Sabtu, 19 September 2009

Nuris Bordir Warisan Mertua

Karena pengaruh mode luar negeri, banyak orang Indonesia meremehkan busana bordir. Padahal, kecenderungannya kini orang asing, terutama Barat, justru menyukai produk-produk Indonesia. Bagi orang-orang Barat, barang-barang yang dibuat langsung dengan tangan (hand made), walau hasilnya tidak sehalus yang dibuat dengan mesin, justru lebih menarik. Seperti hal-hal lain yang sifatnya limited edition, gitu loh!

Dra. Hj. Zulaichah Ismail telah l4 tahun eksis menggeluti usaha bordir. Padahal, awalnya cuma sekadar iseng saja menjalani usaha ini.

’’Usaha ini dulunya milik mertua saya, namun tidak dikelola dengan baik. Karena saya menganggap ini sebagai peluang, saya kemudian mencoba mengembangkannya dan berhasil,’’ ungkap perempuan yang akrab dipanggil Zulaichah.

Empat belas tahun lalu sebenarnya usaha yang diberi nama Nuris Bordir ini sudah ada. Namun, karena mertuanya sudah tak mampu lagi mengelola, usaha ini diserahkan padanya dan adiknya. Zulaichah yang bertugas memasarkan, sementara adiknya yang bertugas membuat bordirnya.

Modalnya hanya Rp 500 ribu. Tetapi, kini usaha yang dikelola Zulaichah mulai mendatangkan hasil dan beromzet hingga Rp 30 juta/bulan dengan jumlah karyawan 10 orang.

Bordir yang dikelolanya justru dikenal di luar Jawa seperti Kalimantan, Sulawesi, dan Bali. Selain itu beberapa pembeli asing seperti Malaysia, Brunei Darussalam, dan Singapura juga sering memesan bordir darinya, terutama untuk produk-produk busana muslim.

Limited Edition
Zulaichah juga mulai memproduksi model lain selain busana muslim dan kebaya. Misalnya saja mukena, kerudung, taplak, tutup Aqua, dan perlengkapan lainnya. Panen pesanan biasanya terjadi 2 bulan menjelang lebaran dan menjelang Natal.

Trik yang dianut Zulaichah agar usaha ini berhasil adalah kesabaran. Menurutnya, usaha ini memang ada pasang surutnya. Saat ini usaha bordir sedang ada di puncak, namun tak menutup kemungkinan suatu saat akan anjlok.

Selain itu Zulaichah harus pintar-pintar membuat kreasi bordir agar digemari semua kalangan. Untuk itu ia rajin mengikuti perkembangan bordir dari berbagai media, termasuk majalah dan televisi. Untuk satu motif bodir, Zulaichah hanya membuatnya antara 2-3 produk (limited edition), sehingga produksi Nuris Bordir tergolong eksklusif. Selain itu Zulaichah juga menerima pesanan bordir satuan maupun grosir.

’’Pokoknya jangan patah semangat mengembangkan usaha seperti ini. Apalagi sekarang UKM seperti ini mulai mendapatkan kemudahan untuk suntikan modal dari perbankan,’’ aku Zulaichah yang menjadi mitra binaan Bank Mandiri ini mantap. [KD/5-1]

jenis usaha: Bordir
modal awal: Rp 500 ribu
omzet per bulan: Rp 30 juta
biaya operasional: Rp 10-15 juta (tergantung lokasi pesanan)
jumlah karyawan: 10 orang
kiat sukses: Sabar dan selalu kreatif

0 komentar: