Minggu, 04 Oktober 2009

Sulap Enceng Gondok menjadi Rupiah

Wiwt Supardi patut mensyukuri saat ia harus pindah rimah di kawasan Kebraon Indah Permai, Surabaya sekitar tahun 90-an. Di belakang rumahnya yang masih sawah dan rawa, tumbuh enceng gondok yang sudah mulai mengganggu petani.

’’Para petani sering mengeluh dengan keberadaan enceng gondok. Selain tanaman ini dianggap tidak bermanfaat, begitu dibersihkan dan dibuang enceng gondok akan cepat tumbuh lagi,’’ ungkapnya.

Suatu hari, ia mendapatkan pelatihan PKK tentang pemanfaatan sampah, ia pun bertanya tentang pemanfaatan enceng gondok. Ternyata ia ditunjukkan beberapa contoh barang-barang kerajinan yang berasal dari enceng gondok. ’’Saya kagum, ternyata enceng gondok bisa dimanfaatkan untuk kerajinan berharga jual tinggi,’’ ungkapnya.

Pulang dari pelatihan, ia langsung mengumpulkan enceng gondok di belakang rumahnya untuk dijadikan kerajinan. Mula-mula, enceng gondok dipisahkan denri daunnya. ’’Yang dibuat kerajinan batangnya, bukan daunnya. Kalau daunnya bisa dipakai makanan sapi atau kambing,’’ ungkapnya.

Setelah terkumpul batangnya, batang-batang tersebut digilas agar kadar airnya hilang dan pipih baru kemudian dikeringkan. Setelah itu, lanjut Wiwit, sebenarnya batang enceng gondok sudah bisa dianyam untuk dijadikan kerajinan. Hanya bila ingin lebih sempurna, batang-batang enceng gondok yang kering tadi bisa diasapi terlebih dahulu.

’’Dengan diasapi warna batang jadi lebih bagus dan tidak berjamur,’’ terangnya. Barulah kemudian Wiwit melakukan proses penganyaman kerajinan. Bermacam-macam kerajinan bisa dibuat dengan batang enceng gondok, seperti misalnya bantal kuris, tas, sandal, keranjang, tempat sampah dan bunga kering.

Dibantu keluarganya, tahun 2006 lalu Wiwit sudah mulai memasarkan kerajinannya. Dari semula hanya pasar Surabaya dan sekitarnya, saat ini kerajinan buatan Wiwit telah memasuki pasar Yogyakarta dan Bali. Sejak masuk di kedua kota wisata tersebut, produksi kerajinan Wiwit terus meningkat.

Dalam sebulan keuntungan yang didapat oleh Wiwit bisa mencapai Rp 5 juta. Ia patut bersyukur, apalagi bahan utama kerajinannya dengan mudah didapatkannya dari alam. ’’Untuk tas misalnya saya hanya mengeluarkan biaya Rp 5 ribu per buah. Tapi dengan Rp 5 buah saya bisa menjual tas dengan harga hingga Rp 40 ribu. Jadi keuntungan saya Rp 35 ribu,’’ terang Wiwit yang menamakan usahanya Wiwit Collection ini.

Tak hanya itu, Wiwit juga memberikan penghasilan tambahan untuk warga sekitar rumahnya, karena ia merekrut mereka sebagai tenaga borongan. ’’Saya banyak memberdayakan ibu rumah tangga yang banyak menganggur di rumah untuk membantu saya. Penghasilannya cukup lumayan dan bisa digunakan untuk tambahan pendapatan rumah tangga mereka,’’ pungkasnya. [DEWI]

0 komentar: