This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Minggu, 24 Agustus 2008

Korban Penipuan Kiai Bertambah

BANYUWANGI - Kiai gadungan H Ir Cahyadi Sugiarta alias KH Ghozali Saefunuha alias KH Soca Manggala, 46, hingga kemarin masih terus menjalani pemeriksaan di Mapolsek Muncar. Polisi masih terus menyelidki kemungkinan ada korban lain.


Kapolsek Muncar AKP Ketut Redana mengatakan, hingga kini korban kiai gadungan yang mengaku asal Jl Pisangan Baru, Matraman, Jakarta Timur masih dua orang. ''Karena itu warga yang merasa menjadi korban silakan lapor polisi,'' saran Kapolsek.

Diberitakan sebelumnya, beberapa warga Desa Tambakrejo, Kecamatan Muncar menghajar seorang kiai gadungan. Lelaki yang mengaku bernama Kiai Haji (KH) Soca Manggala alias KH Ghozali Saefunuha alias H Ir Cahyadi Sugiarta itu, diduga menipu warga setempat dengan modus penggandaan uang. Akibatnya, dua warga Desa Tambakrejo mengalami kerugian Rp 54 juta. Dalam menjalankan aksinya, pria 46 tahun selalu menggunakan surban di kepala. Sebelumnya, dia memperdayai Sugiyono, 42, dan Sarji Riyadi, 46, warga Desa Tambakrejo.

Kapolsek masih enggan mengungkap hasil pemeriksaan. Dia hanya mengatakan, tersangka memiliki dua KTP dengan nama dan alamat yang berbeda. "KTP atas nama Cahyadi Sugiarta tertera alamatnya Jakarta Timur, sedang atas nama KH Ghozali Saefunuha alamatnya Cianjur, Jawa Barat," ungkapnya.

Salah satu sumber di polsek menjelaskan, dalam aksinya tersangka memang professional. Dalam pemeriksaan awal, kiai gadungan ini membantah telah bertemu dengan kedua korban di Pantai Grajagan. Dia datang ke Banyuwangi menemui kedua korban karena diajak oleh temannya saat bertemu di Malang. Teman yang mengajak itu, jelas sumber di polsek, guru sepritual dari kedua korban.

Dalam pertemuannya di Malang, tersangka diminta tolong untuk membantu kedua muridnya yang sedang kesusahan. "Keterangan ini memang berbeda dengan keterangan kedua korban, tapi tidak masalah," cetus anggota itu. (abi/aif)


Radar Banyuwangi [Minggu, 24 Agustus 2008]

Sabtu, 23 Agustus 2008

Ditelepon Cewek, Rp 10 Juta Amblas

BOJONEGORO - Modus penipuan melalui ponsel terus berkembang. Setelah beberapa waktu lalu santer beredar SMS (sort message service) yang berisi iming-iming hadiah puluhan juta rupiah. Kini, para pelaku tak segan-segan langsung menelepon calon korbannya. Seperti yang dialami Stevanus Semianta, warga Jalan Rajalawi Bojonegoro.


Informasi dari Polres Bojonegoro menyebutkan, peristiwa itu terjadi Jumat (22/8). Ketika itu korban menerima telepon dari seorang cewek bernama Amanda. ''Cewek itu mengaku sebagai staf bagian informasi sebuah perusahaan telekomunikasi nasional di Surabaya,'' ujar salah seorang petugas Polres Bojonegoro kemarin (23/8).

Menurut petugas, saat itu Amanda menginformasikan bahwa korban mendapatkan hadiah uang tunai Rp 35 juta dan sebuah motor. Hadiah-hadiah itu sebagai ucapan terima kasih perusahaan telekomunikasi tersebut kepada korban sebagai pelanggan.

Lantas, korban yang juga seorang pendeta itu diminta datang ke mesin ATM (autamic metchine teller) salah satu bank terkemuka yang ada di Bojonegoro. Tanpa curiga, korban mengikuti panduan Amanda melalui ponselnya. Namun, saat ia memeriksa kembali saldo di rekeningnya, ternyata berkurang hampir Rp 10 juta. Merasa tertipu, korban lantas melaporkan kejadian tersebut ke Polres Bojonegoro.

Kabag Bina Mitra Polres Bojonegoro Kompol Kusen Hidayat membenarkan adanya laporan kejadian tersebut. Untuk menemukan pelaku, lanjut Kusen, pihaknya berusaha menelusuri pemilik nomor rekening sebagaimana laporan korban. Juga, nomor ponsel yang digunakan pelaku saat menghubungi korban. ''Menurut pengakuan korban, nomor rekening penerima transfer itu atas nama Andul Rahman,'' terang Kusen. (dim)

Radar Bojonegoro [ Minggu, 24 Agustus 2008 ]

Jumat, 15 Agustus 2008

Diperdaya Lewat ATM, Uang Ilham Rp 36 Juta Amblas

Muhammad Aminudin – detikSurabaya

Malang - Modus penipuan dengan memperdaya korbannya melalui ATM sebuah bank kembali terjadi di Malang, Jawa Timur. Akibatnya, uang sebesar Rp 36 juta milik Ilham Bakti (53) habis dikuras sang penipu.



Penipuan dengan modus ini terjadi pada Ilham Bakti(53), warga Jalan Borobudur Agung Timur, Blimbing, Kota Malang. Dia menjadi korban penipuan dari calon pembeli mobil Honda Jazz miliknya yang akan dijualnya melalui iklan di sebuah surat kabar.

Pelaku yang mengaku bernama dr Agung asal Surabaya ini menelepon korban dan memastikan akan membeli mobil miliknya yang akan dijual.

Untuk menyakinkan korban, pelaku siap mentransfer uang muka sebesar Rp 7 juta sesuai kesepakatan. Pelaku menghubungi korban melalui nomor telpon yang tercantum pada iklan penjualan mobil.

"Kita disuruh datang ke ATM untuk mengetahui uang telah ditransfer," ujar Ilham pada petugas kepolisian saat melaporkan kasus ini ke Mapolresta Malang Jalan Jaksa Agung Suprapto Malang, Jumat (15/8/2008).

Namun, pada saat hendak mengecek saldo, korban pada waktu itu menyuruh istrinya untuk datang ke ATM BCA Jalan Ahmad Yani, mendadak pelaku menghubungi melalui pesawat telpon.

Pelaku melalui nomor telpon 081386053641 meminta istri korban mengikuti perintahnya dengan menggunakan akses transfer melalui ATM.

Kesempatan itu ternyata digunakan pelaku untuk menguras uang dalam rekening korban. "Saat saldo diperiksa, uang 36 juta dalam rekening kami hilang," imbuh Ilham.

Bersamaan juga nomor HP pelaku sudah tidak lagi dapat dihubungi.

Sementara ini Polresta Malang masih melakukan penyelidikan modus baru penipuan melalui ATM ini. (bdh/bdh)

Detik, Sabtu, 16/08/2008 01:11 WIB

Senin, 11 Agustus 2008

Untung Sedikit yang Penting Pelanggan Tak Lari

Usaha meracang telah dilakoni perempuan lulusan Universitas Airlangga jurusan Ekonomi Akuntansi ini. Sejak menikah Nur Azizah memang memfokuskan diri menjadi ibu rumah tangga. Setelah putra-putrinya beranjak besar, ia kemudian memutuskan membuka meracang di depan rumahnya untuk mengisi kesibukan.


Zizah –begitu ia akrab dipanggil, menjual aneka kebutuhan pokok rumah tangga. Ada gula, beras, minyak goreng, telur, mie instant, kosmetika, kebutuhan wanita, kebutuhan bayi, rokok, hingga makanan dan minuman ringan.

Memulai usaha pada 2003, Zizah mengeluarkan modal awal sekitar Rp 7 juta. Dana tersebut untuk pembelian rak dan perangkatnya sebesar Rp 2 juta dan pembelian isi dagangan sebesar Rp 5 juta.

Zizah cukup bersyukur tempat tinggalnya cukup jauh dengan pasar tradisional ataupun pusat belanja sehingga penduduk sekitar memang sangat membutuhkan toko meracang sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

Karena itu, lanjut Zizah, di lingkungan tempat tinggalnya banyak bertebaran tempat-tempat meracang sehingga kadang-kadang persaingan harga jadi tak sehat.

’’Selisih Rp 50 saja, pelanggan langsung lari ke tempat lain. Makanya, prinsip saya untung sedikit nggak apa-apa yang penting pelanggan tak lari,’’ ungkapnya.

Untuk memantapkan usahanya, Zizah sering bertanya kepada para pelanggannya apa saja yang mereka butuhkan, sehingga Zizah bisa langsung melengkapi dagangannya.

Misalnya saja, saat lingkungannya banyak anak sekolah, Zizah melengkapi kebutuhan untuk anak-anak sekolah seperti buku dan peralatan tulis dan makanan yang disukai anak-anak seperti es krim dan aneka snack.

Untuk kulakan, Zizah juga tak bosan-bosan mencari informasi tempat kulakan yang paling murah untuk mengejar harga dagangan yang kompetitif. Meski untuk itu Zizah harus menempuh jarak yang cukup jauh.

Uniknya, pembeli yang berhutang pun sering ditemuinya. Zizah masih menoleransi beberapa pelanggan yang berhutang. Nyatanya, menurut Zizah mereka akan membayarnya tepat waktu. [dw]


Jenis usaha: Meracang
Modal awal: Rp 7 juta
Omzet per bulan: Rp 3 - 4 juta
Kiat sukses: Untung sedikit yang penting pelanggan tak lari
Metode pemasaran: Selalu melengkapi kebutuhan pelanggan

Berharap Pemerintah Tertibkan Minimarket

Begitu lulus SMU, pria ini langsung memutuskan membantu orangtuanya melanjutkan bisnis meracang. Telah berpuluh-puluh tahun orangtua Kafi Maulana membangun bisnisnya ini.


’’Saya nggak ingat kapan orangtua buka usaha ini. Tapi, sejak saya lahir orangtua sudah punya usaha ini,’’ jelas pria single yang lahir 1975 ini.

Sebenarnya Kafi sempat ingin bekerja di pabrik atau kerja kantoran, namun melihat orangtuanya sudah cukup tua, Kafi bersama kakak perempuannya memilih meneruskan bisnis keluarganya.

Toko Kafi yang terletak di pinggir jalan Gedangan Sidoarjo, Jawa Timur, cukup besar dan berisi beragam kebutuhan. Mulai kebutuhan pokok seperti gula, beras, minyak goreng, telur dan sebagainya, hingga kebutuhan pendukung lainnya seperti kebutuhan sekolah, kebutuhan memasak, kebutuhan perempuan dan sebagainya. Kafi juga menambahkan penjualan pulsa dan wartel di tokonya ini. Hal ini untuk mengantisipasi sepinya pembeli, setelah banyak orang memilih minimarket yang kini sudah merambah gang-gang kecil di pinggiran kota.

’’Di wilayah saya sudah ada tiga minimarket yang berdiri. Ini sama saja ’membunuh’ usaha kecil seperti saya ini. Padahal, harga mereka jauh lebih mahal. Selisih harganya saja bisa sampai Rp 500,’’ ungkapnya.

Padahal, bila pelanggan belanja di tempatnya dan terlalu mahal mereka langsung protes. Anehnya, lanjut Kafi, mereka menikmati belanja di minimarket meski harganya jauh lebih mahal.

Padahal, bedanya hanya soal tempat saja, minimarket memang menyediakan tempat yang nyaman dan dilengkapi AC.

Kafi berharap, pemerintah memiliki kebijakan untuk menertibkan minimarket-minimarket yang didirikan seenaknya.

Kalau hal ini dibiarkan, ia yakin bisnis meracang seperti yang berpuluh tahun menjadi sumber kehidupannya akan mati pelahan-lahan. Untuk itu segala trik bisnis diterapkannya agar usahanya laris. Termasuk diperbolehkannya pembeli berhutang dalam jumlah tertentu, atau bayar mundur sebulan sekali saat gajian.

’’Ada yang sudah langganan bertahun-tahun, bayarnya kalau suaminya gajian setiap awal bulan. Ya nggak apa-apalah, ketimbang nggak laku. Yang penting modal kembali,’’ terangnya. [dw]


Jenis usaha: Meracang dilengkapi wartel dan penjualan pulsa
Modal awal: Sekitar Rp 200 ribu
Omzet per bulan: Rp 5 - 6 juta
Kiat sukses: Beri kelonggaran cara pembayaran pada pelanggan

Usaha Meracang di Tengah Himpitan Minimarket

Usaha meracang (toko kelontong) sering menjadi alterntif utama usaha sampingan rumah tangga. Selain tak butuh modal besar, usaha meracang bisa dilakukan di rumah, garasi, atau membuat toko kecil di areal rumah.


Mau tak mau, meracang memang dibutuhkan oleh masyarakat. Apalagi bila letak rumah cukup jauh dari pasar atau pertokoan. Meski untung sedikit, usaha meracang menjadi usaha sampingan yang hingga kini dipilih banyak orang.

Meracang biasa ditemui dalam dua jenis, yakni meracang yang menjual kebutuhan pokok basah seperti sayur-mayur dan lauk-pauk, atau meracang yang menjual kebutuhan pokok kering seperti beras, gula, garam, teh, dan sebagainya.

Karena merupakan usaha rumahan, meracang sering dianggap remeh sebagai usaha ’iseng’. Padahal bila ditekuni, meracang bisa jadi sumber pendapatan pokok sehari-hari, dan tak sedikit orang yang menjadi kaya lantaran meracang.

Kesulitan utama bisnis ini –seperti dijelaskan oleh Nur Azizah, seorang pelaku bisnis meracang-- adalah banyaknya pelaku usaha sehingga menimbulkan persaingan bisnis tak sehat.

’’Di desa saya setiap sepuluh rumah hampir bisa dipastikan ada yang berjualan meracang,’’ tegasnya.

Karena banyaknya penjual maka bersaing harga sudah sangat biasa. Meski hanya terpaut Rp 50 saja pembeli bisa lari dan mencari meracang yang paling murah.

’’Kalau berbisnis meracang memang harus mengikuti harga pokok pasar sehingga bisa mematok harga yang paling murah. Meski untung sedikit yang penting pelanggan tak lari,’’ terang perempuan lulusan Universitas Airlangga yang memilih menjadi ibu rumah tangga sekaligus membuka meracang di rumahnya.

Hal yang sama juga dibenarkan oleh Kafi Maulana. Pria jebolan SMU yang membuka meracangnya di Gedangan, Sidoarjo, Jawa Timur, setiap saat mengikuti perkembangan harga.

’’Saya sering kelayapan ke pusat-pusat belanja, mini market sampai ke pasar-pasar tradisional untuk membandingkan harga. Jangan sampai harga yang saya patok lebih mahal dari tempat lain,’’ ungkapnya.

Meski begitu Kafi kecewa juga dengan maraknya minimarket yang merambah tempat-tempat terpencil. Hal ini sangat merugikan bisnis meracang seperti yang ditekuninya dan menimbulkan persaingan tak sehat. Apalagi, lanjut Kafi, minimarket tersebut punya keungulan kelengkapan produk dan tempat yang nyaman.

Meski begitu Kafi bisa menjamin barang dagangannya jauh lebih murah ketimbang yang dijual di minimarket.

’’Selisih harganya besar, bisa sampai Rp 500 per mata dagangan. Jadi, jangan tergoda minimarket karena sebenarnya mereka jelas-jelas mahal,’’ terangnya.

Untuk melariskan usahanya, Kafi mendampingi usaha meracangnya dengan usaha wartel dan penjualan pulsa. [dw]

Sabtu, 09 Agustus 2008

Lagi, Penipuan Berdalih Investasi

Diiming-Imingi Untung Besar, Rp 85 Juta Amblas

PLOSOKLATEN- Gaya penipuan dengan dalih bisnis investasi dengan iming-iming untung berlipat, kini terus menjadi tren di masyarakat. Gara-gara tergiur dengan iming-iming itu, banyak masyarakat yang sudah menjadi korban dengan kerugian mencapai puluhan juta rupiah per orang.



Seperti yang dialami Indro Prabowo, 45, asal Geger, Madiun. Pria ini kemarin sore melapor ke Mapolres Kediri lantaran merasa tertipu dengan tawaran investasi yang dijanjikan oleh Asyifa, 40, asal Desa Kawedusan, Plosoklaten. Bukannya untung, dia malah buntung. Kasus tersebut kini dalam penyelidikan petugas.

Dalam laporannya, Indro mengaku kenal dengan Asyfiya sejak beberapa bulan lalu. Asyifa sendiri sudah beberapa kali datang ke rumahnya. Saat bertemu, dia beberapa kali menawari usaha investasi pada Indro. "Korban diajak bisnis usaha produksi pakan ternak," terang Kasatreskrim AKP Didit Prihantoro, kemarin.

Setelah beberapa kali bertemu dan terus diiming-imingi investasi dengan keuntungan besar, lama-kelamaan Indro percaya dan tergiur dengan rayuan Asyfiya. Hingga akhirnya korban bersedia memberikan uang sebanyak Rp. 85 juta untuk bisnis investasi produksi pakan ternak tersebut.

Namun sekitar 2 bulan lalu, Indeo mulai curiga dengan perubahan Asyfiya. Dia mulai sulit untuk dihubungi. Padahal, dia butuh menanyakan bagaimana perkembangan usaha pakan ternak dan uang yang sudah dia investasikan itu.

Merasa curiga, Indro kemudian mencoba untuk mengecek ke alamat CV yang disebutkan Indro. Namun setelah dicek ke Plosoklaten, pihak CV mengaku sama sekali tidak pernah menerima uang seperti yang disebutkan oleh Indro.

Tenty saja Indro kaget. Padahal dia telah menyetorkan Rp 85 juta melalui Asyfiya. Sadar dirinya tertipu, Indro segera berusaha menghubungi Asyifa dengan maksud minta uangnya dikembalikan. Sayang beberapa kali dihubungi, Asyifa hanya memberikan janji akan mengembalikan uang tersebut. Bahkan sejak satu minggu terakhir, dia sudah tidak bisa dihubungi lagi. Akhirnya kasus tersebut dilaporkan ke Mapolres Kediri.

Didit mengatakan, sejauh ini pihaknya baru sebatas menerima laporan resmi dari korban. Dalam waktu dekat, pihaknya akan mengirimkan surat panggilan pada terlapor. "Kalau dalam pemeriksaan terbukti akan kami tahan," pungkasnya. (ery/im)

Radar kediri Minggu, 10 Agustus 2008

Penipuan: Kuras Uang Lewat ATM

MALANG- Sabtu, 17 Juli 2008, pukul 18.30, Linda, 45, Warga Jl Papah Kuning, tergopoh-gopoh masuk ke ruang pelayanan masyarakat Polresta Malang. Sambil membawa kopor berisi pakaian, dia menemui petugas Sentra Pelayanan Kemasyarakatan (SPK) yang bertugas waktu itu. ''Saya tertipu Pak! Uang saya Rp 19 Juta raib setelah transfer ke rekening orang yang memberi informasi bahwa anak saya yang ada di Bandung mengalami kecelakaan,'' katanya dengan nafas tersengal-sengal.


SPK segera merespons dan mempersilakan Linda duduk di sofa yang ada di ruangan tersebut. Segelas air mineral kemasan segera diulurkan kepada Linda untuk meredakan kepanikannya. ''Trims, pak. Saya benar-benar panik,'' ujarnya.

Linda pun panjang lebar menceritakan peristiwa yang baru dialami beberapa jam yang lalu. Dia mengatakan petang itu hendak bertolak ke Bandung, namun dipastikan batal karena kabar anaknya kecelakaan tidak benar. Sebaliknya, anaknya yang bakal pulang ke Malang setelah tahu orang tuanya tertipu.

Itulah peristiwa salah satu korban penipuan yang memanfaatkan kecanggihan teknologi perbankan dan telekomunikasi. Kejahatan ini termasuk salah satu jenis kejahatan yang cukup meresahkan masyarakat. Begitu juga polisi, dibuat seakan tidak berkutik hingga sejak tiga tahun terakhir kasus ini belum ada yang terungkap.

Data yang diperoleh di Bagian Operasional (Bagops) Polresta Malang menyebutkan selama enam bulan terakhir ada sekitar 24 laporan tentang kasus penipuan undian berhadiah menggunakan telepon atau SMS. Modus yang dilakukan rata-rata memberi iming-iming korbannya hadiah barang berupa mobil atau peralatan elektronik.

Pada Januari ada empat laporan dengan nilai kerugian mencapai Rp 151.295.999. Berikutnya, Februari diterima sebanyak tiga laporan dengan kerugian sebanyak Rp 44.710.154 , Maret ada satu kasus dengan kerugian sebesar Rp 30 juta. Pada April ada enam kasus dengan kerugian mencapai Rp 84.999.998, Mei ada satu kasus dengan kerugian senilai Rp 14.998.877 juta. Dan untuk Juni ada empat laporan dengan kerugian sebesar Rp 55.708.000, Juli empat kasus dengan total Rp 32.300.000, dan Agustus dialami Tiwik, warga Lowokwaru dengan kerugian Rp 91.400.000. Jadi total selama enam bulan untuk kejahatan bermodus ini, kerugian mencapai Rp 505.413.028.

Sedangkan modus penipuan terbagi atas lima jenis. Pertama, seperti yang dialami Linda yakni memberi informasi kecelakaan lalu lintas yang dialami oleh salah satu anggota keluarga korban. Kedua mengirimkan informasi via SMS ke nomor HP korban. Contohnya, SMS penipuan yang pernah diterima oleh salah satu masyarakat yang ditunjukkan kepada Radar.

SMS yang diterima pada 23 Juli pukul 11.05 berbunyi: Message from 021-30535521 INDOSAT (555). Kalimat yang tertulis adalah ''Kejutan poin Rp 15 juta resmi diberikan ke pemilik nomor 0341-6223xxx PIN -k7d1547 U/info hubungi kantor pusat Indosat di 021-30535525, 021-33204151. Pesan dari INDOSAT". Ketika dikonfirmasi ke Indosat, ternyata informasi itu tidak benar.

Umumnya info menyatakan jika penerima SMS itu telah memenangkan undian berhadiah yang digelar sebuah perusahaan. Misalnya perusahaan penyedia jasa telekomunikasi dan produsen produk kebutuhan sehari-hari. Setelah info direspons korban, pelaku minta kiriman uang dengan dalih untuk pajak undian atau biaya pengiriman hadiah ke rumah korban.

Besarnya dana yang perlu disetor bervariasi, kisaran 20 hingga 50 persen dari nilai hadiah yang diberikan. Pelaku minta dana itu dikirim melalui transfer rekening bank di ATM. Untuk memuluskan aksinya, pelaku memandu korban melalui HP.

Lalu modus ketiga adalah memasukkan undian berhadiah dalam kantong produk barang misalnya sabun cuci. Undian tersebut menyebutkan jika korban memenangkan hadiah mobil. Untuk memperolehnya, korban harus menyetor pajak hadiah ke rekening milik pelaku. Kadang melalui transfer manual ke bank atau melalui ATM.

Modus berikutnya menyaru sebagai pejabat pusat sebuah instansi pemerintahan di Jakarta atau Surabaya yang minta uang kepada anak buahnya yang ada di Malang. Caranya uang itu ditransfer ke rekning pelaku.

Lalu, modus kelima adalah dengan memanfaatkan kartu ATM yang tertelan di mesinnya. Pelaku sengaja memasang stiker pengumuman di ruang ATM jika kartu tertelan harap menghubungi no milik pelaku. Begitu dihubungi, pelaku bukannya membantu namun malah minta korban menyebut PIN dan menguras rekening korban melalui penguasaan teknologi yang dikuasai.

Jika dipelajari, dari 24 kali kejadian terbanyak terjadi pada Jumat malam, Sabtu, dan Minggu. Dilihat dari itu, pelaku sengaja memanfaatkan hari libur perbankan. Harapannya, ketika aksinya diketahui korban, rekening milik pelaku tidak bisa diblokir pada hari itu. Sehingga memungkinkan pelaku bisa menguras uang korban.

Polisi berdalih, upaya korban melaporkan kejadian yang menimpanya ke polisi sesaat setelah kejadian diyakini belum cukup efektif untuk menghentikan ulah pelaku. Karena laporan polisi yang telah dikantongi baru bisa digunakan memblokir rekening pelaku ketika bank sudah beroperasi, yakni Senin. Lalu, ketika Senin korban datang ke bank, rekening pelaku diketahui sudah habis. Tahu itu, korban pun hanya bisa gigit jari.

Kasat Reskrim Polresta Malang AKP MP Sitanggang SIK mengatakan, upaya polisi untuk melacak pelaku selalu terkendala oleh mekanisme bank yang tidak bisa membeber identitas pelaku melalui nomor rekeningnya.

Andaikan identitas korban diketahui, itu pun setelah dilacak baru diketahui palsu sehingga sulit terdeteksi. ''Kami sudah berusaha, namun lagi-lagi polisi menemui jalan buntu saat dihadapkan pada birokrasi bank,'' kata Sitanggang. Bank, katanya, tidak sembarangan bersedia membeber identitas rekening pelaku.

Sementara itu, Kabagops Polresta Malang Kompol Suroto mengatakan sejauh ini polisi sudah melakukan berbagai upaya sosialisasi kepada masyarakat agar mewaspadai aksi penipuan undian berhadiah. Imbauan di antaranya dengan menempelkan stiker dan spanduk imbauan di ruangan ATM, dan tempat-tempat umum. ''Entah kenapa, stiker yang kami tempelkan esok harinya sudah hilang. Kami juga tidak tahu siapa yang mencopot stiker imbauan itu,'' katanya. (mas/ziz)

Radar Malang Minggu, 10 Agustus 2008

Jumat, 08 Agustus 2008

I Hate the Time, and I Hate Hong Kong


Cerpen: Mada Sundah

Hari tidak hujan, tak ada angin atau pun hujan, masih ada begitu banyak orang di sekeliling Aryhanee. Namun Aryha merasa begitu kosong, begitu sepi. Entah harus ke mana jiwanya pergi. Ia ingin berteriak, namun tak mungkin, atau ia akan membuat geger seluruh asrama.



Ingin rasanya ia menangis, meski ia bukan jenis cengeng. Berat. Sesak. Dan entah harus memakai kata apa untuk setidaknya menggambarkan perasaannya saat ini. Ia masih bisa mendengar suara kawan-kawannya. Ia masih bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka. Namun semua hambar, semua hampa.

Entah ini sakit , atau kecewa. Atau bahkan adalah gabungan dari keduanya 'plus' perasaan- perasaan lain yang sangat menyakitkan.
Betapa saat ini ia jadi sangat merindukan sobat-sobat nya yang kini telah terbang ke Hong Kong. Sahabat tempat ia biasa bertukar pikiran, tempat ia curhat. Ia tak tau mesti pada siapa lagi ia hempaskan kepedihan hatinya saat ini.

’’Jahanam!!’’ makinya. Dalam hati. Karena ia akan dihukum lari sepuluh putaran lapangan samping asrama kalau Lousi sampai mendengarnya.

Saat ini, yang bisa Aryha rasakan hanyalah kebencian pada Hong Kong dan Waktu. Masih teringat jelas kata- kata dalam SMS Nee padanya tadi pagi.

DJEAN & DICA
Invite you to share their joy at their wedding
The wedding ceremony and the wedding banguet will be held
AT Sunday. 11 May ,2008
8/f, Room : 31
RED BOX
Causeway Bay, HK
At. 12 pm to 4 pm
Nothing happines if you not come with us
by. DJ
< Nee dapat undangan dari selir n marumu
Aryha datang ra????? >

Seolah ribuan tangan menampar muka Aryha. Ia malu. Betapa dulu Aryha mencampakkan Nee demi Dica. Dan kini, saat ia harus sendirian di Indonesia, Nee telah jalan dengan yang lain.

Dica yang pernah berjanji akan selalu setia dan menunggu Aryha ternyata mengingkarinya! Dica akan menikah dengan Djean, yang Aryha sendiri tak kenal!

Aryha merasa menjadi cewek paling bodoh di muka bumi. Benaknya kembali ke masa dia masih menjadi BMI di Hong Kong. Aryhanee, memperoleh libur setiap minggu. Dan yang ia lakukan awalnya adalah mengikuti kursus gitar di Central. Gurunya adalah seorang tomboi asal Philipina. Dan dari tiap kali libur menggendong gitar lah Aryha mulai menomboi-kan diri. Dan inilah Hong Kong. Dari tomboinya, akhirnya Aryha masuk ke dunia yang sejak dari Indonesia belum pernah ia bayangkan: LB.

Aryha mengenal Neejie, dan mulai merasa yakin bahwa ia mencintai Nee, seperti dulu ia pernah jatuh cinta pada Agus, tetangganya.
Dan hari-hari di Hong Kong menjadi lebih berwarna setelah Aryha berpacaran dengan Nee.

Namun setelah Aryha pulang Indonesia, dan kemudian Nee juga pulang, mereka mulai menemukan masalah. Terutama karena sangat tidak mungkin untuk LB di Indonesia.

Nee kalah. Dia memutuskan untuk kembali ke Hong Kong, sedang Aryha sudah terlanjur menemukan pekerjaan yang cukup layak di Indonesia.

Sampai Aryha bertemu Dica di Indonesia, Dica yang mantan BMI Hong Kong juga menyatakan jatuh cinta pada Aryha. Pada mulanya Aryha hanya dekat dan menganggap Dica sebagai teman saja. Namun karena sifat LB yang pernah mereka milik, hubungan itu berlanjut.

Dan hubungan denga Nee yang masih berlanjut meski melalui SMS ataupun IDD Call. Jadi mulai muncul masalah, di tambah anak-anak tomboi di sekitar Nee mulai hadir di antara Nee dan Aryha. Dan Nee akhirnya jalan dengan Anank, seorang tomboi dari Jawa Timur.

Akhirnya Aryha membuang Nee demi Dica. Namun Dica pun harus terbang kembali ke Hong Kong,Dica mengumbar janji untuk setia dan jadi LB sejati demi Aryha.

Dan kini, Dica yang tiap kali menelepon Aryha selalu bersikap biasa- biasa saja, ternyata menyimpan racun. Aryha kecewa, mengapa justru wanita yang ia cintai yang telah ia campakkan-lah yang mengabari Undangan Dica, wanita yang seharusnya saat ini adalah kekasihnya. Dan apa yang bisa Aryha lakukan kini? Toh dia di indonesia, sedang mereka di Hong Kong???!!!!

Aryha merenung, apa yang akan ia lakukan kini? Wanita yang ia cinta telah jadi milik orang lain, wanita lain yang seharusnya adalah kekasihnya hendak merit dengan yang lain lagi.

Begitu bodohnya Aryha. Apa yang ia rasakan akan cinta yang semu ini?
’’Nyata kah ini semua?’’ batinnya nanar.

Aryha berpikir, haruskah ia makin parah? mencari lebih banyak mangsa? menyakiti mereka? Karena saat ini ia benar-benar sakit?
Atau kah harus seperti kawa-kawannya dulu? bunuh diri karena ini semua?

Apakah memang sudah saatnya ia bertobat? Kembali pada jalan-NYA? benar-benar mencari suami?

’’Oh.. Lord... I hate the time, and I hate Hong Kong.’’[]



mada_nee@yahoo.com

Menjaring Rupiah dengan Celana Dalam


Fungsi pakaian dalam baik bagi orang dewasa maupun anak-anak lebih banyak menyangkut masalah kesehatan apalagi bagi anak-anak, misalnya supaya tidak gampang masuk angin. Karena itu bahan yang digunakan haruslah lembut serta mudah menyerap keringat.


Sifat seperti ini ada pada pakaian dalam yang diproduksi oleh Sumiati (54) dari desa Sobontoro, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung. ’’Pakaian dalam anak-anak ini sangat cocok untuk ukuran tubuh mereka yang sedang mekar dan melar karena bahan yang saya gunakan cukup lembut dan elastis,’’ katanya.

Sumiati bersama suaminya, Sofian (60), merintis usahanya ini sejak 1980 awalnya yang diproduksi adalah pakaian dalam perempuan yang melipui BH, CD, dan kaos dalam saja. Namun, dengan berkembangnya usaha yang ia rintis dan kejelian dalam melihat pangsa pasar, setelah berjalan selama dua tahun ia beralih haluan untuk memfokuskan pada produksi pakaian dalam anak anak saja sedangkan untuk pakaian dalam wanita yang sampai saat ini masih diproduksi hanya BH saja.

’’Saya pilih pakaian dalam anak-anak ini karena setelah saya cermati pasarnya lebih menjanjikan dan produk yang saya buat sampai saat ini masih bisa bersaing dipasaran,’’ ujar Sumiati.

Untuk membuat pakaian dalam ini Sumiati menggunakan bahan dari kain kaos TC, SBX, dan DS, yang dibeli dari penyedia di wilayah Tulungagung. Mula-mula kain dipotong sesuai dengan ukuran yang diinginkan, bahan dasar itu kemudian dijahit dan diobras, bagian tepinya dineci dan diplipit supaya tidak mbrodhol hingga enak dipakai.

Selain itu, untuk mempercantik tampilannya Sumiati juga menyablon sendiri dengan gambar-gambar yang sedang ngetren dan disenangi anak-anak.

’’Untuk model kebanyakan saya ambil dari majalah dan tabloid serta mencermati pakaian anak-anak yang ada di toko-toko swalayan,’’ Sumiati membocorkan kiatnya.

Dengan 6 orang karyawannya Sumiati dalan satu hari bisa menyelesaikan 30 dosin pakaian dalam anak-anak. Setiap karyawan dalam sehari bisa menyelesaikan 5 dosin dengan sistim borongan , untuk kaos borongannya per dosin sedang BH dewasa upahnya per biji.

Pemasaran

Pasar yang dibidik oleh Sumiati adalah kalangan masyarakat bawah dengan harga yang relatif terjangkau untuk BH dilepas secara grosir Rp 18 ribu/dosin sedangkan singlet dan CD dilepas dengan harga Rp 12 ribu/dosin.

Pembeli utama produk Sumiati adalah pedagang-pedagang kecil atau pedagang eceran serta beberapa toko yang telah menjadi pelanggan tetapnya.

’’Dalam urusan pemasaran selama ini saya tidak mengalami kendala karena saya telah memiliki pembeli tetap yang siap menampung berapa pun yang mampu saya buat,’’ tutur Sumiati.

’’Produk ini saya jual sampai ke pasar Kapasan Surabaya dan Krian, Sidoarjo, selain itu saya juga melayani toko-toko dan pedagang pengecer di wilayah Tulungagung dan Nganjuk,’’ lanjutnya.

Urusan kelancaran keuangan pun, menurut Sumiati sampai saat ini tidak mengalami kendala karena pembayarannyapun selalu lancar. ’’Selama saya buka usaha ini hanya sekali mengalami macet dalam hal pembayarannya. Itu pun hanya satu pedagang namun nilainya cukup besar dan sampai sekarang tidak pernah dibayar dan sampai saat ini uang tersebut saya anggap hangus,’’ katanya.

Masih menurut Sumiati, perihal penjualannya walaupun kondisi pasar pernah mengalami krisis tetap boleh dibilang lancar. Hanya saja, dari segi hasil atau labanya memang mengalami penurunan, karena harga bahan baku serta biaya operasional ikut bertambah banyak.

Modal Awalnya Rp 200 Ribu

Perjalanan Sumiati dalam menggeluti pembuatan pakaian dalam ini cukup panjang. Menurut penuturannya, sebelum memutuskan untuk mandiri ia ketika masih bujang ia sudah terbiasa menjadi karyawan /buruh menjahit selama 2 Tahun di Surabaya, kemudian 2 tahun di Tulungagung dan kebetulan semuanya yang dikerjakan adalah membuat pakaian dalam wanita.

Barulah setelah menikah dengan Sofian ia berpikir untuk mencoba memproduksi sendiri. Maka, dengan modal Rp 200 ribu serta pengalaman yang dimiliki ia bersama suaminya yang kebetulan juga memiliki ketrampilan jahit menjahit pada Tahun 1980 ia mendirikan usahanya.

’’Saat pertama buka usaha ini, yang saya miliki hanya sebuah mesin jahit manual/pancal dan uang Rp 200 ribu hasil dari penjualan perhiasan yang semuanya saya belikan kain kaos dan benang sebagai bahan baku. Bahan baku tersebut dengan dibantu suami, saya kerjakan sendiri sampai jadi dan siap dipasarkan”,tutur Sumiati.

’’Hasilnya saya jual sendiri dari pasar ke pasar di wilayah Tulungagung saja. Yang saya bawa tidak banyak paling banter saat itu sekali jualan saya bawa 5 dosin pakaian dalam, dari jumlah sampai tidak habis, pasalnya untuk untuk merebut pasar selain saya ecerkan sendiri sebagian saya titipkan pada beberapa pedagang pakaian yang ada,’’ lanjutnya.

Langkah pemasaran yang diterapkan oleh Sumiati ternyata cukup efektif untuk memperlancar usahanya karena dengan menitipkan pada beberapa pedagang yang ternyata bisa meningkatkan angka penjualan produknya, dan cara seperti itu tetap digunakan sampai saat ini.

’’Memang saat ini saya tidak jualan lagi secara eceran karena waktunya sudah tidak nuntut, jadi saya tinggal mengirimkan atau memasok pada para pedagang yang sebagian besar adalah langganan lama saya, selain itu saya juga sudah menembus beberapa toko yang siap menerima produk saya,’’ tutur Sumiati.

Dari hasil jerih payahnya merintis usaha pakaian dalam ini dilihat dari sisi ekonomi terlihat cukup mapan. ’’Dari hasil usaha ini sejak awal sampai sekarang yang kelihatan saya bisa membeli 2 buah rumah. Satu untuk tempat tinggal dan yang satunya ya untuk tempat produksi ini,’’ terangnya.

Sementara di rumah produksinya jelas kelihatan peralatan utamanya mesin potong, jahit dan obras yang digunakan semuanya sudah menggunakan listrik.

’’Semua peralatan yang ada ini semuanya saya beli dengan menggunakan uang hasil usaha. Selama ini saya tak pernah menambah modal dari sumber lain, ya hasil dari usaha ini yang saya kembangkan. Bila ada rezeki atau laba saya belikan peralatan. Saat ini saya sudah punya 9 mesin jahit, 1 obras, 1 mesin potong. Bila dibeli bersamaan, tidak kuat uangnya,’’ paparnya.

Pentingnya Stok

Tahun 1991 hingga 1996 menurut Sumiati adalah masa kejayaan usahanya. Dengan memroduksi pakaian dalam yang dipasarkan dengan harga jual Rp 1.000/3 biji, omzet yang diperoleh setiap bulannya selalu di atas Rp 100 juta. Namun, setelah terjadi krismon produk tersebut dihentikan.

Setelah terjadinya krismon tersebut sampai saat ini omzetnya masih bisa bertahan setiap bulannya rata-rata Rp 50 juta,

’’Bila dimintai keterangan mengenai laba bersihnya saya tidak bisa menjelaskan secara rinci, untuk garis besarnya setelah dikurangi bahan baku dan biaya operasional paling banter saya dapat 5% dari omzet,’’ ujarnya.

Yang pasti, semakin besar omsetnya maka semakin banyak pula laba yang diperoleh. Masalahnya untuk mengejar omzet yang lebih besar diperlukan dana yang besar pula.

’’Untuk sementara ini kendala utamanya adalah kurangnya modal kerja, sedangkan pemasarannya saya tidak mengalami kesulitan. Masalahnya kita harus memiliki dana diam yang sewaktu-waktu dapat langsung digunakan bila ada permintaan mendadak atau lebih bagus lagi bila kita memiliki stok barang,’’ katanya.

Selain itu menurut penuturannya untuk dana yang harus disiapkan setiap bulannya rata-rata 2 kali lipat dari jumlah omzetnya, hal ini untuk mengantisipasi bila ada pelanggan yang belum bisa membayar secara penuh. [PURWO]

Kemerdekaan Itu...

Ketika majalah ini sudah di tangan Anda, mestinya nuansa kemeriahan Peringatan Hari Kemerdekaan RI, di HK, makin terasa. Ada yang makin giat berlatih sebagai anggota pasukan pengibar bendera, berlatih baca puisi, atau menari, untuk tampil di Panggung Peringatan HUT-RI. Bahkan, mesti ada pula yang masih menikmati kebanggaan setelah memenangkan perlombaan.


Lalu, marilah kita ingat, namanya juga ’peringatan’—bahwa berbagai perlombaan, berbagai pementasan, karnaval, dan sebagainya itu hanyalah sarana. Adalah alat untuk mempertegas ingatan kita bahwa kemerdekaan itu sebegitu bernilai, bahkan lebih bernilai daripada hidup itu sendiri.

Tetapi, kemerdekaan itu tampaknya ada meterannya, ada timbangannya, ada ukurannya. Ehm. Belum lama ini penyair Heri Latief meluncurkan buku puisi 50% Merdeka. Nah, lho! Eh, konon ia juga akan datang ke HK juga untuk meluncurkan buku itu. Jadi kapan kita bisa menikmati kemerdekaan yang 100%?

Datanglah ke Jakarta, dan saksikan para pemilik mobil mewah itu masih juga hanya bisa bermimpi menikmati kemerdekaan (dari kemacetan jalan raya Jakarta). Dengarkanlah pula gerutuan orang, yang pada intinya mengabarkan bahwa mereka tidak merdeka untuk menyalakan lampu atau menghidupkan perangkat elektronik gara-gara pemadaman bergilir yang jadwalnya pun kadang diubah secara sepihak oleh pengelola aliran listrik negara. Televisi masih juga mengabarkan orang pingsan terinjak-injak saat ngantri BLT.

Persoalan kemerdekaan (hanya) sekian prosen ternyata bukan hanya monopoli orang kecil. Iya ta? Apalagi secara ekonomi. Kabar mutakhir bahwa WTO (World Trade Organization) gagal mencapai kesepakatan di Jenewa (Swis) karena kebijakan terkait pemasaran produk-produk pertanian yang didesakkan negara-negara kaya ditentang oleh kelompok negara berkembang seperti: India, China, dan Indonesia.

Semoga, terutama di bidang ekonomi, kita masih punya nyali untuk meneriakkan tuntuan kemerdekaan persen demi persen. Untuk itu diperlukan kesadaran bahwa kita sedang mengalami dan/atau dalam ancaman: penjajahan. [BONARI NABONENAR, untuk Peduli edisi Agustus 2008]