Minggu, 04 Oktober 2009

Mesin Cuci Rusak dan Juice Sampah


Pria bernama lengkap Muhammad Ridwan ini awalnya hanya hobi mengutak-atik mesin. Namun melihat lingkungan di sekitar kampungnya yang kotor dan kumuh, ia berniat ingin menjadikan kampungnya bersih sehingga menciptakan sebuah alat yang bisa menghancurkan sampah dengan cepat.

’’Saya ingin membuat alat penghancur sampah karena melihat banyaknya sampah yang tidak diangkut petugas kebersihan sehingga berceceran sampai di jalan-jalan,’’ jelas pria single ini.

Melihat kondisi ini pada 2006 lalu, Ridwan berinisistiaf membuat tempat sampah yang tidak saja menjadi tempat pembuangan sampah namun juga berfungsi sebagai pengolah sampah. Ia kemudian mengumpulkan anggota karang taruna di desanya untuk belajar bagaimana mengolah sampah. ’’Saya banyak membaca literature dari internet tentang cara mengolah sampah dengan beragam alat,’’ ungkap pria yang mengaku penggila internet ini.

Namun melihat mahalnya mesin-mesin pengolah sampah, timbul idenya untuk menciptakan mesin pengolah sampah sendiri. ’’Saya mendapat inspirasi dari blender. Saat itu saya amati ibu saya sedang memblender buah di dapur. Dari sana timbul ide saya untuk membuat mesin penghancur sampah seperti blender dengan ukuran besar,’’ terangnya.

Berbekal kemampuannya dalam dunia teknik, ia menciptakan mesin juice sampah dari mesin cuci tetangganya yang sudah rusak. ’’Mesin cuci cara kerjanya sama dengan blender namun pisaunya saya ganti plat besi yang tajam sehingga bisa memotong-motong sampah,’’ ungkapnya.

Dengan menggunakan drum kecil bekas, dalam jangka waktu seminggu Ridwan mampu membuat mesin juice sampah. Prinsipnya adalah menghancurkan sampah yang sulit diurai oleh bakteri. Dengan dihancurkan, maka proses penghancuran sampah untuk menjadi kompos akan lebih cepat terjadi sehingga akan lebih cepat dipanen dan dijual.

Sampah-sampah yang telah dihancurkan dengan mesin juice sampah tersebut kemudian ditempatkan di bak kayu sampah yang diberinya nama Kayutura, berasal dari kayu-kayu peti bekas yang kemudian digunakan untuk menimbun irisan sampah tadi. ’’Semua alat-alat sampah ini berasal dari barang bekas. Saya hanya mengeluarkan ongkos Rp 60 ribu untuk membeli plastik dan paku,’’ urainya.

Paling cepat sebulan, sampah yang paling bawah kemudian dapat dipanen dan di packing dalam plastik satu kiloan. Untuk sekilo kompos, Ridwan menjualnya seharga Rp 5 ribu saja. Ia memberi merek untuk kompos buatannya tersebut dengan nama ’Makmur 5’ yang artinya cepat makmur RT 5 (tempat Ridwan tinggal berasal dari RT 5 Demak Timur, Surabaya).

Saat ini Ridwan mulai kewalahan memenuhi kebutuhan kompos untuk Surabaya dan sekitarnya. Dalam sehari, ia hanya bisa memenuhi antara 10-20 kg kompos saja. ’’Alat penghancur sampahnya masih terbatas sehingga produksinya juga terbatas,’’ terangnya.

Untuk memenuhi kebutuhan kompos yang membludak, saat ini Ridwan sedang mencoba membuat juice sampah skala besar. ’’Wadahnya sudah dapat tapi saya belum nemu mesin cuci rusak lagi untuk mesinnya,’’ kelakarnya. [DEWI]

2 komentar:

slamet mengatakan...

idenya bagus juga pak dan mudah-mudahan menjadi inspirasi bagi para pembaca.

pembaca peduli mengatakan...

iya, seperti ini juga bekerja untuk indonesia...