Suatu senja saya pulang dari liburan. Naik minibus, duduk di sudut paling belakang. Sendirian. Kubuka buku yang baru kubeli dari seorang teman. Tak berapa lama ada seseorang yang menempati jok di samping saya. Kulirik model wajahnya. Hmm… sepertinya anak Indonesia. Sudah menjadi kebiasaanku yang banyak omong. Adalah kewajiban untuk menyapa duluan. Kututup buku yang ada ditanganku.
’’Dik, mau pulang ke mana?” sebuah pertanyaan spontan meluncur dari mulutku.
’’Ke Bremerhill. Lha Mbak pulang ke mana?’’
’’Kingsford Garden. Kita berdekatan lho, lain kali kita bisa libur bareng ya?’’ tawarku. Dia menyetujui. Aku berikan nomor ponsel serta namaku. Dan obrolan kami berlanjut. Tiba-tiba dia menanyakan buku yang ada di pangkuanku.
’’Mbak, itu buku apa?’’
’’Buku tentang bisnis, Dik,’’ entah mengapa setelah mendengar jawabanku itu, dia pindah tempat duduk ke jok depan yang kebetulan kosong.
Di lain hari saya bertemu teman-teman lama di Taman Viktori. Kami terlibat pembicaraan yang tak ada ujung pangkalnya. Sampailah cerita bahwa aku sering baca buku tentang bisnis. Dan aku menawarkan agar mereka membacanya. Di luar dugaanku, mereka sewot.
’’Aku sudah ikut bisnis, dan aku tidak akan ikut-ikutan yang lain,’’ jawab Si A dengan menyebut nama sebuah MLM yang dia join.
’’Kalau aku sih, nggak mau ikut bisnis apa pun. Yang penting sekarang ngumpulin uang. Nggak usah bisnis-bisnisan segala,’’ kata Si B.
Aku garuk-garuk kepalaku yang tidak gatal. Lantas topik pembicaraan aku alihkan, karena obrolan kami semakin panas.
Dari dua cerita itu, kutarik simpulan bahwa teman-temanku itu salah paham. Mereka berpikir bahwa yang namanya bisnis identik dengan MLM [Multy Level Marketing] yang sedang ngetren saat ini. Tidak bisa dipungkiri. Bagi yang telah gabung dengan salah satu MLM lantas gagal, mereka akan menebar kekecewaan karena tidak sesuai dengan harapannya. Sehingga virus salah paham menjangkiti masyarakat yang awam pengetahuan. Sehingga mereka akan lari terbirit-birit jika ada seseorang membawa sebuah kata bernama ’bisnis.’
Jangan takut. Marilah kita tengok asal-usul kata itu sediri. Bisnis berasal dari bahasa Inggris. Busy yang berarti sibuk. Business yang berarti kesibukan. Jadi bisnis itu maksudnya suatu tindakan yang membuat sibuk seseorang dengan tujuan mendapat penghasilan [biasanya dalam bentuk uang]. Yang dimaksud ’tindakan’ di sini adalah tindakan positif lho. Untuk memperoleh hasil yang maksimal, tentu dibarengi dengan kiat-kiat tertentu tergantung dari jenis bisnis itu sendiri. Sedangkan kiat-kiat tersebut bisa Anda dapatkan dari buku, majalah atau referensi lainnya.
Sebagai contoh, banyak dikupas di majalah yang ada di tangan anda ini. Buka PEDULI edisi-edisi lalu. Menanam lombok, ternak kambing, jualan dawet, buka salon, dan sebagainya. Walaupun sederhana, tetapi itu semua termasuk bisnis. Kalau ditangani dengan ulet dan serius insya-Allah hidup Anda bisa survive. Dan tentu MLM [suka atau tidak suka, Red] termasuk dalam deretan jenis bisnis juga. [Nona Amanah]
Dari Peduli Nomor 14
Mengorbit dengan Tulisan Kreatif
-
Memasuki dunia penulisan kreatif (baca: mengorbit dengan menulis puisi,
cerita, dan/atau esai) itu gampang-gampang susah. Gampangnya seperti apa,
dan
7 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar