Sabtu, 10 Oktober 2009

Mujari: dari Truk ke Beras-Kencur

Mujari benar-benar telah melakukan banting stir! Merasa gak cukup hidup dengan menjadi sopir, ia lalu berhenti nyopir dan banting stir ke usaha bikin jamu segar: beras-kencur.

Minuman segar sekaligus jamu itulah yang ditawarkan Mujari [40] Warga RT 13 Kelurahan Kelutan, Kecamatan Kota, Kabupaten Trenggalek. Sebelum mennggeluti usaha ini Mujari berkerja sebagai sopir truk sedangkan istrinya Sri Utami [45] mencoba membuka mracangan di teras rumahnya. Dengan semakin banyaknya armada baru, persaingan semakin ketat dan Mujari memutuskan untuk berhenti sebagai pengemudi karena pendapatannya sudah tidak bisa untuk menutup kebutuhan keluarganya.

Satu bulan berhenti Mujari mencoba membuka usaha sendiri. Pilihannya jatuh pada produk minuman jamu beras kencur. Hal ini dengan pertimbangan bahan baku yang mudah diperoleh serta proses pembuatanya tidak terlalu sulit.

Tahun 2000 Mujari mulai memroduksi minuman ini. Modal Rp1,5 juta dari hasil penjualan dagangan istrinya yang saat itu juga diputuskan untuk tutup, ia belikan satu buah mesin giling dan sisanya untuk pembelian bahan baku dan beberapa peralatan pendukung.

Model Titip
Bersama istrinya Mujari mencoba membuat sebanyak 50 botol jamu beras kencur yang masing-masing berukuran 600 ml. Produk awal ini ia jual secara keliling, dan ternyata dalam satu hari habis terjual. Melihat sambutan konsumen cukup baik, kapasitas produksinya pun ditingkatkan. Selain di jual sendiri di wilayah kota juga di titipkan pada warung-warung yan ada. Dengan model penjualan seperti ini pada tahun pertama rata-rata dalam satu hari bisa laku 100 botol.

Minuman beras kencur ini hanya bisa tahan satu hari karena tidak di beri bahan pengawaet apapun dan cara pembuatannya dengan cara tradisional. Adapun resep pembuatannya menurut Mujari adalah, untuk membuat 30 liter jamu di perlukan bahan: 1 kg kencur, 0,5 kg beras ,0,5 kg jeruk nipis 0,5 kg asam jawa, dan 2 kg gula pasir serta 1 kg gula merah.

Semua bahan tersebut dicuci bersih kecuali gula, untuk kencur dihilangkan kulit arinya sedang jeruk nipis cukup diambil airnya saja. Setelah beras dan kencur digiling sampai halus lantas diperas dengan menggunakan yang telah direbus dan didiamkan selama 12 jam. Setelah itu di masukkan asam, gula pasir dan gula merah yang telah dihancurkan kemudian diaduk sampai rata bila ukuran air belum mencapai 30 liter bisa ditambahkan air masak sampai mencapai ukuran tersebut.

Kemudian air perasan tersebut disaring menngunakan kain kasa yang halus, selesai disaring kemudian didiamkan selama 1 jam lantas jamu telah siap dikemas dalam botol dan siap di edarkan. Untuk kemasan ia memakai botol bekas air mineral dan setiap buahnya ia beli seharga Rp 150. pemasok kemasannya kebanyakan dari hotel-hotel yang berada di wilayah Trenggalek Tulungagung dan Kediri.

Saat ini Mujari memiliki 5 orang karyawan, dengan waktu kerja selama 3 jam serta upah Rp 2500/jam. Pada musim penghujan sehari mampu menjual 200 botol, dengan harga jual Rp 800 per botol, bila musim kemarau ia bisa menjual sampai 600 botol ukuran 600 ml.

Pasar utama jamu beras kencur produksi mujari ini masih dalam lingkup Kabupaten Trenggalek saja dan saat ini telah memiliki pembeli sekaligus padagang tetap yang siap mengedarkan jamunya yaitu para pedagang sayur keliling [ethek] yang jangkauannya sampai ke pelosok desa.

Selain Beras kencur Mujari mulai mencoba meramu jamu untuk penghilang bau badan yaitu sirih-kunci, namun saat ini masih dalam tahap perkenalan dan penjajagan pasar.

Kendala utama produk jamu ini adalah soal musim. ’’Bila musim hujan seperti ini omzet penjualan jamu saya turun dratis. Namun, saat kemarau tiba merupakan musim rezeki bagi saya,’’ tutur Mujari.

Omzet per bulan dari usaha minuman sekaligus jamu ini bila dihitung pada musim penghujan mencapai 6.000 botol dengan nilai nominal Rp 4.800.000. Setelah dikurangi bahan baku dan biaya produksi Mujari masih memperoleh untung sebesar Rp 900.000. Namun, pada musim kemarau omset penjualan mencapai 600 botol /hari atau 18. 000 botol setiap bulan maka akan memperoleh pendapatan sebesar 18.000 x Rp 800 = Rp 14.400.000, dan setelah dikurangi pembelian bahan baku dan biaya produksi masih memperoleh untung sebesar Rp 4.400.000.

Lumayan, kan? [PUR]

0 komentar: