Jumat, 09 Oktober 2009

Bisnis Pemancingan

Kalau Sepi, Bikin Lomba!

Orang bisnis itu mesti banyak ide, mesti banyak jurus simpanan. Dan, tampaknya, di bisnis pemancingan, menggelar lomba untuk mengatasi sepinya pemancing adalah jurus lumrah yang tetap andal.


Orang yang memiliki hobi memancing, biasanya akan mencari lokasi baik itu sungai, bendungan maupun laut yang sudah dapat dipastikan banyak ikannya. Penghobi, biasanya tidak peduli jauh dekatnya lokasi maupun biaya perjalanan, yang penting bisa memancing dan dapat ikan dan pada akhirnya dapat kepuasan.

Yang jeli menangkap peluang bagi para penghobi mancing tersebut salah satunya adalah Joko warga Sumbergedong yang mengusahakan kolam ikan sebagai arena pemancingan khususnya ikan lele, lokasinya terletak 100 m sebelah barat Terminal Bus Trenggalek.

Joko sendiri awalnya juga memiliki hobi memancing. ’’Saya sendiri kalau sedang kepengin memancing tidak peduli hujan atau panas pasti berangkat, bahkan sering saya lakukan mulai dari siang sampai malam hari. Maka saya hafal betul karakter dari pemancing baik yang sudah lama maupun bagi pemula,’’ tuturnya.

’’Sebenarnya, modal yang diperlukan untuk usaha pemancingan ini tidak terlalu besar asal memiliki lokasi atau lahan yang strategis cukup air, lokasi mudah dijangkau, luas kolam paling tidak 6 x 10 m. Semakin luas kolam pemancing akan semakin puas,’’ kata Joko.

Biaya yang dihabiskan untuk pembuatan kolamnya dengan ukuran 6 x 10 m bila menggunakan batu bata sekitar Rp 7,5 juta sedangkan kolam yang cukup dari tanah biayanya jauh lebih ringan. Paling-paling hanya biaya penggaliannya saja. Namun, bila lokasi yang akan dibuat kolam dekat dengan sumber air atau sungai lebih bagus cukup menggunakan kolam tanah.

Kolam yang digunakan Joko saat ini sebenarnya bukan kolamnya sendiri. ’’Kebetulan kolam yang saya gunakan ini milik orang yang dulunya dibuat untuk penggemukan lele dan pernah juga difungsikan sebagai arena pemancingan, mungkin karena suatu hal yang saya tidak tahu kolam ini nganggur dan kemudian saya sewa satu tahunnya Rp 1,5 juta,’’ tuturnya.

Bagi setiap pemancing yang ingin memancing dikenakan biaya Rp 10.000/pancing dan biasanya kebanyakan satu orang satu pancing. Lokasi pemancingan yang sudah setahun berjalan ini rata-rata setiap harinya dikunjungi 10 sampai 20 pemancing, dan ikan lele yang ditebar disesuaikan dengan jumlah pemancing, dengan asumsi hitungan 1 pemancing 1 kg ikan.

Pemasukan antara Rp 100.000 sampai Rp 200.000/hari. Maka, itunglah berapa keuntungannya bila pembelian lele Rp 6000/kg. Akan muncul angka antara Rp 40.000 sampai Rp 80.000, dan itu belum termasuk sisa ikan yang tidak terpancing. Padahal setiap sekali tebar paling banter yang terpancing sekitar 50-60 % -nya.

Kendala usaha pemancingan ini menurut Joko relatif tidak ada. Paling hanya saat-saat sepi pengunjung saja. Dan itu biasanya tertutup pada saat ramai yaitu bila hari Minggu atau hari libur serta pada bulan Puasa, kolamnya selalu dipenuhi oleh pemancing.

Joko sendiri kadang bila saat sepi pengunjung masih menyempatkan untuk memancing sendiri. Dan bila sedang ramai ia hanya menonton sambil mengawasi saja.

Kiat untuk mendatangkan pengunjung bila saat sepi maka Joko sering melakukan terobosan dengan cara mengadakan lomba memancing di kolamnya dengan iming-iming hadiah uang. Dan hal itu tampaknya menjadi salah satu resep supaya pemancingan tetap didatangi pengunjung. Dalam perlombaan tersebut Joko telah melakukan kalkulasi antara hadiah yang dikeluarkan dengan perkiraan jumlah peserta lomba yang jatuhnya nanti pada harga tiket setiap stiknya atau setiap pesertanya.

Jadi, biarpun mengeluarkan biaya untuk hadiah tetap saja Joko akan memperoleh untung. ’’Namanya usaha, Mas, bagaimana caranya yang penting kita tidak rugi dan ngunjung merasa puas,’’ terang Joko mengenai kiatnya. [PURWO]

1 komentar:

Hardi Saputra mengatakan...

berapakah biaya untuk baru memulai usaha pemancingan....

adakah estimasi nya terima kasih