Jumat, 18 September 2009

Rawon Setan yang Melegenda [2]

Jaga Mutu secara Ketat
Rawon Setan Tetap Nikmat


Bicara soal Rawon Setan dalam kaitannya dengan keuangan, adalah bicara tentang perjalanan panjang dari Rp 500 menuju Rp 120 juta! (omzet per bulan). Ini tentulah mengandung pelajaran, betapa nikmatnya sebuah keberhasilan yang tidak didapatkan secara instant!

Sukses yang diraih Mak Si dengan Rawon Setan-nya sekarang bukanlah tanpa kerja keras. Semua itu berkat kulitas rawonnya yang selalu dijaga. Biar dikata pengelolaan Rawon Setan-nya kini diserahkan kepada Supiah (Minggu sampai Selasa) dan Lusiati (Rabu hingga Sabtu), namun racikan bumbunya masih berasal dari Mak Si.

’’Ibu masih bisa ke pasar dan membuat bumbunya. Sedangkan bapak yang menyuci dagingnya,’’ ungkap Lusi yang baru ikut mengelola dua tahun terakhir ini.

Bagi mereka, menjaga mutu, rasa dan ciri khas makanannya adalah hal utama. Tak heran, rasa makanannya pun tak pernah berubah hingga sekarang. Ciri khasnya seperti kuahnya yang hitam dan tak begitu kental serta dagingnya yang dipotong dalam ukuran besar tetap mereka pertahankan.

Tak pelak lagi, modal awal yang semula Rp 500,- pada 1951 itu kini sudah menjadi ribuan kali lipat. Kebutuhan mereka Untuk kulakan 10 kg beras dan daging sapi, minyak goreng, telur dan ketan itu kini setiap harinya membutuhkan 25 kg beras dan 80–85 kg daging sapi. Tenaga produksi yang semula hanya dua orang (Mak Si dan suaminya) pun kini menjadi 32 orang. Omzetnya pun berkisar Rp 120 juta dalam sebulan.

’’Kami berharap rawon kami di kenal hingga ke seluruh penjuru negeri bahkan mancanegara,’’ ujar Supiah penuh semangat. [NUY HARBIS]

0 komentar: