Kamis, 17 September 2009

Istri di Hong Kong, Suami Bermain Api


Sejak pernikahannya dengan Narmiati, Sugianto, warga Desa Kedungsalam RT 12/03, Kecamatan Donomulyo, Kabupaten Malang ini bekerja sebagai sopir. Mulai dari jadi sopir angkutan pedesaan, sopir truk yang sehari-harinya mengangkut bahan bangunan sampai menjadi sopir bus jurusan Tulungagung-Banyuwangi dilakoninya.

Bahkan, pekerjaan menjadi sopir itu tetap dijalaninya meski istrinya sudah berada di Hong Kong untuk mengais dollar dan setiap bulan mendapatkan kiriman uang. Namun akhir-akhir ini, Sugianto sudah merasa bosan jadi sopir. Dirumahpun jadfi pengangguran. Selama menganggur, dia otak atik otak untuk menekuni profesi apa? Datanglah temannya yang dari kota Batu menawarkan untuk bekerja sama.

’’Kedatangan temanku itu untuk menawarkan kerja sama berjualan arang kayu. Ketika itu aku tertawakan. Masak orang seperti saya ini harus jadi penjual arang? Setelah aku tahu cara produksinya, tahu cara pemasarannya, aku bersama anakku yang pertama, Nanang mencoba untuk tidak berproduksi dulu. Melainkan berjualan dengan cara kulakan,’’ aku Sugianto mengawali ceritanya.

Kulakan yang dijalaninya, Sugianto membeli arang dari tukang arang yang ada disekitar kecamatan Donomulyo. Dari modal awal Rp 2 juta, dalam sebulan mendapatkan keuntungan sekitar Rp 1,5 juta. Setelah dipotong ongkos kerja dan sewa mobil (meski mobil itu milik sendiri) ternyata tidak ada sisa sama sekali.

Namun begitu akan putus asa karena hasilnya tidfak mencukupi, temannya yang sudah sukses itu datang lagi. Dengan memberi motivasi yang luar biasa, akhirnya Sugiasnto berangkat untuk memproduksi sendiri kayu arang. Dua tenaga kerja disiapkan, jobong pembakaranpun sudah siap. Sugianto tinggal keliling desa untuk mencari bahan baku berupa kayu akasia dan jambu klampok.

Percobaan pertama, dengan modal Rp 2 juta, dalam sekali bakar yang memakan waktu 5 hari, setelah dipotong ongkos kerja dan bahan baku,masih untung Rp 1,25 juta. Dicoba lagi dengan modal tetap Rp 2 juta dalam sebulan bisa 4 kali produksi. Untung keseluruhan bisa mencapai Rp 5 juta.

’’Meski setiap hari berwajah hitam, kelam dan menakutkan, ternyata membawa berkah sendiri. Keuntungan saya setiap bulan menyamai hasil istri saya di Hongkong,’’ dengan tertawa ceria menceritakan penghasilannya.

Soal penjualan sudah tidak kebingungan lagi. Sekarang sudah tidak repot menjajakan arangnya kekota,menawarkan ketoko atau rumah tangga. Ada tengkulak yang datang setiap saat setelah produksi arang matang dan bagus.

Arang produk Sugianto dalam sekwintal dijual Rp 140.000 untuk jenis akasia dan jambu klampok. Sedang untuk jenis pesanan tersendiri seperti kayu jati dan asam, bisa mencapai Rp 200.000. Cuma untuk dua jenis kayu terakhir mencarinya bahan baku agak kesulitan. Maka untuk memudahkan mendapatkan bahan baku, dia bergabung dengan pengusaha kayu, mebelair dan pencari kayu hutan. [ridwan]

0 komentar: