"Aduh... istriku yang sekarang lain, jeng," jawabnya. Aku bingung tak mengerti dengan baru saja kudengar. "Ah, yang benar. kamu canda, ya. Aku aja belum nikah lagi kok kamu sudah nikah lagi yang ketiga," kataku.
Itu percakapanku dengan laki-laki yang pernah hidup satu rumah bahkan satu kamar sembilan tahun yang silam. Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan dia setelah meninggalkanku dalam dilema masalah berat aku hadapi seoarang diri.
Kini kita bertemu lagi walaupun hanya lewat dunia swara telepon. semua masih seperti dulu cara bicara dan memanggil diriku. tapi hati sudah lain tentunya, entah dengan hatinya padaku. Setelah lama dia menelantarkan aku begitu lama, ternyata begitu banyak kejadian yang dia alami, tentunya kejadian yang sangat menyakitan melebihi rasa sakit yang aku alami.
Mungkin ini suatu teguran dariNya. Saat aku menerima telepon darinya, entah kenapa tidak ada rasa marah atau sakit hati. semua aku hadapi biasa saja, seolah kehidupan masa lalu tidak pernah kita alami, atau mungkin sudah iklas aku memaafkan sehingga tidak ada rasa marah padanya, yah... Mungkin..!
Dalam sebilan bulan mengandung anaknya, lalu ditelantarkan begitu saja. Oh.. rasa sakit dan kecewa pasti ada, tapi apa gunanya bila aku marah.. toh semua tidak akan kembali sesuai dengan apa yang aku impikan. selain aku mengambil hikmah dari semua yang sudah terjadi.
"Ini pernikahanku yang ketiga dan mempunyai anak satu," katanya...
Oh, begitu mudah tuturnya. Tidak ada rasa malu sedikitpun memberi kabar bahwa ini pernikahan yang ketiga, sedangkan aku istri pertama dan anaknya tidak pernah diberi nafkah sama sekali. kok dengan PD nya dia menceritakan tentang istri ketiganya padaku.
Dengan pernikahannya yang kedua dia dikarunia dua anak dan juga tidak memberi nafkah sama sekali, dimana rasa kemanusiaannya dan rasa tanggung jawabnya pada anak-anaknya. kadang aku juga heran kenapa ada laki-laki macam dia. Mungkinkah masih banyak laki-laki bersikap demikian?
Maka banyak wanita memilih cerei dari pada di poligami, mungkin inilah alasan utamanya. seperti apa yang aku rasakan kini. sakit, kecewa dan menderita dengan ulah suami yang sering nikah ulang kali tanpa memikirkan kelanjutan hidupnya.
Mungkin ini bisa dijadikan pelajaran buat semua wanita, jangan memilih laki-laki yang cakep wajahnya dan kaya harta tapi milik orang tua. lebih baik memilih akhlaknya yang cakep, sederhana dan takwa paling utama.
Pangkat derajat maupun harta bukan jaminan utama memberi kebahagiaan yang abadi. tapi akan justru membinasakan kebahagiaan itu.
Semua hanya bisa diambil hikmah dari pada menyesali dengan apa yang sudah terjadi.... []
DARI:
http://wanailma77.multiply.com
0 komentar:
Posting Komentar