Ibadah haji tak hanya membawa berkah bagi pesertanya. Masyarakat yang mendukung perlengkapan ibadah haji juga kebanjiran untung. Salah satunya adalah H Subandi, pengrajin gelang monel. Sudah sejak tahun 2002 pria asal Tulungagung yang akrab dipanggil Bandi ini mengerjakan gelang monel untuk para peserta haji asal Jatim.
Pada musim haji 2007 lalu, sudah sejak 2 bulan sebelum haji tepatnya pertengahan Oktober 2007 Bandi mempekerjakan 15 karyawan lepas yang hanya dipekerjakan selama 2 bulan dalam kurun waktu Oktober hingga awal Desember 2007. Bandi diwajibkan menyelesaikan gelang haji tersebut sebanyak tak kurang 40.000 gelang sesuai dengan banyaknya peserta haji tahun 2007.
Dalam waktu 8 jam dalam setiap harinya, Bandi dan tim-nya mampu membuat 100 – 300 gelang haji. Keistimewaan gelang haji ini adalah bahannya yang terbuat dari monel sehingga tidak membuat iritasi kulit. Setiap gelang haji juga harus diukir nama masing-masing peserta haji, nomor urut haji, asal embarkasi daerah, nomor urutan kloter, nomor paspor, logo Pancasila, dan tulisan arab asal negara para calon jamaah haji (CJH).
Sehingga untuk meminimalisasi kesalahan, Bandi dan ke-15 karyawannya memutuskan bekerja di area Asrama Haji Sukolilo Surabaya.
’’Kami membawa semua peralatan dan bahan kesini. Kami bekerja mulai jam 07.30 sampai jam 15.00 wib. Masing-masing karyawan membuat gelang antara 5 – 10 gelang setiap harinya,’’ ujarnya.
Bahan monel sendiri, didapatkan Bandi dari Jepara kemudian dibawa ke Tulungagung. Di sana bahan monel tersebut sudah dibentuk menjadi gelang. Nah, di asrama ini gelang-gelang tersebut tinggal diukir nama masing-masing peserta haji.
Karena penulisan nama masing-masing peserta haji, nomor urut haji, asal embarkasi daerah, nomor urutan kloter, nomor paspor, logo Pancasila, dan tulisan arab asal negara para CJH tidak boleh salah dan tidak gampang hilang, tiap karyawan harus benar-benar teliti dalam membuat gelang.
Untuk setiap gelang, Bandi mematok harga Rp 25 ribu. Biaya tersebut sudah dibebankan pada biaya haji masing-masing orang sehingga Bandi tinggal dibayar oleh departemen agama usai seluruh peserta haji resmi diberangkatkan.
Bagaimana Bandi bisa sampai menjadi pembuat gelang haji? Tahun-tahun sebelumnya gelang haji terbuat dari plastik yang diberi nama. Karena harus dipakai selama sebulan, gelang-gelang tersebut akhirnya banyak yang rusak. Dengan rusaknya gelang-gelang tersebut justru menyulitkan peserta haji sendiri saat mereka kesasar atau terjadi musibah saat naik haji. Berdasarkan hal tersebut Pemprov Jatim memutuskan membuat gelang haji berbahan monel. Maka, Bandi pun dipilih untuk membuat gelang monel tersebut karena buatannya bagus dan terjangkau.
’’Sebenarnya tak ada aturan khusus pembuatan identitas haji seperti ini tergantung setiap embarkasi. Ada yang pakai gelang monel seperti yang saya buat, ada juga yang pakai kalung atau tas,’’ terang Bandi yang juga pernah merasakan naik haji pada tahun 2005 lalu.
Namun apa yang dilakukan Bandi ini menurutnya lebih didasarkan pada ibadah. Banyaknya gelang yang harus dibuat, kerumitan dan masa pembuatan yang hanya sekitar 2 bulan tidak sebanding dengan harga gelang. Apalagi usai kegiatan haji tersebut, ke-15 karyawan Bandi kembali melakukan pekerjaan tetapnya masing-masing sementara Bandi kembali menjadi penjual aksesoris monel di Tulungagung.
Namun Bandi menyadari membuat gelang ini sama dengan menuntun CJH agar ibadah hajinya lancar. Berdasarkan hal tersebut Bandi melakukannya dengan ikhlas.
Keuletan, ketelitian dan perasaan sabar harus selalu menyertai beberapa pembuat gelang itu, karena ini merupakan pekerjaan yang tidak mudah dan menyangkut keselamatan para CJH. ’’Jadi buatnya memang harus sempurna tanpa salah. Kalau ada salah sedikit saja langsung kita ulang dengan gelang baru. Gelang yang salah tadi langsung kita buang karena kita menggunakan sistim ditatah jadi kalau keliru ya nggak bisa dipakai lagi,’’ terangnya.
Yang menjadi kendala Bandi adalah penulisan pada gelang yang masih manual menggunakan alat tatah listrik. Ia berharap ada alat yang lebih canggih lagi yang bisa mengukir tulisan di gelang dengan lebih cepat sehingga pekerjaan tersebut cepat selesai. Meski begitu Bandi cukup bersyukur mendapatkan pekerjaan ini dan dengan senang hati akan bekerja bila tahun depan dipilih lagi. [DEWI]
Jenis usaha: Pembuat gelang haji
Modal awal: Rp 200 juta
Kiat sukses: bekerja sebagai ibadah
0 komentar:
Posting Komentar