Minggu, 11 Oktober 2009

Usaha Kerajinan Batu Akik di Kec. Donorojo, Kab. Pacitan

Masih ’’Klenger’’ sejak Krismon Tahun '90-an

Kecamatan Donorojo, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, terutama Desa Sukodono dan Desa Gendaran, sudah dikenal luas hingga mancanegara sebagai salah satu sentra kerajinan batu akik di Indonesia. Bahkan, di desa tersebut ada pasar khusus untuk kerajinan batu akik. Dinamakan Pasar Kliwon karena pasar ini hanya buka khusus pada hari Kliwon dalam penanggalan Jawa.


Meskipun sudah puluhan tahun dikenal sebagai sentra kerajinan batu akik, ketika Peduli mengunjungi dua desa tersebut pada Kamis (6/12), hampir tidak ditemukan aktivitas pengolahan batu akik. Ketika tiba di tempat, Peduli sempat tanya kepada beberapa warga dan mereka menginformasikan beberapa alamat yang mereka kenal sebagai tempat pengolahan batu akik.

Namun, beberapa rumah yang ditunjukkan oleh beberapa warga tersebut ternyata sudah tidak lagi berproduksi. Para perajinnya sudah lama tidak lagi menggeluti batu akik. Di beberapa tempat yang dulu digunakan untuk mengolah batu akik memang masih ada berbagai peralatan. Namun, alat-alat itu pating gledak tak terawat, seolah-olah tak ada yang punya. Alat-alat itu seperti sudah tak ada gunanya lagi.

’’Sekarang ini pasar batu akik sudah lesu, Mas. Sepi. Makanya sudah jarang perajin yang masih mau memroduksi batu akik. Banyak yang mencari pekerjaan lain,’’ ungkap Parto Wiyono, pemilik Gems Stones Art Shop di Desa Sukodono, Kecamatan Donorojo, Kabupaten Pacitan, yang ditemui Peduli di tokonya yang memang sepi pembeli. Gems Stones Art Shop milik Parto Wiyono menjual batu akik, hiasan dari batu, dan aneka alat pemroses batu akik.

Kakek yang punya nama kecil Tukijo ini menggeluti batu akik sejak tahun 1963. Menurut dia, pasar batu akik saat ini tak seramai dulu. Bedanya jauh sekali, katanya. ’’Masa-masa paling ramai tahun 1960-an sampai 1995-an. Itulah masa jaya-jayanya batu akik. Saat itu hasil dari batu akik, boleh dibilang, sangat membanggakan,’’ terang Parto Wiyono.

Hal senada diungkapkan oleh Paiman, perajin batu akik. Warga Desa Gendaran, Kecamatan Donorojo, Kabupaten Pacitan, ini ialah seorang dari beberapa orang perajin batu akik yang masih setia dengan profesinya. Ketika ditemui Peduli di rumahnya, lelaki yang lebih dikenal sebagai Pak Timbul ini bersama beberapa orang karyawannya tengah mengolah batu gunung menjadi produk kerajinan batu akik. Saking terkenalnya Pak Timbul, nama usaha kerajinan batu akiknya pun diberi nama Kerajinan Batu Akik Timbul.

Menurut Pak Timbul, pasar batu akik saat ini malah tidak hanya lesu, tetapi sudah mbrosot jauh (sangat drastis turunnya, Red). Penyebab terpuruknya pasar batu akik tersebut, menurut lelaki yang namanya populer gara-gara batu akik ini, adalah daya beli masyarakat yang anjlok. ’’Karena daya beli anjlok, sampai sekarang pasar mbrosot jauh. Pelanggan dari kota lain, bahkan dari luar negeri, dulu banyak. Tapi sekarang tidak ada,’’ ungkap Pak Timbul tak bergairah.

Krismon
Parto Wiyono sebagai pegadang batu akik dan Pak Timbul sebagai perajin batu akik yang sama-sama menggeluti batu akik sejak tahun 1960-an, memiliki pandangan yang sama tentang penyebab terpuruknya dayabeli masyarakat yang mengakibatkan hancurnya pasar batu akik sekarang ini. Menurut mereka, penyebabnya adalah krisis moneter (krismon) di tahun 1990-an. Daya beli yang rendah itu merupakan akibat dari krismon sejak tahun 1990-an itu.

’’Batu akik termasuk barang kesenangan, bukan kebutuhan pokok. Sialnya, sebagai barang kesenangan, batu akik tidak seperti emas. Kalau sudah dibeli, batu akik tidak bisa dijual lagi. Dijual lagi bisa, tapi jarang ada yang mau membeli. Beda dengan emas,’’ kata Parto Wiyono.

Karena 'hanya' barang kesenangan, kata dia, saat ekonomi sulit, orang memilih menahan diri untuk membeli akik. Barang-barang kebutuhan pokok tentu lebih diutamakan. Terlebih, sejak krismon, banyak orang yang terpaksa kehilangan sumber pendapatan karena jadi korban PHK.

Meskipun pasar batu akik saat ini memilukan, tidak seperti beberapa penggelut batu akik lain yang meninggalkan batu akik, Parto Wiyono dan Pak Timbul tetap bertahan di bisnis batu akik. Parto Wiyono tetap setia dengan toko batu akiknya, Pak Timbul tetap menghasilkan produk-produk kerajinan batu akik. Keduanya berharap batu akik bisa seperti pada masa jayanya.

Dulu waktu ramai, Parto Wiyono memasarkan batu akik sampai beberapa kota di Jawa Tengah. Sementara Pak Timbul mengaku, sebagai perajin, di masa kejayaan batu akik dulu dirinya sampai kewalahan memenuhi permintaan yang datang tak hanya dari Indonesia, tetapi juga dari Korea, Arab, Taiwan, dan Australia.

Akankah saat-saat manis itu terulang di waktu-waktu mendatang sehingga bisa kembali menggairahkan perajin batu akik di Desa Sukodono dan Desa Gendaran, Kecamatan Donorojo, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur? Semoga! [KUS/PUR]

5 komentar:

khaspacitan mengatakan...

http://www.khaspacitan.com menjual koleksi kerajinan batu akik khas pacitan

Anonim mengatakan...

Thx infonya. Bisa tdk sy tlg diberikan alamat pak timbul dan pak wiyono untuk bahan tulisan

ardi mengatakan...

boleh tau nomer HP pengerajin batu akik..

Anonim mengatakan...

Kelemahan dari penulis yang ingin mempromosikan daerah ataupun UKM adalah TIDAK PERNAH MENCANTUMKAN ALAMAT ATAU KONTAK PERSON ATAU KONTAK UKM YANG ADA DI DAERAH TERSEBUT.
Tulisan ini nyaris tidak bisa memberikan manfaat nyata bagi para pengrajin batu di pacitan.

Saya melihat di berbagai blog atau artikel banyak komentar yang ingin minta kontak person dari para pengrajin di daerah. tapi tidak ada satupun dari penulis blog yang bisa memberikan jawaban yang memuaskan.

Semoga ini bisa jadi bahan pembelajaran bagi para penulis yang ingin mempromosikan bisnis di daerahnya....

pembaca peduli mengatakan...

terima kasih atas semua komentar, dan kesediaan untuk membaca bagian blog ini. sambil mohon/harap diingat bahwa ini bukanlah laman untuk mempromosikan produk/jasa apa pun juga.