Jumat, 08 Februari 2008

Leksikon Seni, Sastra, BMI-HK

Ini ada satu lagi proyek yang tak perlu menunggu pihak lain mengerjakannya, karena pastilah BMI-HK bisa mewujudkannya: membuat Leksikon Seni, Sastra BMI-HK. Dan untunglah, ketika mendapatkan tantangan ini salah seorang kawan dari ’Sekarbumi’ langsung menerimanya. ’’Oke, kita kerjakan,’’ jawabnya melalui SMS, dan kemudian ditegaskan melalui percakapan telepon.


Leksikon itu semacam kamus, tetapi tidak hanya berisi pengertian atau makna kata dan istilah, melainkan juga memberi panjelasan mengenai nama tokoh tertentu, peristiwa, organisasi, berkitan dengan bidang atau wilayah yang dicakupnya. Maka, dalam Leksikon Seni, Sastra, BMI-HK, kelak, jika terwujud, kita akan menemukan entri data misalnya, mengenai: Kopernus, FLP, Borneo Dancer, Alexa Dancer, Mega Vristian, Ipung, Rini Widyawati, Denok K Rokhmatika, Maria Bo Niok, Ida Arsusi, Etik Juwita, Anda Luar Biasa!!!, Hong Kong Namaku Peri Cinta, Nyanyian Imigran, LCC-BI 2007, Estafet Seni, Festival Sastra Buruh, Milad ke-10 FLP-HK, dan lain-lain.

Tak perlu menunggu pihak lain, maksudnya, bukanlah berarti kita mengharamkan uluran tangan, dukungan, bahkan sampai pemberian bantuan pendanaan dari pihak lain (asalkan sifatnya tidak mengikat –ah, ini juga agak susah, sebab pada hakikatnya semua istilah: menyokong, mendukung, membantu, pastilah mengikat: perkawanan, persaudaraan). Intinya, asalkan tidak mengikat dengan pasal-pasal atau klausul-klausul atau aturan-aturan (walau tidak tertulis) yang membuat proyek idealis ini terjerembab ke dalam sensasi yang menjauhkannya dari esensi.

Siapa pun yang merasa jadi orang pinggiran --begitulah kalau boleh dipinjam istilah Iwan Fals-- baik hanya karena merasa begitu (merasa jadi orang pinggiran) maupun yang jelas-jelas dipinggirkan oleh pihak lain, haruslah melakukan sesuatu. Maksudnya, jangan nrima dalam pengertian yang keliru. Jangan pasrah terlalu bulat, maksudnya, bulat-bulat memasrahkan diri kepada nasib, takdir, atau apalah istilahnya. Kita mesti berbuat sesuatu, sebab sampai kilometer tertentu, jika kita merasa dipinggirkan dan diam saja, maka berhaklah orang lain menilai kita sebagai telah menzalimi diri sendiri.

’’Lha, apakah melakukan sesuatu itu, misalnya kita tahu pasti pihak mana yang meminggirkan kita, lalu kita melawannya secara frontal, begitu? Lalu, bagaimana pula jadinya ketika nanti kita mesti pula berhadapan dengan saudara sendiri, tetangga sendiri, kawan sendiri, yang ternyata juga termasuk ke dalam golongan orang-orang yang meminggirkan kita?’’

’’Iya dong! Cuma, pastilah kita tidak akan melabrak mereka dengan membawa pentungan, pisau, keris, apalagi bom rakitan! Ya, kita lawan mereka dengan peperangan yang indah, dengan menyebarkan virus pengetahuan, hingga mereka sadar dan bangkit dengan cara pikir dan cara pandang yang baru. Sampai mereka tahu bahwa pekerja rumah tangga, domestic worker, lebih-lebih yang bekerja di Hong Kong, bukanlah pekerjaan serendah yang selama ini mereka pikirkan. Sampai mereka tahu, di Hong Kong, cukup banyak jumlahnya perempuan yang –andai mau—pastilah lebih berhak menempati sekian banyak kursi yang selama ini, di tanah air, ditempati pegawai yang kerjanya seolah arisan melulu, dan gak kreatif blas!

Ini memang proyek idealis dalam rangka mempersenjatai diri. Ini semacam proyek rekayasa genetik untuk melahirkan varian virus penyebar pengetahuan yang benar mengenai BMI-HK. Wah. Hah! Terlalu gagahkah kelihatannya?

Tetapi, jangan khawatir, kita bisa menggarapnya juga sambil belajar berbisnis. Lho! [BONARI NABONENAR]

PEDULI 18, September 2007

0 komentar: