Minggu, 17 Februari 2008

ANDAI AKU JADI ISTRI PAK KONSULAT…


"SE 2258! Cabut sekarang juga!"
"Subroto Mangun Harjo! Mudik sekarang juga!"
Begitulah bunyi yel-yel yang bergemuruh bersahut-sahutan di depan gedung KOnsulat Jendral Kerajaan Gunung Kidul, kantor pemerintahan yang berdiri kokoh dan mentereng hasil dari milyaran keringat kaum buruh.



Suara orator masih terdengar lantang, membakar semangat para demonstran yang kedinginan. Mereka bersatu menuntut konsulat yang baru untuk menarik mundur SE 2258 tentang peraturan perpindahan agen yang dinilai merepotkan dan menyusahkan kaum buruh, ho fan a!

Terang saja keputusan konsulat yang sekonyong-konyong itu membuat berang para pendekar dari seluruh pelosok Gunung Kidul yang notabenenya bekerja sebagai pengawal dan asisten para bangsawan dan pembesar kerajaan. Mereka biasanya direkrut melalui jasa sebuah agen, beruntung bagi mereka yang mendapatkan agen putih, bissa bekerja dengan tenang plus mendapatkan hak-haknya secara penuh. Tapi lain halnya bila nasib mengantarkan mereka pada agen hitam, apa pula jadinya jika suatu waktu bermasalah dengan Thai Thai dan Sing Sang? Alamat derita dikandung badan.

Sepatutnya pihak yang berwenang yakni Konsulat Jendral Kerajaan Gunung Kidul membuat peraturan yang berpihak kepada para pendekar bukan pada agen, bukankah begitu temen-teman? Ngam em ngam a?

Para pendekar yang selama ini mengupayakan diri untuk selalu taat pada hukum, bekerja siang dan malam nyaris 24 jam dengan nyawa sebagai taruhan. Libur 1x dalam seminggu, tidak underpaid, potongan agen hanya 10%, memegang dokumen sendiri, dll. Namun kini yang mereka dapatkan adalah kebalikan dari semua itu! Apa yang sudah dilakukan KJKGK terhadap praktik ilegal agen? Mo a! Just talk...talk..., mo yung a! Para agenlah yang seharusnya ditertibkan bukannya para pendekar, iya toh pembaca?! Karena selama ini perilaku buruk agenlah yang menyebabkan pendekar berpindah agen. Mbok ya sekali-kali para pembesar KJKGK menyamar jadi pendekar agar mereka tau realitas yang ada dilapangan.
Kalau hal ini terus dipertahankan sama halnya mereka menyediakan para pendekar jadi sapi perahan agen, karena menyetujui pemerasan terhadap pendekar melalui potongan gaji 7 bulan, dan itu merupakan tindakan pelanggaran terhadap GK Employment Ordinance. Dimana potongan yang diijinkan adalah 10% dari gaji pertama.

Melalui peraturan baru ini, pendekar dilihat sebagai biang keladi dari keruwetan masalah pendekar di Gunung Kidul, can hai? em hai ya maaaa......

"Brother Tedjo, gimana nee....Setiap kali kita datang kesini, pintu keraton selalluuuu....di tutup, bukannya mereka di gaji buat melayani kita? Kaum yang konon banyak menyumbang devisa buat kerajaan. Gak cuma sekali ini kita turun kejalan teriak-teriak menuntut keadilan ehhh....malah dicuekin, kesian deh kita!" Sungut seorang gadis , tangan kanannya memegang spanduk yang bertuliskan "Ohh...Dear Konsulat teganya dikau menyunat hak, tanpa seijin yang berhak! Teganya...teganya...teganya..." (itu mah buklan tulisan spanduk tapi tepatnya syair lagu dangdut), tangan kirinya bergerak ke depan, ke atas pokoknya ke segala arah menirukan gaya nge-rap nya Chris Brown.

"Ember Sis Surti, para pejabat yang hadir disini because of ntu seakan-akan "butul" semua!" Jawab Tedjo berapi-api.

"Butul? Apaan tuh Bro?!"

"Yaaa....Ellllaaa...Hari gini gak tau 'butul'. Butul means buta dan tuli you know! Kemaren kemana aje Sis? Jaman udah millenium ke-4 nah loe masih ketinggalan di jaman Megalitikum. Malu-maluin Gunung Kidul di mata dunia!" Tedjo kecewa bukan main tapi betulan.

"Woaaalllaahh...Bro, seperti dikau tak tau saja. Bahwasannya daku baru sempat turun gunung sekarang ini, demi solidaritas daku rela meninggalkan tugas" Surti sang penasehat PPSCTM (Persatuan Pendekar Sakti Cabang Tuen Muen) memberi alasan.

"Makanya asul ma boss nya buat pasang WiFi biar gampang cari informasi tentang dunia luar ga cuma jagain dapur ma kamar mandi" ujar Tedjo memberi solusi.

"O...Wireless Connection itu ya? Udah jeeh...Tuen Muen gitu loh!" bangga Surti tak terkira.

Dari hingar bingar demonstrasi, mari pembaca sekalian mengalihkan pandangan bersama-sama ke sebuah bungalaw megah nan mewah alias exclusive bin lux (sabun mandi kaleee..wuihihi...) yang bernama Lowu Palace.

"Kakanda...Dinda baru saja melihat berita di TVB, mereka bilang sedang terjadi demonstrasi besar-besaran yang di motori oleh PPSC (Persatuan Pendekar Sakti Cabang Causeway Bay), bagaiman ini Kanda? Keputusan yang Kanda dkk buat akan merugikan mereka!" Tegur seorang wanita paruh baya pada suaminya.

"Dinda tenang saja! Yang penting disini kita hidup senang dan bahagia, keluarga kita cukup sandang, pangan, papan dan jajan. Anak kita suskes dapat gelar dari luar negeri, kan kita sendiri yang bangga! Ya toh? Seperti kebanyakan atasan dan relasi kerja Kanda di Bumi Batavia yang rame-rame korupsi rupiah seenaknya, sebanyak-banyaknya, mereka toh tenang saja pada gak takut dosa, uang yang mereka punya bikin mereka kebal hukum Dinda, bukankah begitu? Kalau demikian apa salahnya dengan kita?" Jawab sang suami penuh percaya diri.

"Hikksss....Sejak kapankah pikiran Kanda sesat seperti itu, kalau Kanda tetap tak mau berubah, Dinda minta cerai saja!" Sang istri mengultimatum seketika.

"Meh wa? Lobo lei kong me a? Lei fen a? No way! I can't live....If living is without you....I can't live anymore!" Sang suami terkejut sampai hampir pingsan sampai memohon pakai nyanyian segala, huh...Gombal!

"Kalau Kanda benar-benar masih mencintai Dinda, coba buktikan! CABUT SE 2258 SEKARANG JUGA!!!!!!!!!" (Hehe...asikkk...coba klo beneran ya? Gimana Bu Konsulat?) []

dari:
sini

0 komentar: