Sabtu, 19 September 2009

Berburu Rupiah dengan ’Peniti’


Berjilbab bukan berarti tak boleh tampil modis. Pemikiran inilah yang mendorong perempuan cantik bernama lengkap Oky Mia Octaviany ini mulai menekuni hobi membuat aksesoris dari aneka bebatuan dan manik-manik.

Pada tahun 2000 lalu, perempuan ini memutuskan mengenakan jilbab. Kesulitan pun datang saat ia tak bisa lagi mengenakan aksesoris penghias tubuh kesukaannya.

’’Saya kemudian memutar otak bagaimana ya, menciptakan aksesoris yang bisa dipakai oleh perempuan berjilbab. Saya kemudian mencoba membuat kalung dari bebatuan,’’ ungkap perempuan yang akrab disapa Oky ini.

Tak dinyana, saat dipakai di sebuah acara kalung buatan Oky banyak dipuji teman-temannya. Bahkan mereka berminat untuk membelinya. Berawal dari hal inilah Oky kemudian mencoba membuat aneka aksesoris yang lain seperti gelang, tas, anting, bros, dan hiasan jilbab.

Semakin banyaknya koleksi buatan Oky, akhirnya ia memutuskan serius menekuni bidang ini pada 2004 dengan membuat usaha aksesoris berlabel, ’Peniti’.

Keunikan aksesoris buatan Oky ini adalah menggunakan materi batu-batuan dan manik-manik. ’’Saya mengeluarkan dana Rp 1 juta untuk membuat usaha ini. Murah meriah tapi menghasilkan,’’ ungkapnya ramah.

Dalam sehari, ia mampu menghasilkan 25-30 item aksesoris. Untuk satu item aksesoris, membutuhkan biaya antara seribu hingga Rp 100 ribu. Dari ongkos produksi tersebut ia bisa mendapatkan keuntungan antara 30-50 persen. ’’Bikin usaha seperti ini modalnya cuma tekun dan tidak patah semangat,’’ terang ibu dua anak yang khusus menjual barangnya lewat pameran ini ramah.

Untuk memperkaya model dan desain, hampir setiap minggu Oky keluyuran ke mal-mal di Jakarta dan Surabaya. Menurutnya, menciptakan model yang disukai sangatlah penting, apalagi saat ini banyak aksesoris-aksesoris dengan harga terjangkau dari China.

Optimis Ekspor
Masalah yang paling banyak timbul, menurut Oky, adalah material bebatuan dan manik-manik yang belum diproduksi di Indonesia. Semuanya masih produksi China. Maka tak salah bila produksi China jauh lebih murah ketimbang produksi Indonesia.

Meski begitu, usaha Oky yang beromzet Rp5-10 juta per bulan ini optimistis bisa menembus pasar ekspor. ’’Saya sudah mencoba contact dengan pembeli asing dari Arab dan Eropa. Mereka tertarik dengan aksesoris buatan saya karena dinilainya unik dan etnik. Di negara mereka, aksesoris dengan model seperti itu harganya mahal,’’ ungkapnya.

Oky menjual aksesoris dengan harga yang beragam. Yang paling murah anting seharga seribu. Dan yang termahal adalah paket aksesoris gelang-anting-kalung-bros-sepatu-tas seharga Rp 1,5 juta. ’’Kalau yang paket seperti itu paling banyak dibeli untuk peningset pernikahan,’’ pungkasnya. [KD/6-1]

0 komentar: