Selasa, 04 Desember 2012

Hanya Jual Kopi, Minimal Rp 2 Juta/Hari



Pendapatan café ini termasuk fantastis. Setiap harinya dalam 24 jam, income yang didapat minimal Rp 2 Juta. Padahal, café ini hanya menjual kopi. Tidak ada es, rokok, jajanan, atau jualan lainnya. Cuma kopi thok! Tapi, pengunjungnya selalu berjubel

Seperti Minggu siang (02/12) itu, ketika Peduli berkunjung ke café bernama Café Mak Tin di Jalan Bolorejo, Desa Bolorejo, Kecamatan Kalangbret, Kabupaten Tulungagung itu. Di depan dan samping café, sepeda motor parkir berderet-deret.

Di dalam dan di sebelah luar café, puluhan lelaki berusia remaja hingga tua, asyik duduk-duduk sambil ngobrol, merokok, dan masing-masing menghadapi segelas kopi di atas meja. Bahkan, karena bagian dalam dan sebelah luar bagian depan tak cukup menampung pengunjung, pemilik café terpaksa memasang meja dan kursi untuk pengunjung di bagian luar di belakang café.

Apa yang membuat café ini begitu ramai diserbu pengunjung, bahkan sampai 24 jam setiap harinya?

Kalau dilihat kondisi fisik perlengkapan dan bangunannya, café ini sebetulnya sangat jauh dari layak, apalagi dari kondisi ideal sebuah café atau warung. Lantainya sangat jauh dari mulus. Lantai hanya terbuat dari bata merah yang ditata, tidak ditutup semen. Bata merah itu terlihat dan warnanya sudah sewarna dengan tanah saking lamanya. Hal itu memberikan kesan kumuh yang sangat kentara. Terlebih, di atas lantai itu, juga di atas meja dan kursi, berserakan potongan kertas bekas koran. Sehingga, selain kumuh, lantai terkesan kotor dan tak terawat.

Dindingnya memperparah kesan itu. Dinding memang dicat putih. Tapi, warna putih itu sudah memudar menjadi kelabu. Bahkan, temboknya di sana-sini sudah mengelupas. Ada beberapa poster di dinding, tetapi poster-poster itu tidak mampu melenyapkan kesan lawasnya. Meja dan kursi pun terkesan asal ada. Tidak berseragam baik bentuk, ukuran, desain, maupun warnanya. Bahkan, tak semua meja dan kursi dicat atau dipelitur.


Bangunan café itu sendiri bukanlah bangunan ideal untuk sebuah café. Sebab, bentuk bangunannya adalah bangunan rumah tinggal. Diakui oleh Jupriono (40), pemilik café, bangunan itu mulanya memang rumah tinggal, tetapi kemudian dialihfungsikan menjadi café.

Sebagai rumah tinggal, rumah tinggal itu pun bentuknya bukan rumah tinggal modern, melainkan rumah tinggal kuno. Dan, sebagai rumah tinggal kuno, rumah itu pun bukan rumah kuno yang memiliki kesan antik sehingga menarik.

Jadi, dilihat kondisi fisik perlengkapan dan bangunannya, café ini betul-betul tidak memiliki dayatarik dan dayajual. Namun ternyata, seperti dikemukan Jupriono, café yang setiap hari buka selama 24 jam itu, pengunjungnya mencapai 300 – 400 orang/hari.

Apa maknanya? Maknanya adalah, untuk sebuah usaha, bangunan yang tidak megah, tidak keren, dan tidak menarik pun mampu membuat sebuah usaha berkembang dan maju pesat. Setidaknya, Jupriono telah membuktikannya. Dari jualan kopi saja, dirinya mendapat pemasukan minimal Rp 2 juta/hari. Hanya jualan kopi! [KUS & PUR]

Jenis usaha: Café
Nama usaha: Café Mak Tin
Produk: Kopi seduh dan kopi bubuk
Pengusaha: Jupriono (40)
Alamat: Jalan Bolorejo, Desa Bolorejo, Kecamatan Kalangbret, Kabupaten Tulungagung
Modal: Rp 2,5 juta – Rp 3 juta.
Pendapatan: Minimal Rp 2 juta/hari

3 komentar:

MES_Cell mengatakan...

Penulis yang terhormat, untuk pemilik warung /cafe Mak Tin, yang mungkin perlu dibetulkan adalah pemiliknya, bukan jupriono, setahu saya jupriono sebagai juru parkir dasana,
trimakasih

pembaca peduli mengatakan...

terima kasih koreksinya.

jalan sambil jajan mengatakan...

2juta/hari? wow besar banget tuh. jadi pengen buka cafe nih. tapi belum ada modal. hehe