Kamis, 10 Januari 2008

Waridi, Laki-laki yang Istrinya Bekerja di Hong Kong

Bosan Jadi Buruh, Buka Usaha Penggilingan Tepung


Jangan mentang-mentang tanpa kerja pun bisa makan, lalu suka berpangku tangan. Berkeringat, dengan bekerja, adalah cara hidup yang sehat. Sehat rohani dan jasmani, jiwa dan raga, akal dan okol, seperti Waridi.


Waridi [37], ialah lelaki yang tak mau berpangku tangan. Walau tak mengatakannya sendiri, ia tipe orang yang pegang prinsip bahwa hidup yang sehat harus berkeringat. Artinya, harus bekerja. Karena itulah ia bekerja dengan riang. Selain badan sehat dan dapat uang, menekuni pekerjaannya adalah sekaligus mengobat rindu istri yang banting tulang di negeri orang.

Penggilingan tepung. Itulah usaha yang ditekuni Waridi [37] warga desa Petung, Kecamatan Dongko, Kabupaten Ttrenggalek, Jawa Timur, sejak tahun 2000. Mesin penggiling tepung tersebut merupakan satu-satunya tiang penyangga ekononi keluargannya. Meskipun pendapatan dari jasa gilingan tersebut tidak seberapa namun bagi Waridi, bila setiap harinnya tetap ada orang yang memerlukan jasanya ia sudah merasa beruntung.

’’Kalau dilihat dari hasilnya tidak seberapa,’’ kata Waridi tanpa maumenyebut angka. ’’Tapi, ini merupakan satu-satunya usaha yang saya miliki, dan alhamdulillah dari hasil usaha inilah saya bisa menghidupi keluarga saya,’’ imbuhnya.

Waridi bekerja sendiri mengoperasikan mesin gilingnya itu. Istri satu-satunya, Wijiati [28], yang ia cintai dengan sepenuh hati pun menjadi pekerja rumah tangga di Hong Kong. Maka, jangnkan mengoperasikan mesin giling, memasak, menyuci, dan pekerjaan rumah tangga lain pun ia lakukan sendiri.

Mandiri

Bagi Waridi semua itu dilakukan dengan iklas itung-itung untuk menghilangkan jenuh dan rasa sepi.

Sebelum menikahi Wijiati, Waridi ialah seorang buruh yang berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain, dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain.

’’Sebelum menikah, pekerjaan saya hanya buruh. Mulai dari buruh tani, kuli bangunan, serabutan, bahkan menjadi kuli kebun di Kalimantan pun pernah saya lakukan. Jadi, setelah menikah saya berusaha untuk mandiri. Sedikit uang tabungan dari hasil saya buruh selama ini saya belikan satu set mesin giling tepung untuk mendirikan usaha gilingan tepung ini,’’ tutur Waridi.

Penghasilan

Setelah bicara cukup panjang, akhirnya Waridi mau pula buka informasi mengenai penghasilannya. Dari jasa gilingan ini ia mengaku mengantongi pendapatan antara Rp 10.000 sampai Rp 15.000/hari. Menurut Waridi, angka itu tergolong lumayan, cukup untuk memutar roda kehidupannya.

Sementara itu, uang kiriman dari istrinya selalu ia masukkan ke dalam rekening tabungan. ’’Uang kiriman dari istri, tetap saya biarkan di bank. Nantilah diambil setelah ia pulang. Mungkin nanti kami akan menggunakannya sebagai modal usaha tuturnya. [PURWO SANTOSA]

0 komentar: