Jumat, 18 September 2009

Perempuan Penjahit Pakaian Perempuan


Di pelosok desa, menjadi penjahit umum saja biasanya tak begitu ramai. Jauh lebih sepi daripada kalau usaha jasa itu dibuka di kota. Anehnya, Kusmini dengan berani memutuskan untuk menjadi penjahit spesial, maksudnya hanya menangani pakaian perempuan. Bagaimana hasilnya? Ikuti kisahnya berikut ini:

Lincah dan murah senyum. Itulah kesan pertama dari seorang Kusmini(34), istri Sumardi (38), perempuan penjahit pakaian perempuan asal Desa Cakul, Kecamatan Dongko, Kabupaten Trenggalek. Ia merupakan salah satu penjahit pakaian perempuan yang cukup berhasil di daerahnya.

Usaha ini dirintis sejak 1992. Merasa memiliki ketrampilan menjahit yang diperoleh dari kursus, Kusmini memutuskan untuk menerima jasa jahitan pakaian perempuan. Apalagi, ia melihat peluang untuk usaha jasa jahit masih terbuka lebar, karena di daerahnya belum ada penjahit yang khusus menangani pakaian perempuan.

Berbekal 1 mesin jahit dan satu mesin obras, ia memberanikan diri untuk menerima pelanggan. Mula-mula pelanggannya hanya dapat dihitung dengan jari. Sebatas famili dan tetangga kiri-kanan saja. Namun, hal tersebut tidak menjadikan putus asa. Ketekunan dan kesabarannya pun mulai menampakkan hasil pada tahun berikutnya. Bahkan, menjelang hari raya Idul Fitri, Kusmini kewalahan menerima pesanan jahitan.

Berkembang
Tahun 2000 Kusmini memutuskan untuk menambah modal usahanya, simpanan yang diperoleh selama 8 tahun ia putuskan untuk membeli peralatan kerja: 5unit mesin jahit dan satu unit mesin obras.

Langkah lain yang dilakukan adalah merekrut empat orang karyawan untuk tenaga jahitnya. ’’Dengan dibantu empat karyawan satu harinya saya dapat menyelesaikan paling tidak tujuh setel pakaian. Namun, untuk pemotongan kainnya, tetap saya lakukan sendiri,’’ ujarnya.

’’Ongkos satu setel pakaian untuk saat ini saya patok antara Rp 30.000 - Rp 40.000 tergantung dari modelnya,’’ lanjut Kusmini menjelaskan.

Omsetnya sekarang dalam satu bulannya dapat mencapai Rp 7 juta. Angka yang cukup besar untuk ukuran usaha jasa di wilayahnya.

Menabung
’’Kadang-kadang saya juga tidak mengira bila usaha saya bisa sampai seperti ini, mengingat dulunya hanya saat-saat mau lebaran saja banyak pelanggan yang dating,’’ ujar kusmini sambil mengingat masa lalunya.

Keuletan ternyata telah mengubah kehidupan Kusmini sekeluarga. Dari segi ekonomi Kusmini tidak lagi mengalami kesulitan, bahkan dari hasil usahannya ia mampu memperbaiki rumah tempat ia bekerja yang dulunya dari kayu sekarang sudah terbuat dari batu-bata. Buku tabungannya pun makin tebal.

’’Hitung- hitung untuk jaga-jaga hari tua, setiap bulannya saya sisihkan sekitar dua juta rupiah untuk disimpan, Namanya usaha, kan ada pasang surutnya,’’ tuturnya bijak. [PURWO SANTOSA]

1 komentar:

dio_rara@yahoo.com mengatakan...

ibu, apakah membuka cabang di jakarta ?

apakah penjahitnya bisa di panggil ke rumah ?