Sabtu, 02 Februari 2013

Sop Ikan Batam Nagoya di Surabaya

Indonesia yang merupakan negara maritim memang kaya akan ikan. Surabaya juga merupakan tempat yang menjanjikan untuk bisnis kuliner berbahan ikan. Ikan tidaklah sulit dicari di sini. Selain bisa diolah dengan bumbu penyet, ikan juga bisa dimasak dengan bumbu berkuah.




Masakan Jawa Timur memang identik dengan pedas dan asin. Sehingga bila ada masakan dengan citarasa seperti itu, maka bisa dipastikan jika orang Jawa Timur akan menyerbunya lantaran sesuai dengan lidah mereka.

Sop Ikan Batam Nagoya yang merupakan makanan khas dari Batam itu ketika merambah Surabaya juga diserbu warga Surabaya. Pengunjung resto ini tak hanya dari Surabaya saja, beberapa diantaranya malah ada yang datang dari Sidoarjo, Malang dan Gresik pula. Terkadang ada pula pengunjung yang datang dari Sulawesi ke tempat itu bila mereka sedang ada urusan di Surabaya. Pertimbangan dipilihnya Surabaya sebagai tempat pengembangan dari resto ini juga didasarkan karena Surabaya merupakan kota kedua terbesar setelah Jakarta, dimana perputaran roda ekonomi berjalan dengan cepat sehingga daya beli masyarakat juga ikut bergerak cepat pula.

Jadi dengan fakta yang sedemikian ini maka tinggal kreatif-kreatifnya seseorang saja dalam menciptakan menu yang digemari masyarakat. Jika selama ini ikan kebanyakan dimasak dengan penyetan sambal atau menjadi bahan untuk pembuatan kerupuk ataupun abon maka kali ini resto tersebut mencoba menyajikannya dalam bentuk berkuah sebagai alternatif pilihannya.

”Surabaya itu identik dengan makanan yang pedas, makanya kami juga menyediakan varian menu yang mendekati selera orang Jatim di resto Sop Ikan Batam ini. Selain Sop Ikan Batam, sebagai alternatif menu lainnya kami juga menyediakan Sop Kepala Kakap dan Gulai Ikan Kakap yang bercitarasa mendekati masakan Jatim,”ujar Anwar Hidayat selaku operational manager dari Sop Ikan Batam Nagoya kepada Peduli.

Kendati merupakan usaha waralaba, namun penggunaan ikan di resto ini tidak langsung didatangkan dari Batam lagi. Semuanya menggunakan ikan-ikan yang ada di Surabaya. Hanya bumbu saja yang secara khusus masih didatangkan dari Batam. Ini sengaja dilakukan untuk menjaga kesegaran dari ikan yang menjadi bahan baku dari masakan ini. Meski berbahan ikan namun masakan yang ada di resto ini tidak menimbulkan rasa amis. Dengan bumbu yang sengaja dirahasiakan saat ditanya Peduli tapi yang jelas bau amis yang ada di ikan tidak terasa dalam masakan di resto ini. Pengunjung yang datang pun terbilang lumayan banyak. Dalam sehari resto yang kini ada di Tunjungan Plaza Mall I lantai 5 ini bisa menjual 80-90 porsi Sop Kepala Ikan yang berbahan dari ikan tengiri itu. Soal harga jual juga terbilang ramah di kantong warga Surabaya. Sop Ikan Batam dijual dengan harga 20 ribu, Sop Kepala Kakap 25ribu, Gulai Kepala Kakap 45 ribu, Tomyam 25 ribu, dan Nasi Goreng Sea Food dijual dengan harga 18 ribu.

Untuk menjaga kualitas mutu bahan dan rasa, di resto ini masakan baru di masak ketika pengunjung datang memesan makanan. Sebelum disajikan ke pengunjung bagian quality control akan mencicipi dulu masakan tersebut sudah sesuai belum dengan stadarisasi rasa yang sudah diberikan oleh pemilik waralaba ini atau belum. Bila rasa masakan dirasakan kurang dari standar maka bagian quality control akan meminta memasak ulang menu yang di pesan tersebut.

Saat ditanya oleh Peduli bagaimana kiatnya untuk menyisati harga jual makanan agar pelanggan tak kabur ketika terjadi kenaikan harga bahan baku masakan yang terkadang fluktuatif tergantung pada keadaan, pria asal Bogor berumur 36 tahun ini mengatakan kalau nilai kenaikan bahan baku tidak berkelanjutan maka kenaikan harga jual tidak perlu dilakukan.

”Paling kalau harga BBM naik aja yang mau nggak mau terpaksa harga jual menu ikut naik. Buat kami kalau selama ada profit, itu harga jual nggak perlu naik. Kecuali kalau sudah chaos gitulah baru ambil action harga jual menu baru naik. Karena kami bahan bakunya ikan semua jadi di sini nggak mungkin memberlakukan subsidi silang. Jadi naik satu ya naik semua. Tapi kalau kenaikan harga bahan baku yang sifatnya cuma sementara aja dan tidak berkelanjutan ya kami nggak menaikan harga. Misalnya pas lebaran yang lalu, harga ikan tengiri yang biasanya 1 kg cuma 36 ribu tiba-tiba naik menjadi 50 ribu, karena kenaikan ini cuma sementara dan kami masih ada keuntungan jadi kami tidak menaikah harga jual. Karena kenaikannya cuma sementara aja. Habis itu harga ikan kembali normal lagi,”katanya membeberkan kiatnya.[niken anggraini]

0 komentar: