Jumat, 18 September 2009

SUSAH SUKSES JIKA TAK RAMAH

Jangan remehkan usaha warung kopi (warkop). Meski kelihatannya sepele, ternyata usaha ini bisa beromzet jutaan rupiah. Kunci suksesnya, ternyata bukan pada tempat yang mewah atau menu yang aneh-aneh, melainkan keramahtamahan terhadap pembeli/pelanggan.

Adalah seorang pria muda berputra dua. Ia lulus SMU pada 1997. Almak Afandi (28) –begitulah namanya— sebenarnya ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebuh tinggi. Namun, karena terbentur biaya, Almak akhirnya banting stir dengan mencoba berwiraswasta membuka warkop. Lokasi pinggir rel kereta Jl. Ahmad Yani Surabaya dipilihnya karena dekat dengan jalan raya dan banyak orang berlalu-lalang.

Bermodalkan Rp 1,5 juta, Almak nekat membuka warkop yang diberinya nama WS alias Warung Sepur, karena lokasinya persis di pinggir rel kereta api.

Tak disangka, warkop milik Almak berkembang pesat. Saat ini Almak memiliki 4 pegawai yang dibagi dalam 3 shift. Warkop sederhana ini ternyata beromzet harian Rp 600-800 ribu pada hari biasa, dan Rp 1 juta pada hari Sabtu. Warkop WS ini buka 24 jam dari Senin-Sabtu dan tutup pada hari Minggu.

Padahal, Almak hanya menjual minuman, rokok, dan makanan kecil saja. Untuk minuman Almak menyediakan teh, es teh, es jeruk, jeruk panas, kopi, kopi susu, jahe, Extra Joss, Extra Joss susu, dan susu panas. Sedangkan makanannya, Almak hanya dititipi oleh para tetangganya yang berdagang makanan ringan dan kue seperti pisang goreng, tahu isi, donat, kacang goreng, serta tak lupa rokok.

Kiat Hadapi Pesaing
Entah mengapa, daya tarik warkop Almak mampu menarik minat pengunjung yang rata-rata anak kuliahan. ’’Mungkin karena semua pegawainya masih muda-muda jadi asyik saja cangkruk di warung saya,’’ ungkapnya.

Dalam sehari, Almak melayani hingga 80 gelas minuman panas dan 40 gelas minuman dingin. Dari hasil jerih payahnya ini, Almak mampu membangun rumah dan membiayai pendidikan adiknya hingga ke perguruan tinggi. Almak juga sudah memiliki usaha sampingan lainnya yaitu pengelasan.

Sayangnya, kini warkop miliknya mulai banyak pesaing. Bila dulu warkop miliknya satu-satunya yang berada di sepanjang rel kereta Jl. A. Yani, kini bermunculan puluhan warkop baru.
Untuk itu Almak harus berputar otak agar warkop miliknya tetap laris. Salah satunya adalah dengan memberi hiburan musik lewat tape recorder.

’’Saya memang sengaja tidak memasang TV biar tidak mengganggu para tetangga karena banyak yang cangkruk di sini. Saya pasang tape recorder dengan volume yang samar-samar saja, sudah asyik kok,’’ tutur pria ini.

Keramahan
Almak mengaku bahwa keramahan saat melayani pembeli atau pelangan sangatlah penting. Keramahan adalah bagian dari modal, bahkan, yang tak bisa dinilai dengan uang. Maka, Almak dan segenap pegawainya selalu ramah dan berusaha dekat dengan pembeli. Almak mengaku rata-rata kenal dengan para pengunjung atau pelanggannya.

Ke depan, Almak ingin lebih meningkatkan layanan warkop miliknya dengan menyediakan aneka jus. Karena, pengunjungnya bukan hanya pria saja –yang biasanya penggemar kopi. Beberapa perempuan juga mulai terlihat senang cangkruk di warkop miliknya. Ia tidak menyediakan makanan karena di sebelahnya sudah ada beberapa warung makan.

’’Rata-rata mereka (para perempuan itu, Red.) hanya menginginkan minuman jus, dan itu belum bisa saya sediakan, kecuali es jeruk,’’ pungkasnya. [KD]


Jenis usaha: warung kopi
Modal awal: Rp 1,5 juta
Omzet: Rp 20-23 juta/bulan
Biaya operasional: Rp 10 juta/bulan
Biaya pegawai: Rp 500 ribu/orang
Kiat sukses: Ramah pada setiap pembeli yang datang

0 komentar: