Minggu, 20 September 2009

Bisnis Kue Kering [1]

Omzet 100-an Juta Rupiah Jelang Lebaran

Nastar, semprong, kue sagu, kastengels….. hmmm lezatnya! Lebaran sebentar lagi tiba. Kue kering akan hadir di atas meja sebagai kue lebaran di Indonesia. Tak pelak, para pedagang kue kering pun kebanjiran order. Bahkan ada yang omzetnya hingga ratusan juta.

Meski Lebaran masih menghitung minggu, namun perlengkapan Lebaran sudah mulai terlihat di pertokoan dan mall-mall di Indonesia, khususnya di Surabaya.

Di Pasar Turi yang menjadi pusat grosir di Surabaya, sudah terlihat pedagang kue kering ’kagetan’ dari luar kota. Mereka adalah para pedagang yang menjual kue dari para supplier.

’’Harga yang kami tawarkan macam-macam. Mulai Rp 5 ribu hingga Rp 70 ribu itu yang pakai toples. Kalau yang tidak bisa kiloan sesuai dengan pembelinya,’’ terang Tumijah, salah seorang pedagang kue yang bila lebaran berakhir dirinya berdagang peralatan rumah tangga.

Lain lagi yang dijual di mal. Rasa kue mungkin sama dengan pasar grosiran, namun kemasannya lebih istimewa. Toples-toples biasa disulap menjadi toples cantik berhias pita, kain warna-warni, dan bunga plastik. Bahkan, keranjang-keranjang parcel kue kini dibuat lebih kreatif, misalnya berbentuk becak, permen, dan andong selain bentuk keranjang biasa dan keranjang susun.

Menurut pengamatan Peduli, harga kue yang dijual di mall tentu saja lebih mahal meski kemasannya hanyalah sebuah toples. ’’Kue kering seperti ini per toplesnya antara Rp 25 ribu hingga Rp 150 ribu tergantung jenisnya,’’ ungkap Lestari, penjaga toko kue kering di kawasan Tunjungan Plaza Surabaya.

Kalau mau beli yang lebih murah, bisa mendatangi langsung para pembuatnya. Wirasa Katering/Kue & Roti milik Dwi Bhakti saat bulan Ramadan ini berkonsentrasi di bidang pembuatan kue kering. Tak tanggung-tanggung, omzetnya antara Rp 100 - 300 juta lho! Kue produksi Dwi ini bahkan merambah hingga ke pulau-pulau di luar Jawa.

’’Saya biasanya jual grosir dan parcel. Untuk yang bijian hanya saya jual di kalangan teman dekat dan saudara saja,’’ terangnya.

Untuk setiap toples kue, Dwi bisa menengguk keuntungan antara Rp 5-20 ribu. Wuih, cukup menggiurkan juga bisnis ini.

Lain halnya dengan Ny GT Hanafie pemilik Hanata Catering. Saat Ramadan ia memang berkonsentrasi di bidang pembuatan kue meski ia juga masih mendapatkan order catering untuk buka puasa.

’’Order catering buka puasa memang tak terlalu banyak namun yang dipesan jumlahnya lumayan karena biasanya melayani perusahaan dan kantor,’’ terang wanita berkerudung ini.

Untuk menjamu calon pembelinya, Ny Hanafie bahkan tak segan-segan memberikan test food. Kalau rasanya tidak cocok, boleh coba yang lainnya. Omzetnya pun cukup lumayan, antara Rp 10 - 50 juta. Nah, bagi yang hobi masak dan membuat kue, jangan pernah ragu untuk mengembangkannya. Karena urusan makanan, akan selalu dibutuhkan orang, terutama saat Lebaran tiba! [KD/6-1]

0 komentar: