Kamis, 08 Oktober 2009

Desa Penghasil Kerupuk Sadariyah [2]

Usaha kerupuk sadariah berkembang baik di Desa Puhjajar, Kecamatan Papar, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, tak hanya karena pasarnya jelas. Ternyata ada faktor lain. Yakni, untungnya relatif gede!

Nahari, misalnya. Bagi lelaki ini, usaha kerupuk sadariah merupakan usaha ’warisan’ orangtuanya. Ia menjalankan usahanya bersama Supiah, istrinya. Bersama sang istri, Nahari mengaku setiap hari memroduksi kerupuk sadariah. Dapur sederhana di belakang rumahnya, selain untuk memasak, juga difungikan sebagai tempat usaha pembuatan kerupuk sadariah.

Per bulannya, dari kerupuk sadariah, Nahari menangguk keuntungan sebesar Rp 1.560.000 - Rp 2.880.000. Lumayan, bukan? Pendapatan sebesar itu, di Desa Puhjajar, Kecamatan Papar, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, tergolong rendah.

Sebab, beberapa tetangganya mendapat keuntungan beberapa kali lipat lebih besar. Bu Umi, misalnya, yang sudah sekitar 15 tahun menjalankan usaha kerupuk sadariah bersama keluarganya. Keuntungan yang diperolehnya sebesar Rp 3.120.000 - Rp 5.760.000/bulan.

Pendapatan Nahari sekeluarga lebih kecil dari pendapatan Bu Umi sekeluarga karena Nahari sekeluarga hanya mampu mengolah singkong menjadi kerupuk sadariah sebanyak 4 kuintal singkong/hari, sedangkan Bu Umi sekeluarga mampu mengolah sebanyak 8 kuintal singkong/hari.

Bu Umi sekeluarga bisa memperoleh pendapatan lebih besar daripada keluarga Nahari karena jumlah anggota keluarganya lebih besar. Nahari hanya menjalankan usahanya dengan Supiah, istrinya, karena anaknya masih kecil. Sementara di keluarga Bu Umi, dua anaknya yang sudah besar bisa membantu kedua orangtuanya. Sementara itu, beberapa tetangga mereka ada yang bisa mengolah singkong menjadi kerupuk sadariah hingga hitungan ton singkong per hari. Tentu, pendapatannya lebih banyak lagi.

Kalkulasi
Menurut Nahari, singkong sebanyak 4 kuintal bisa jadi kerupuk sadariah sebanyak 25 - 28 bal atau sebanyak 1,25 - 1,40 kuintal. Satu bal berisi 5 kg kerupuk sadariah. Kerupuk-kerupuk itu kemudian dijual kepada pengepul atau anggota masyarakat yang membutuhkan. Kerupuk per bal atau per 5 kg diterima pengepul dari pembuatnya seharga Rp 14.500.

Dengan harga sebesar itu, Nahari yang sehari mampu memproduksi kerupuk dari 4 kuintal singkong, mendapat keuntungan sebesar Rp 52.000 - Rp 96.000/hari. Keuntungan sebesar itu didapat setelah pendapatan kotor sebesar Rp 362.000—Rp 406.000 dari penjualan 25 - 28 bal kerupuk sadariah, dikurangi ongkos produksi. Ongkos produksi pembuatan kerupuk sadarian meliputi biaya pembelian singkong, biaya pembelian garam, biaya pembelian sumba, ongkos penggilingan (selep) singkong, dan lainnya. Jika dihitung per bulan (dengan asumsi per bulan terdiri atas 30 hari), Nahari mendapat keuntungan sebesar Rp 1.560.000 - Rp 2.880.000/bulan.

Sementara itu, Bu Umi sehari mampu memproduksi kerupuk dari 8 kuintal singkong. Dari jual kerupuk sadariah yang dibuat dari 8 kuintal singkong, Bu Umi mendapat keuntungan sebesar Rp 104.000 - Rp 192.000/hari. Keuntungan sebesar itu didapat setelah pendapatan kotor sebesar Rp 362.000—Rp 406.000 dari penjualan 25 - 28 bal kerupuk sadariah, dikurangi ongkos produksi. Ongkos produksi pembuatan kerupuk sadarian meliputi biaya pembelian singkong, biaya pembelian garam, biaya pembelian sumba, ongkos penggilingan (selep) singkong, dan lainnya. Jika dihitung per bulan (dengan asumsi per bulan terdiri atas 30 hari), Nahari mendapat keuntungan sebesar Rp 3.120.000 - Rp 5.760.000/bulan.

Pengusaha yang per harinya mampu mengolah singkong menjadi kerupuk sadariah leih banyak daripada Nahari dan Bu Umi, pendapatannya tentu lebih banyak lagi. [KUS]

0 komentar: