Eni Kusuma
’’Aku tak punya klitoris,’’ bisikku sambil mengamati kelaminku pada sebuah cermin kecil. Aku kecewa menemukan kenyataan ini. Kenyataan yang terjadi padaku. Apalagi aku akan menikah dalam waktu dekat ini. Kuhempaskan cermin kecilku ke ranjang. Sambil membetulkan celana dalamku, aku bangkit dan bergegas mandi.
[]
’’Apa?’’ mata kekasihku terbelalak.
Aku mengangguk, menjawab keterkejutannya. Aku katakan padanya tentang penemuanku. Dan kubilang juga latar belakang kenapa aku 'care' dengan klitoris. Artikel di sebuah media yang membahas klitoris itu telah mengusikku tadi pagi, sehingga aku perlu memeriksa klitorisku sendiri. Ternyata ku tak punya.
Aku sangat kecewa. Betapa tidak, klitoris adalah penis bagi perempuan. Penis kecil itu yang akan berperan untuk mendukung kepuasan seksual. Karena ujungnya dipenuhi banyak syaraf perasa yang akan membangkitkan gairah seksual pada perempuan.
Kupandangai wajah pria yang kucintai itu. Pria idolaku sekaligus guru pribadiku. Pria yang memenuhi mimpi-mimpiku setiap malam. Aku katakan padanya bahwa aku adalah korban dari mitos "sunat perempuan" yang sudah menjadi tradisi di masyarakat Jawa. Sebuah tradisi kuno yang dipicu oleh falsafah penjajah laki-laki zaman dulu tentang perempuan yang menganggap tugas melayani seks laki-laki tidak usah dibarengi dengan kenikmatan seksual bagi perempuan. Maka dipotonglah klitoris yang kecil itu sampai habis. Dan ini terjadi turun temurun. Kemudian menimpa padaku.
’’Jika begitu, bukan salahku kalau kamu tak merasakan kenikmatan di malam pertama kita nanti...’’
Aku terkesiap mendengar kata-katanya. Aku tak menyangka dia akan berkata seperti itu. Sungguh , aku hampir tak percaya jika kata-kata itu keluar dari mulut kekasih yang selama ini aku puja. Aku ingin sekali menelannya hidup-hidup dan aku biarkan dia berada dalam perutku.
Aku diam dan memasang wajah horor. Lebih angker dari cerita 'Anak Anda Setan?' yang diterbitkan oleh Tuyul Publishing.
Dia tertawa. Terbahak malah. Wajah hororku semakin kenceng. Setelah aku tetap tak bereaksi, dia salah tingkah dan.....
’’Maafkan aku, En.’’ ( En adalah nama panggilan dari Endah atau Endang...yang pasti bukan Eni )
Aku (Mungkin Endah atau Endang) tetap diam seratus kata.
’’Apakah sebuah klitoris sangat berarti bagimu?’’ tanyanya hati-hati.
Aku mengangguk.
’’Seberapa pentingkah?’’ tanyanya lagi.
’’Aku nanti tidak bisa merasakan kenikmatan seksual seumur hidupku, aku sudah kehilangan hak asasiku untuk itu.’’
Dia merangkulku. Mendekapku sambil berkata, ’’Aku akan buktikan padamu nanti jika kasih sayangku dan uangku lebih nikmat dari sekedar kepuasan seks bagimu.’’
Aku menangis.
’’Untuk apa cinta dan uangmu jika aku tak bisa orgasme?’’
Dia tersenyum arif.
’’Umh...adek manja....klitoris bukan satu-satunya organ yang bisa membuatmu terangsang untuk bisa menikmati kepuasan seks...masih ada yang laen...’’ kerlingnya.
’’Tapi...’’
’’Percayalah.’’
Entahlah. Aku tak tahu. Yang penting nanti jika aku memiliki anak perempuan tak akan aku biarkan siapapun memotong klitoris anakku. Pembaca, benarkah klitoris itu memiliki pengaruh penting untuk orgasme dalam hubungan seksual? []
Peduli 22 edisi Februari 2008
5 komentar:
Waw, artikel yang lumayan menambah pengetahuan nih. Itung-itung masih muda jadi harus banyak2 dapet referensi mengenai hal2 yang itu tu....
Lumayan menarik artikelnya
Dipotong klitorisnya bukan berarti habis kan? setahuku dalam "sunat wanita" di Jawa hanya dipotong sedikit (dikurangi) bukan dihilangkan sama sekali.
Klitoris juga bukan satu²nya alat orgasme... Saya pernah baca, -bahkan- ada wanita yang hanya dijilati kupingnya saja bisa orgasme.
Sebenarnya yang paling menentukan adalah suasana hati. Meskipun klitorisnya dijilat / dihisap / dipencet sampe bengkak, kalo hatinya nggak mood, juga akan tetep sulit orgasme.
--Sebagian besar (mayoritas) wanita orgasme dengan bantuan rangsangan klitoris. Bukan dengan penetrasi saja.
(Fakta medis.)
Experts said :
"The Importance of Clitoral Stimulation!
The clitoris probably holds the key to female ejaculation for most women. If the clitoris is not stimulated a woman is less likely to become highly aroused. If she is not highly aroused her prostate may not fill with increased amounts of fluid. If her prostate is not swollen she may not have a G-Spot. If her clitoris is not stimulated she is less likely to experience orgasm and the rhythmic contractions of the pelvic muscles that expel and release the ejaculate. So quite simply before you can go exploring for the G-Spot you must master clitoral stimulation beforehand. There are women who are orgasmic and ejaculate when their G-Spot or vagina alone is stimulated but the majority need direct clitoral stimulation if they are to experience orgasm."
(http://www.the-clitoris.com/f_html/ejacula.htm)
Yakin nggak punya klitoris ??
Coba cek lagi atau minta dokter SpOG yang ngecek. Mungkin saja klitorisnya kecilllll banget sampe nggak kelihatan
Coab dech dirangsang, berasa geli nggak ?
Beneran gak punya klitoris ??? Gak masalah mbak :)
Kan masih ada G-spot hhehehehe.
dasar oreang2 jaman dulu primitif makanya orang indonesia ga bisa maju oranga tolol2
Posting Komentar