Minggu, 04 Oktober 2009

Menyulap Sampah menjadi Rupiah

Bila kita mencermati di sekitar kita ternyata banyak materi tak berguna yang bisa mendulang rupiah. Tak percaya? Kita bisa belajar dari tiga orang ini: Risnaini Puji Rahayu, Wiwit Supardi, dan M. Ridwan. Ketiganya punya cara yang unik dengan memanfaatkan sampah dan materi tak berguna di sekitar rumahnya. Ketiganya mengaku pendapatannya melebihi apa yang mereka perkirakan.

Risnaini Puji Rahayu mengembangkan plastik bekas sampah rumah tangga seperti gelas dan botol plastik, kemasan bekas sabun cuci, minuman, pewangi pakaian, kemasan pasta gigi, dan masih banyak lagi. Riris memilah-milah sampah tersebut lalu mencucinya untuk kemudian ia sulap menjadi beragam barang seperti payung, tas, box sampah, box mainan, tempat raket, tempat gitar dan hiasan bunga.

’’Kami mendaur ulang beragam kemasan plastik menjadi barang-barang dengan harga jual lebih tinggi daripada sampah-sampah tersebut harus dikilo (dijual kiloan, red),’’ ungkapnya. Hasilnya, Riris dan warga binaannya mampu memperoleh pendapatan minimal Rp 1 juta setiap bulan.

Wiwit Supardi memanfaatkan limbah enceng gondok yang tumbuh di sawah belakang rumahnya. Dengan telaten Wiwit yang menamakan usahanya Wiwit Collection tersebut mengasapi dan mengeringkan enceng gondok menjadi bahan baku tas, bantal, dan sandal. Hasilnya, kini Wiwit sudah merambah ke berbagai pulau.

’’Saya bahkan kewalahan karena banyaknya permintaan terutama dari Bali dan Yogya,’’ terang ibu dua anak ini.

Lain lagi dengan M. Ridwan. Pria yang tinggal di daerah Demak Surabaya memberdayakan pemuda karang taruna di kampungnya dan mengolah sampah rumah tangga. Sampah-sampah tersebut kemudian diolah dengan alat buatan Ridwan yang diberi nama juice sampah. Alat ini terbuat dari mesin cuci rusak dan tong bekas yang mampu mengahncurkan sampah dalam waktu singkat.

Dari sinilah kemudian sampah-sampah tersebut diolah lagi menjadi pupuk organic yang siap dijual di pasar. Untuk satu kilogram pupuk Ridwan menjualnya seharga Rp 5 ribu. Setiap hari Ridwan memperoleh penghasilan minimal Rp 60 ribu dari penjualan pupuk.

’’Dulunya saya nggak kepikiran kalau sampah-sampah yang saya olah bisa dijual menjadi pupuk,’’ ungkapnya bangga.

Apa yang membuat ketiganya melirik sampah sebagai usaha yang sangat berprospek? Ketiganya mengaku hal tersebut bukanlah kesengajaan. Ridwan mengaku hal ini didorong dengan keinginan untuk menjadikan lingkungannya bersih. ’’Kalau kemudian apa yang saya lakukan ini menuai hasil, ini adalah bonus dari Tuhan,’’ terangnya.

Begitu halnya dengan Riris dan Wiwit. Keduanya berharap apa yang mereka lakukan bisa mengurangi volume sampah yang semakin merusak lingkungan, itu saja. Namun siapa sangka, tujuan mulia ini justru diberi bonus oleh Tuhan dengan rezeki. [DEWI]

0 komentar: