karena masih menjadi buruh. Tuhan telah menganugerahkan kepada kita potensi dan peluang. Apakah kita akan menyia-nyiakannya? Maka, jangan pernah berhenti belajar. Hal yang tak kalah pentingnya bagi para pekerja, terutama yang bekerja di rantau [luar negri] adalah: punya tabungan dan punya rencana.

Seberapa pun banyaknya tabungan, jika tanpa rencana kemungkinan besar hanya akan pulang ke tanah air kemudian menggerogoti diri sendiri, dan dalam tempo yang sangat singkat akan tidak punya apa-apa lagi, kembali seperti keadaan ketika dulu memutuskan berangkat bekerja di luar negri. Demikian pula, betapa pun bagusnya sebuah rencana, jika makin lama bekerja [sebagai buruh] tabungan tidak semakin bertambah, peluang terbesarnya, kelak, adalah jadi pemimpi. []

Sumber: Berita Indonesia

Minggu, 27 April 2008

Mengganti Kebut-kebutan dengan Kunjungan ke Panti Anak Yatim

Iki meh wayahe Lulusan bocah-bocah sekolah. Biasane, yang udah lulus lalu merayakannya dengan naik motor kebut-kebutan, saling mengotori baju dengan coretan-coretan yang takkaruan, dengan cat, dengan spidol, dan bahkan tahun lalu ada yang merayakan kelulusan itu dengan cium-ciuman habis-habisan.


Ini memang pemandangan yang sudah mentradisi di Indonesia kita. tetapi, dengan ini saya menawarkan kepada teman-teman yang kini sedang berada di luar negri, khususon yang ada di HK, yang mnerasa memiliki anggotakeluarga: anak, adik, keponakan, dan lain-lain, mohon diajak mengumpulkan baju-baju seragam mereka, untuk tidak dikotori dengan coretan cat dan spidol, untuk diserahkan kepada yang lebih memerlukannya. Disumbangkan kepada fakir bukanklah lebih hebat daripada dicorat-coret tak karuan begitu? Juga, betapa akan semakin indahnya jika kegiatan kebut-kebutan itu diganti dengan kunjungan ke Panti Asuhan, ke asrama anak-anak yatim, dan sebagainya.

Jika para orangtua dan bahkan para guru yang ada di Indonesia sudah tak begitu mereka gubris nasihat-nasihatnya berkaitan dengan "ritual kelulusan" ini, saya yakin seyakin-yakinnya bahwa kawan-kawan kita di HK punya cukup "kekuasaan" untuk memaksa mereka melakukan kebaikan-kebaikan itu. Mau tak? Di situ soalnya. Oh, mau, ya? Salam!

Sabtu, 19 April 2008

Wara-wara

ana sing pengin nggelar pelatihan nggunakake internet kanggo para kulawarga (adik utawa emak, utawa bapak, utawa suami, utawa istri, utawa kakang, utawa mbakyu)-ne bmi-hk kang asal saka Prigi/Watulimo, Trenggalek


Kira-kira saangkatan iki bisa nampung wong 20 - 25. Mengko sarampunge pelatihan digelar chatting bareng nganggo layar tancap ing Prigi. neng hk sabisa-bisa ya sing padha chatting ngumpul ing sawijing papan. diatur ben gayeng kaya onton bareng ngana kae mbokmenawa apik ya?

Trus yen ana sing pengin kirim foto saka hk, mengko ing indonesia disiapake printer, trus fotone bisa diprint kanggo kulawarga ing indonesia.

Sing tertarik lan pengin melok bisa ndhaptar mung kanthi kirim SMS nyang nomoe iki +6281 837 4138. syukur sisan ditulis ID YM kanthi genep (email), contone: kenang_lanang@yahoo.com

Tulung, ya, info iki digethoktularake nyang kanca-kanca liyane, mligine sing asal Prigi.


Suwun


Bonarine
saka kene

Jumat, 18 April 2008

Spesialis Penipu Partai Dibekuk

Punya Puluhan Kartu Anggota Berbagai Parpol

PROBOLINGGO - Ada saja cara orang mencari uang. Bermodal puluhan kartu anggota berbagai partai politik yang dipalsukan, Abdullah Alwi Shahab, 62, menipu sana-sini. Tapi, petualangan pria asal Taliwang Sumbawa Barat NTB itu akhirnya berakhir kemarin. Ia dibekuk ketika beraksi di Pemkot Probolinggo.



Petugas Satpol PP Pemkot Probolinggo membekuk Alwi Shahab ketika Alwi Shahab berniat menemui Wali Kota Buchori. Dari tangan Alwi Shahab petugas mengamankan 5 KTP palsu dan puluhan kartu anggota berbagai partai.

Kedok Aksi Alwi terbongkar secara tak sengaja. "Saya melihatnya sedang berada di ruang tunggu kantor wali kota. Kepada ajudan dia menunjukkan kartu tanda anggota PDIP," ujar Syaifuddin, seorang pengurus DPC PKB Kota Probolinggo kepada Radar Bromo kemarin.

Syaifuddin yang siang itu juga berniat bertemu wali kota mengendus ada yang tak beres dengan Alwi Shahab. Menurutnya, Kamis (17/4) Alwi Shahab datang ke kantor DPC PKB kota. "Dia mengaku anggota PKB, berkeluh kesah tidak punya uang saku untuk pulang. Saat itu saya beri Rp 50 ribu. Ternyata sekarang (kemarin, Red) mau ke wali kota dan mengaku anggota PDIP. Ini kan tidak bener," katanya.

Tahu ada yang tak beres Syaifuddin langsung memberi tahu ajudan. Ia meminta ajudan tak mengizinkan Alwi Shahab menghadap wali kota. Tak hanya itu Syaifuddin juga melaporkan hal itu pada Satpol PP.

Sadar kedoknya terungkap, Alwi Shahab berniat melarikan diri. Namun, sebelum ia berhasil kabur, Syaifuddin dan petugas Satpol PP lebih dulu berhasil meringkusnya. Setelah ditahan sebentar di kantor Satpol PP Alwi Shahab digelandang ke Mapolresta Probolinggo.

Di hadapan polisi ia mengaku baru sekali melakukan penipuan di Probolinggo. "Sebelumnya saya tidak pernah. Baru sekali saja, langsung tertangkap. Saya melakukan ini karena usaha jual minyak dan madu saya macet," ujar Alwi saat diperiksa kemarin.

Polisi tak memercayai begitu saja keterangan Alwi. Ini lantaran polisi menemukan puluhan kartu anggota partai. Mulai dari Golkar, PKS, PKB, PDIP, Demokrat, PNBK, PKPB, PBB dan sebagainya. Dengan modal kartu palsu itu Alwi mendatangi kantor-kantor partai untuk meminta uang. "Saya salah pak. Uangnya untuk makan," ujarnya memberi alasan.

Untuk menghindari pemeriksaan polisi Alwi menyebut sejumlah nama pejabat yang disebutnya sebagai famili. "Mantan Sekda Taliwang adalah ipar saya. Bolehkan saya meneleponnya," minta Alwi kepada polisi.

"Tidak penting. Ngapain telepon mereka. Wong kenalanmu banyak orang besar. Ini kartu-kartumu ditandatangani oleh Jusuf Kalla, Yusril Ihza Mahendra, Gus Dur dan tokoh terkenal lainnya. Kamu mau menelepon mereka semua," polisi balik bertanya. Tapi, spesialis penipu partai itu diam saja.

Sementara, Radar Bromo juga sempat mendapat informasi bahwa Partai Demokrat Kota Probolinggo juga sempat jadi korban Alwi Shahab. "Kemarin dia datang ke kami minta sumbangan dengan menunjukkan kartu anggota Partai Demokrat. Ya kami kasih Rp 50 ribu sebagai bentuk solidaritas," ujar Dedi, salah seorang kader Partai Demokrat kota. (nyo)

Radar Bromo Sabtu, 19 Apr 2008

Selasa, 15 April 2008

Beredar, Bahan Kue Ilegal

Pelaku Bikin Masa Kedaluwarsa Sendiri

SURABAYA - Saat ini, membeli bahan baku untuk kue dan roti harus lebih jeli. Sebab, banyak produk ilegal yang diduga telah beredar di pasaran. Salah satu produk tak berizin itu diungkap Idik V Satreskrim Polwiltabes Surabaya kemarin (14/4).



Polisi juga menggerebek gudang produksi bahan kue merek Eagle di Pongangang, Manyar, Gresik. Dalam penggerebakan tersebut, tim Satreskrim menyita ribuan kemasan berbagai jenis produk bahan kue. Di antaranya, SP ovalet, meses, pewarna kue, benzoat, morison, pemutih, dan gula halus. "Produk-produk itu sudah diedarkan dalam tiga tahun terakhir, yakni sejak 2005," kata Kasatreskrim Polwiltabes Surabaya AKBP Syahardiantono.

Bos produk kue sekaligus pemilik gudang itu sudah ditetapkan sebagai tersangka oleh penyidik Idik V pimpinan AKP Yohanes Rudin. Dia adalah Muntolip, 40, warga Manyarejo, Manyar, Gresik. "Kami menjerat tersangka dengan pasal 55 huruf G dan I juncto pasal 26 huruf A dan C UU RI Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan. Dia juga dijerat pasal perlindungan konsumen dan perindustrian," tegasnya.

Produksi bahan kue merek Eagle itu dilakukan dengan cara sederhana. Muntolip membeli bahan-bahan dari beberapa pasar di Surabaya. "Tersangka membeli dalam hitungan kilo. Kemudian, barang-barang itu dikemas," jelas Syahardiantono.

Setelah dikemas, barang dari pasar tersebut diberi label bermerek Eagle. "Terkesan produk tersebut begitu bagus. Setelah itu, tersangka memasarkannya dengan sasaran home industry kue dan roti di wilayah Surabaya, Sidoarjo, serta Gresik," ungkap mantan Kasatpidek (Pidana Ekonomi) Polda Jatim tersebut.

Sekilas, produk bermerek Eagle itu tampak seperti barang legal. Sebab, selain tercantum nomor produksinya, terdapat masa kedaluwarsa barang. "Kedaluwarsanya ditulis sendiri oleh tersangka, sehingga sebenarnya produk-produk itu berbahaya. Efeknya bisa serius kalau sampai barang benar-benar expired," ujarnya.

Nomor produksi dan sebagainya adalah fiktif. Sebab, ketika dicek, produk dagang dengan merek Eagle tidak terdaftar di Direktorat Merek Depkum HAM. "Produk itu juga tidak mengantongi izin dari Depkes dan Balai POM," kata Syahardiantono.

Meski cara memproduksinya cukup simpel, keuntungan yang diperoleh Muntolip cukup menjanjikan. "Keuntungan tersangka bisa mencapai 15 persen dari total biaya produksi," jelas alumnus Akpol 1991 tersebut.

Contohnya, produk SP ovalet yang biasa digunakan untuk pengembang kue. Muntolip membeli bahan itu dari pasar seharga Rp 23 ribu per kilogram. Kemudian, tersangka membagi bahan tersebut dalam tiga kemasan. "Tiap kemasan seharga Rp 9 ribu. Untuk tiga kemasan, tersangka menjualnya seharga Rp 27 ribu. Artinya, dari harga kulak Rp 23 ribu, dia mendapatkan untung Rp 4 ribu," ungkapnya.

Dalam kasus tersebut, polisi tidak menahan Muntolip. Alasannya, tersangka cukup kooperatif selama penyidikan. "Kami sudah menyegel gudang tersangka. Beberapa sampel barang kami bawa ke mapolwil dan diperiksakan ke BPOM dan Dinkes," jelas Syahardiantono. (fid/fat)

Jawa Pos Selasa, 15 Apr 2008

Sabtu, 05 April 2008

Malu Dalam Bisnis di Dunia Timur

Bob Widyahartono MA *)

Jakarta (ANTARA News) - Dalam etika pergaulan senantiasa terbukti bahwa hanya dalam harmoni yang baik, dalam skala masyarakat kecil keluarga maupun publik dan bisnis, maka rasa saling mempercayai dapat tumbuh secara langgeng.



Hal itu sangat esensial, apalagi dalam keterbatasan lingkungan hidup dan upaya interaksi, serta inter-relasi dalam harmoni, respek terhadap sesama, dan tetap menghayati budaya rasa malu (shame culture) kalau sampai bertindak tanpa berperikemanusiaan. Misalnya, apa seseorang masih memiliki budaya rasa malu saat berbuta hati nurani dengan memberi karena terpaksa atau bahkan menerima uang pelicin yang termasuk tindak korupsi?

Sekalipun tidak ekspilisit, semua pihak yang ingin membangun saling percaya dalam era keterbukaan masyarakat berskala kecil sampai internasional pun semakin sulit dan rumit. Hal yang seringkali menonjol adalah saling mencurigai (mutual distrust), antar-pelaku bisnis, antar-pelaku dengan birokrasi dan antar-masyarakat pasar dengan bisnis, walau dipolesi senyum simpul.

Bila menelaah ke sejumlah dasar kehidupan manusia, maka langkah utamanya adalah mereformasi diri, tanpa banyak gebyar-gebyar atau publisitas polesan . Mungkinkah dari perilaku saling mencurigai membangun rangkaian saling mempercayai (from a series of distrust to a network of trust) juga dalam antar-relasi dan interaksi sisi persediaan supply side dan sisi permintaan demand side ekonomi?

Banyak orang/pihak di negeri ini agaknya harus mau menyadari bahwa perilaku yang salah (misconducts) dari kalangan para politisi dan birokrat, seperti terungkapnya serangkaian skandal dalam perusahaan yang menggejala tidak hanya di negara maju bukanlah yang patut ditiru.

Dalam era yang banyak didengung-dengungkan sebagai era globalisasi dengan arah gejala mendunia, maka yang paling jelas adalah bahwa globalisasi tidak berarti uniformitas menurut tafsiran pencetusnya istilah tersebut, yakni kalangan elit Amerika Serikat (AS). Dalam tradisi teori mereka, maka istilah kebajikan, moralitas, sistem nilai dan etika, dari individu memberi makna yang terpisah (seperate meanings), dan budaya malu tidak ada dalam kamus Barat.

Hal itu berbeda dengan pemahaman Asia Timur, Jepang, China, Korea dan Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), termasuk Indonesia, yang selama berabad-abad mengetengahkan bahwa budaya malu sudah mendasar budayanya. Jelas terlihat bahwa di AS umumnya tidak ada budaya dasar malu layaknya di Asia.

Dalam keadaan ketidakteraturan dan atau ketakutan tersembunyi (hidden fear), maka isunya adalah apakah individualisme yang sehat dapat tumbuh berkelanjutan? Sekalipun terungkap bahwa pemahaman yang sehat sebagai tanggapan, tetapi hanya beberapa anggota masyarakat yang memahami dan menjadikan kenyataan dalam perilaku kesehariannya. Oleh karena, istilah individualisme menurut interpretasi Barat ala AS berbeda makna dengan masyarakat di Timur atau Benua Asia.

Masyarakat Barat, khususnya AS, menafsirkan individualisme dalam aslinya sebagai suatu keseimbangan antara hak hak dasar invidual akan kebebasan (liberty), persamaan (equality) dan tanggung jawab publik. Jadi, bagi mereka akar dasar gotong royong juga dalam interaksi dan antar-relasi ekonomi supply side dan demand side tidak dikenal, karena dalam tafsiran individualisme Barat yang baku adalah liberalisme, dan kini menjadi neo-liberalisme politik/ekonomi.

Merasionalkan egoisme Barat mereka tafsirkan sebagai "untuk saya dulu untungnya dan manfaatnya, anda nanti-nanti saja, atau anda biar menderita saja". Apakah hal tersebut, yang juga menggejala di negeri ini, dapat biarkan dalam masyarakat kota hingga menjalar ke pinggiran kota (sub-urbans) dan desa?

Jika menelusuri sikap hidup (way of life) dan falsafah hidup masyarakat China dan Jepang, maka ada falsafah kuno Konfusianisme yang berasal dari China yang termasuk banyak diserap para pendidik besar Jepang, seperti Baigan Ishido yang hidup dalam eranya Edo (1600-1867). Ishido memperjelas konsep "rinri" yang jiwanya dari China kuno. Konfusianisme di Jepang dijunjung tinggi sebagai panduan yang menjiwai identitas dan tanggung jawab tidak hanya dalam keseharian keluarga, tetapi juga dalam keseharian bisnis. Ishida menunjuk tegas pada petuah "seorang pengusaha sejati harus memperoleh laba untuk dirinya dan untuk orang lain". Jadi, bagi mereka bukan egoistik dasarnya.

Petuahnya dijunjung tinggi dan diwujudkan sebagai panduan perilaku bisnis sampai sekarang meskipun tidak eksplisit. Hal yang terhitung dalam "rinri" adalah pemahaman Jepang tentang respek dan rasa malu. Respek berarti tahu diri dan menghargai orang lain tidak hanya dalam keseharian keluarga, tapi dalam interaksi bisnis antara pengusaha dan masyarakat pasar. Pada gilirannya, mereka yang tidak memiliki rasa malu dianggap memiliki kualitas sebagai manusia yang minimal sekali (minimum quality of a human being).

Keberingasan dan kekejaman dalam hidup sebagai banyak dipraktekkan Barat sangat berlawanan dengan sikap hidup dasar (way of life) China dan Jepang. Permusuhan dan kekejaman dalam berbisnis merupakan kesalahan fatal. Konfusius mengungkapkan secara halus: "kesalahan mendasar kita adalah mempunyai kesalahan dan tidak sudi memperbaikinya" (the real fault is to have faults and not to amend it).

Dalam lokasi pasar yang makin meluas, maka tenggang rasa pada orang lain merupakan salah satu kunci berbisnis yang lebih bermutu. Namun, realita dunia yang makin terbuka menggugat diri setiap individu, terutama yang hidup di kawawan kota dan pinggiran kota. Bagaimana pun, semuanya membangun prospek individualisme yang menjunjung tinggi harmoni dan etika dalam era globalisasi dan inovasi yang serba cepat. Jelas tidak ada tanggapan atau jawaban yang "instan" sifatnya.

Dengan kata lain, salah satu hal yang perlu diingat bahwa budaya kebarat-baratan makin banyak dilandasi mistrust, curiga dan mau menang sendiri. Selain itu, para pemimpin bisnis dan publik harus berani membangun kembali sikap pandang saling mempercayai sebagai peranan dan tanggung jawab/kewajiban sosial. Melalui sikap pandang itulah, maka masyarakat yang dilayani merasa dipercayai dan sebagai timbal baliknya mempercayai mutu pemimpin yang jauh dari segala manuver tidak etis. (*)

*) Bob Widyahartono, MA (bobwidya@cbn.net.id) adalah Pengamat Ekonomi dan Bisnis Asia; Lektor Kepala di Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanegara (FE Untar).

ANTARA [04/04/08 19:17]

Sabtu, 29 Maret 2008

[PEDULI BARU] Baim Wong: Pilih Bisnis Resto untuk Hari Tua


Sukses sebagai pemain sinteron tak membuat Baim Wong puas. Pria berparas Tionghoa ini mencoba berbisnis resto. Pilihan berbisnis resto karena mantan pacar Marshanda ini mengaku doyan makan. [emang, kalau nggak doyan makan, sakit kali ye! Hehe…!]


Warung Pecel Pincuk Mbak Pur
Mahal, Pelanggannya Malah Banyak

Harga yang lebih mahal dari harga di tempat lain, ternyata tak selalu mengakibatkan dijauhi pembeli. Warung Pecel Mbak Pur, salah satu buktinya. Di warung ini, seporsi pecel dijual dengan harga Rp 4.500. Padahal, di warung lain, ada yang Rp 2.000 saja sudah dapat pecel dengan porsi yang relatif sama. Tapi, ternyata pelanggan Warung Mbak Pur membludak.

Martabak pisang, enak di rasanya, enak di bisnisnya!

Kripik tempe rasa empal, bisa enggak ya?

Bagaimana buka warung bakso bisa balik modal dalam tiga pekan?



Jangan sampai tak kebagian ceritanya, yang hanya dibeber di Peduli No 24, edisi April 2008 ini.

7 Kesalahan Dalam Mengejar Karir

Meski setiap tugas dari atasan berhasil dikerjakan dengan baik, tapi tanda-tanda mendapatkan promosi tak kunjung datang. Mungkin kesalahan tidak hanya ada di posisi anda, tapi juga faktor lingkungan kerja. Jika jenjang karir yang ingin anda kejar saat ini, maka anda perlu mewaspadai beberapa hal yang bisa menjadi batu sandungan berikut ini:


[1] Semua Dimasukkan ke Hati
Tidak semua orang beruntung bekerja di lingkungan yang ideal. Seringkali kita harus menghadapi rekan kerja yang malas atau atasan yang cerewet. Agar "kerikil-kerikil" tersebut tidak mengganggu kinerja kita, semua hal yang menjengkelkan jangan dimasukkan ke hati. Tetaplah fokus pada tujuan dan jangan biarkan hal itu mengganggu konsentrasi.

[2] Kurang Bertanya
Seorang reporter baru di sebuah koran ternama berbagi kiat suksesnya, "Teman-teman di kantor baru saya tidak pernah mengajari saya bagaimana mejadi wartawan yang baik. Akhirnya di kantor saya yang banyak bertanya dan menimba ilmu dari para senior," ujarnya. Jadi, jika anda merasa "sendirian" dalam mengerjakan sebuah tugas dari atasan, jangan ragu untuk bertanya dan jangan takut untuk meminta penjelasan jika jawaban yang diberikan kurang memuaskan. Asal anda tahu, para atasan sebenarnya lebih suka diberi pertanyaan daripada harus mengoreksi kesalahan.

[3] Jangan Disembunyikan
Presentasi yang anda lakukan mendapat apresiasi positif dari klien? Atau anda berhasil meraih prestasi tertentu di luar pekerjaan? Jangan disembunyikan, sampaikan pada atasan agar mereka mengetahui potensi yang anda miliki.

[4] Terlalu Perfeksionis
Menjadi seorang perfeksionis memang bukan sebuah dosa, namun anda tidak harus melakukannya jika sampai mengorbankan pekerjaan. Misalnya saja karena tidak ingin ada kesalahan tipografi dalam proposal, anda sampai melakukan cek berulang-ulang sehingga pekerjaan lain terbengkalai.

[5] Takut Negosiasi
Kesalahan umum yang sering dilakukan karyawan wanita di dunia kerja adalah tidak berani bernegosiasi. Banyak karyawan yang merasa takut untuk mengemukakan sesuatu padahal itu demi kepentingannya sendiri. Ingin mengajukan permohonan cuti, naik jabatan, naik gaji, atau mengerjakan sebuah tugas dari atasan? Jangan cepat menyerah untuk mengajukan tawaran.

[6] Terperangkap Dalam Tugas Administratif
Apakah selama bertahun-tahun tugas anda hanya berkisar pada menjawab telepon, mengatur arsip dan mencatat surat yang masuk? Jika iya, maka anda berada jauh dari impian untuk meraih jenjang karir yang lebih tinggi. Kini tiba saatnya bagi anda untuk mencari tantangan lebih dengan mengerjakan tugas lain yang menonjolkan kemampuan dan mengasah potensi anda. Lakukan sekarang juga.

[7] Selalu Melihat ke Atas
Demi mengejar karir tentu kita harus bekerja maksimal agar atasan menilai kita dengan baik. Tapi sebaiknya jangan lupakan kolega anda, yakni teman-teman satu tim. Ada lho karyawan yang rela mengklaim sebuah proyek sebagai prestasinya meskipu sebenarnya itu merupakan kerja keras sebuah tim. Jangan sampai karena ingin menyenangkan hati atasan, kita mengorbankan teman.

dari sini

Kelola dan Kendalikan Bisnis secara Online ala Yuyun Erawati

Ekspor ke Beberapa Negara, Produknya Hasil Lokal

Menganggap internet sebagai media promosi yang efektif, Yuyun mencoba menjajaki bisnis secara online. Dengan melakoni bisnis yang belum banyak digarap pengusaha, khususnya di Semarang ini, bisnis furniture milik Yuyun berkembang hingga pasar internasional. Kini hanya dengan berbekal laptop, perempuan tersebut bisa mengendalikan bisnisnya di nama dan kapan saja.



Wanita yang mengaku hobi internet sejak kecil ini awalnya menjalani bisnis furniture secara offline di Jepara. Namun, dia melihat peluang produknya di pasar lokal terbilang kurang. Merasa pasar produknya lebih banyak di luar negeri, 5 tahun lalu dia membuat web www.multielitefurnitures.com untuk memulai bisnis online-nya.

memasangnya di web. Karena kita menjual lewat gambar," ujarnya saat ditemui koran ini di warnet sekaligus rumah tinggalnya di Jalan Tlogosari Raya I No. 69 Semarang.

Lulusan Fakultas Ekonomi Stikubank ini mengaku terinspirasi dari situs Ebay. "Sebenarnya sudah banyak anak muda yang membuat blog dan menawarkan barang seperti kaos dan sepatu di situ. Hanya saja belum dikelola secara profesional," ungkap wanita single parent ini.

Namun, masalah muncul ketika dia belum menerapkan sistem keamanan yang ketat pada bisnisnya. Seorang customer meminta sampel barang sebelum memesan. Merasa akan mendapat pesanan yang banyak, Yuyun mengirim sampel tersebut meski membutuhkan biaya kirim yang mahal.

Setelah sampel dikirim, ternyata uang pembayaran tak kunjung ditransfer. Saat diteliti, si pemesan hanyalah mengumpulkan sampel dari sejumlah produsen. Sejak saat itu Yuyun tak pernah lagi mengirim sampel.

"Selain menjanjikan keuntungan, bisnis ini juga rawan penipuan. Sebab kita tak selalu tahu identitas pemesan sebenarnya," paparnya.

Ibu dari Muhammad Fernaldy Djayadinata ini lantas membuat syarat calon pembeli harus memberi DP 50 persen saat pemesanan. Dan melunasi sisa pembayaran sebelum barang dikirim. Bahkan jika furniture yang dipesan tak ada dalam katalognya, dia mempersilahkan customer mencarinya di situs lain.

Pihaknya juga akan membuatkan model furniture tersebut dengan harga yang disepakati. "Ini tergantung pintar-pintarnya kita untuk meyakinkan calon pembeli mau memenuhi syarat tersebut," ungkapnya.

Alhasil, selain terhindar dari tindak penipuan, kini bisnisnya berkembang pesat. Mebel yang dipesannya dari para pengrajin lokal sudah merambah sejumlah negara seperti Inggris, Australia, dan Amerika Serikat. Saat beberapa negara mem-black list furniture buatan Indonesia karena dinilai kualitasnya kurang, usahanya justru menghasilkan omzet tinggi.

"Sebulan paling tidak saya mengirim satu kontainer furnitures ke luar negeri," kata wanita yang menjadi pengusaha sejak lulus kuliah ini.

Bahkan, Yuyun berencana membuka web lagi untuk memasarkan produk kebaya, bantal, dan guling miliknya. "Jadi nantinya satu web bisa berhubungan dengan lainnya," ungkapnya.

Bisnis online, menurutnya, punya banyak keuntungan. Di antaranya irit modal. Ini berbeda dengan bisnis konvensional yang memerlukan tempat usaha, tempat display barang, karyawan, namun belum tentu punya market yang luas.

"Kita hanya harus pintar membuat website semenarik mungkin. Karena banyak situs serupa yang menawarkan hal yang sama," papar Yuyun yang juga menjalani kuliah internet secara online ini.

Untuk membuat orang ’melirik’ website-nya, wanita asal Surabaya ini mengaku punya tim desain khusus. Bahkan dia mempekerjakan web desainer yang menjamin situsnya akan selalu masuk peringkat sepuluh besar di search engine (mesin pencari) Google. [Ricky Fitriyanto, Red]

RADAR SEMARANG Sabtu, 29 Mar 2008