Senin, 11 Agustus 2008

Berharap Pemerintah Tertibkan Minimarket

Begitu lulus SMU, pria ini langsung memutuskan membantu orangtuanya melanjutkan bisnis meracang. Telah berpuluh-puluh tahun orangtua Kafi Maulana membangun bisnisnya ini.


’’Saya nggak ingat kapan orangtua buka usaha ini. Tapi, sejak saya lahir orangtua sudah punya usaha ini,’’ jelas pria single yang lahir 1975 ini.

Sebenarnya Kafi sempat ingin bekerja di pabrik atau kerja kantoran, namun melihat orangtuanya sudah cukup tua, Kafi bersama kakak perempuannya memilih meneruskan bisnis keluarganya.

Toko Kafi yang terletak di pinggir jalan Gedangan Sidoarjo, Jawa Timur, cukup besar dan berisi beragam kebutuhan. Mulai kebutuhan pokok seperti gula, beras, minyak goreng, telur dan sebagainya, hingga kebutuhan pendukung lainnya seperti kebutuhan sekolah, kebutuhan memasak, kebutuhan perempuan dan sebagainya. Kafi juga menambahkan penjualan pulsa dan wartel di tokonya ini. Hal ini untuk mengantisipasi sepinya pembeli, setelah banyak orang memilih minimarket yang kini sudah merambah gang-gang kecil di pinggiran kota.

’’Di wilayah saya sudah ada tiga minimarket yang berdiri. Ini sama saja ’membunuh’ usaha kecil seperti saya ini. Padahal, harga mereka jauh lebih mahal. Selisih harganya saja bisa sampai Rp 500,’’ ungkapnya.

Padahal, bila pelanggan belanja di tempatnya dan terlalu mahal mereka langsung protes. Anehnya, lanjut Kafi, mereka menikmati belanja di minimarket meski harganya jauh lebih mahal.

Padahal, bedanya hanya soal tempat saja, minimarket memang menyediakan tempat yang nyaman dan dilengkapi AC.

Kafi berharap, pemerintah memiliki kebijakan untuk menertibkan minimarket-minimarket yang didirikan seenaknya.

Kalau hal ini dibiarkan, ia yakin bisnis meracang seperti yang berpuluh tahun menjadi sumber kehidupannya akan mati pelahan-lahan. Untuk itu segala trik bisnis diterapkannya agar usahanya laris. Termasuk diperbolehkannya pembeli berhutang dalam jumlah tertentu, atau bayar mundur sebulan sekali saat gajian.

’’Ada yang sudah langganan bertahun-tahun, bayarnya kalau suaminya gajian setiap awal bulan. Ya nggak apa-apalah, ketimbang nggak laku. Yang penting modal kembali,’’ terangnya. [dw]


Jenis usaha: Meracang dilengkapi wartel dan penjualan pulsa
Modal awal: Sekitar Rp 200 ribu
Omzet per bulan: Rp 5 - 6 juta
Kiat sukses: Beri kelonggaran cara pembayaran pada pelanggan

0 komentar: