Minggu, 04 Oktober 2009

Pulang dari Luar Negeri Buka Kedai (1)


Jika Anda pergi ke Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, dan melintas di Jalan Ki Ageng Kutu, di salah satu tepi jalanraya, Anda akan mendapati kedai yang cantik dan bersih. Kedai itu bernama Kedai Lucky. Tepatnya, kedai ini terletak di Jalan Ki Ageng Kutu No. 38, Tonantan, Ponorogo. Kalau masih bingung, cari perempatan Jeruk Sing. Nah, Kedai Lucky berada di selatan perempatan tersebut.

Kedai ini cukup nyaman untuk dijadikan tempat santap siang atau malam bersama keluarga atau kekasih. Ruangan sangat bersih, dengan tataruang yang agaknya sangat diperhitungkan dari segi artistiknya. Sepintas kilas, ada warna Bali dalam desain ruangan. Namun, ternyata pemiliknya mengaku bahwa dirinya tidak sengaja memberi warna lokal Bali dalam tataruang kedainya tersebut.

Kesan romantisnya pun dapat di kedai ini. Ketika Anda menikmati sajian di sini, Anda juga akan ditemani alunan musik-musik soft yang enak di telinga. Selain itu, pandangan mata Anda pun dimanjakan dengan dekorasi menarik dan sebuah akuarium besar berisi warna-warni ikan. Ikan-ikan dalam akuarium tersebut tidak sekadar hiasan, tetapi ikan-ikan itulah yang akan disajikan kepada pengunjung yang memesan menu masakan ikan. Jadi, jika Anda menikmati menu ikan di sini, Anda mendapatkan ikan-ikan segar yang menyehatkan.

Ada beberapa pilihan menu di kedai ini. Di antaranya, menu ikan gurami bakar atau goreng, ayam bakar, ayam goreng, soto ayam, dan nasi lemak. Minuman pun cukup bervariasi. Ada juice, soft drink, coffee and tea, juga pop ice dengan berbagai variasi. Tapi jangan cari dawet atau cendol di sini, sebab menu minuman tradisional tersebut tidak tersedia di sini.

Harga menu makanan dan minuman di kedai ini pun tidak mahal. Sebab, harga menu tertinggi hanyalah Rp 8000/porsi, yakni menu ayam bakar dan ayam goreng. Ikan gurami bakar atau goreng hanya Rp 3.500/ons, sedangkan minuman hanya Rp 1.500 hingga Rp 3000/gelas.

Kedai Lucky yang cantik ini ternyata milik pasangan suami-istri yang keduanya adalah mantan Buruh Migran Indonesia (BMI). Pasangan tersebut adalah Arif Puji Rahayu (25) dan Lukman Hakim (28). ’’Lucky itu nama anak saya,'' kata Puji, sapaan Arif Puji Rahayu, sambil senyam-senyum. ''Sekarang anak saya itu baru umur 1 tahun. Namanya Lucky Anisa Mahardika,'' tambahnya.

Puji adalah mantan BMI Hong Kong. Ia bekerja di Hong Kong selama 4 tahun 2002-2006. Sementara itu, Lukman Hakim, suami Puji, adalah mantan BMI Malaysia. Lelaki tambun tersebut bekerja di Malaysia selama 2 tahun (1999-2001).

''Jadi, saya ke Hong Kong itu setelah Mas (Lukman Hakim, Red) pulang dari Malaysia,'' ungkap Puji yang mengaku ketika berangkat ke Hong Kong, dirinya sudah menjalin asmara dengan Lukman Hakim yang sekarang menjadi suaminya.

Patungan
Kedai Lucky didirikan pada Januari 2006. Modal untuk mendirikan kedai itu sekitar Rp 30 juta hingga Rp 35 juta. Untuk sewa tempat saja menghabiskan dana Rp 3 juta setahun. Tempat itu mereka sewa selama 2 tahun. ''Modalnya memang besar, Mas, tapi itu tidak langsung. Bertahap. Ya, hasil patungan berdua,'' aku Lukman Hakim yang diiyakan sang istri.

Kedai yang belakangan namanya menjadi nama depan putri mereka itu, juga menyimpan sejarah tersendiri bagi pasangan muda tersebut. Sebab, selain didirikan dengan usaha berdua, kedai itu juga turut menandai hari bersejarah mereka: pernikahan.

''Ya, saya di Hong Kong dapat 3 tahun, terus saya cuti pulang dan menikah. Terus, Mas (Lukman Hakim, Red) buka kedai ini. Kedai sudah berdiri, terus saya kembali ke Hong Kong untuk menghabiskan kontrak kerja saya yang masih 1 tahun lagi,'' ungkap Puji.

Kedai itu didirikan beberapa tahun sepulang Lukman Hakim dari Malaysia sebagai BMI. Ide pendirian kedai itu merupakan ide Lukman. Ketika masih kerja di Malaysia, ia memang sudah mempunyai cita-cita untuk mendirikan rumah makan. Menyiapkan berbagai menu masakan, bagi Lukman memang tidak terlalu jadi masalah. Sebab, di Malaysia ia bekerja sebagai koki di sebuah restoran. Bahkan, karena majikannya mempercayainya, restoran tersebut kemudian diserahkan kepada Lukman pengelolaannya.

Bagaimana perkembangan kedai? ''Kalau perkembangannya, ya belum bagus amat sih, tapi alhamdulillah bisa berjalanlah. Nggak tentu. Kadang ramai, kadang juga sepi,'' tambah Puji.

Namun, diakui Puji dan Lukman saat ini kedainya sedang sepi meskipun hari-hari tertentu pengunjungnya tetap ramai. Ada dua hal yang menurut mereka menjadi penyebab sepinya kedainya akhir-akhir ini. Pertama, persaingan semakin ketat, terutama dengan semakin maraknya warung remang-remang di wilayah Kota Ponorogo. Menu yang disajikan warung-warung remang itu memang beda dengan menu di Kedai Lucky. Tapi, kata Lukman, pengunjung kebanyakan lebih suka ke warung remang-remang ketimbang warung terang benderang seperti kedainya.

Hal kedua yang membuat kedainya cenderung sepi belakangan ini adalah soal pelayanan. Diakui Lukman dan Puji, semula beberapa kali mereka punya karyawan untuk melayani pengunjung. Tapi sekarang tidak lagi, dan pengunjung mereka layani sendiri.

''Saya kalau punya pelayan di sini selalu dibawa kabur orang, Mas,'' kata Puji tertawa. Dibawa kabur orang, maksudnya, diajak jalan-jalan sama cowok, lalu lama-lama tidak kembali. Akhirnya, Lukman dan Puji jadi males juga mencari pelayan lagi.

Tapi, kurang begitu ramainya kedai miliknya itu, menurut Lukman, juga karena tanah tempat didirikan bagunan itu kurang cocok. ''Entah mengapa tiga tempat sederetan ini, nasibnya sama. Sepi. Kata orang tua, ini memang tempatnya sebetulnya nggak cocok untuk usaha,'' ungkap Lukman.

Presto
Namun, pasangan muda tersebut tidak hanya mengandalkan kedainya yang belum bisa memberikan penhasilan yang optimal. Lukman dan Puji juga usaha membuat bandeng presto. Menurut Lukman, justru bandeng prestonya itu yang lakunya bagus.

Mereka berdua membuat bandeng presto, lantas dipasarkan di Pasar Songgolangit, Ponorogo. Selain itu, mereka juga sudah punya pelanggan pedagang keliling dan karyawan lembaga pemerintah dan BNI. Dalam sehari, mereka bisa menghabiskan ikan bandeng sebanyak 2 kuintal untuk presto.

Namun, saat ditemui Peduli di kedainya, Selasa (12/08) lalu, Lukman dan Puji sedang meliburkan diri dari memroduksi bandeng presto. Sebabnya, saat itu ikan bandeng harganya sedang sangat mahal. Mereka memilih libur dan menunggu harga ikan bandeng kembali normal untuk memulai lagi memroduksi bandeng presto.

''Harga bandeng terus naik, Mas, entah kenapa. Tadinya Rp 10 ribu/kg, sekarang sampai Rp 13.500/kg. Pelanggan dari kalangan pedagang keliling kalau harga prestonya terus dinaikkan, mereka nggak mau. Soalnya, kalau harganya terlalu mahal, presto jadi nggak laku, nggak ada yang mau beli, katanya. Jadi, ya mendingan libur dulu. Sekarang buat presto kalau ada pesanan saja. Kalau ada pesanan, lumayan, Mas. Soalnya kalau pesan, pasti dalam jumlah besar,'' ungkap Lukman panjang-lebar.

Menurut Lukman, ikan bandeng sebanyak 1 kg bisa jadi empat kotak bandeng presto. Sekotak presto berisi tiga ekor ikan bandeng. ''Untungnya sedikit, Mas, tapi bandeng presto ini pembelinya banyak,'' katanya. [KUS/PUR]

1 komentar:

Rumpun Tjoet Njak Dien mengatakan...

Rumpun Tjoet Njak Dien adalah lembaga sosial yang bergerak dalam penguatan, pendampingan dan perlindungan pekerja rumah tangga. Kunjungi blog kami di rumpuntjoetnjakdien.blogspot.com dan website kami di www.rtnd.org. Hidup PRT!