Minggu, 06 September 2009

Susu Kambing Peranakan Ettawa


Permintaan lebih Tinggi daripada Persediaan

Sejak memulai usaha peternakan kambing peranakan Ettawa (PE) pada September 2008, Yudhi sudah menancapkan orientasi bisnisnya pada produksi susu kambing. Hal ini didasarkan pada hasil pengamatannya bahwa permintaan konsumen terhadap susu kambing jauh di atas persediaan. Dengan demikian, berapa pun susu yang tersedia pasti dapat terserap oleh pasar.


Yudhi bersama kedua saudaranya mengawali usaha peternakan ini dengan 12 ekor kambing betina kualitas standar yang siap kawin dan seekor kambing jantan kualitas bagus (ras Ettawah tinggi). Kedua belas kambing tersebut ditempatkan dalam sebuah kompleks kandang seluas 220 meter persegi.

Dalam hal pakan, pengusaha kambing PE seperti Yudhi harus cukup kreatif. Selain mengusahakan makanan utama seperti daun kleresede, kalanjana, dan kaliandra, Yudhi juga harus menyediakan makanan tambahan berupa rumput, ampas tahu, maupun sayur-sayuran. Untuk memenuhi kebutuhan itu, Yudhi menjalin kerja sama dengan produsen tahu dan pemilik rumah makan di sekitar lokasi kandang. Ia juga mengaku menambahkan ampas bir sebagai campuran pakan agar rasa susu tidak bau (prengus).

Saat ini kambing di Peternakan Ash Shifa memproduksi rata-rata 750 ml -1000 ml setiap harinya. Untuk memperolah hasil susu yang optimal, pemerahan biasanya dilakukan setiap pagi setelah kambing cukup istirahat sepanjang malam.

Setiap harinya Ash Shifa mampu menjual sekitar enam hingga delapan liter susu. Namun pada hari libur, penjualan biasanya meningkat. Bahkan sering kekurangan persediaan. Susu kambing Ash Shifa dikemas dalam botol plastik berkapasitas 330 ml/botol dengan harga sembilan ribu rupiah. Sedangkan per liternya, dijual dengan harga Rp.30 ribu. Untuk kolostrum, Yudhi menjual seharga Rp.200 ribu/liter. Namun jumlah kolostrum ini sangat sedikit karena hanya dihasilkan pada hari ke tiga hingga ke tujuh setelah melahirkan. Itu pun baru diperah jika anakan kambing tampak kurang bagus. Jika kualitas anakan bagus maka kolostrum tetap disusukan.

Sejauh ini promosi yang dilakukan Yudhi baru melalui plang yang dipasang di tepi jalan menuju obyek wisata di kawasan Gunung Merapi. Upaya pemasaran dengan cara lain belum dilakukan karena persediaan yang masih terbatas. Untuk pasar di Yogyakarta sendiri, Ash Shifa belum mampu memenuhi. Sehingga permintaan pasar di Jakarta sebanyak 200 liter/dua minggu terpaksa ditolak.

Sifat susu kambing yang cepat rusak setelah lebih dari empat jam, maka susu produksi Peternakan Ash Shifa biasanya langsung didinginkan atau dibekukan. Susu kambing dalam keadaan beku ini dapat bertahan hingga dua bulan.

Ash Shifa juga membangun jaringan dengan produsen makanan olahan berbahan baku susu. Produsen makanan olahan inilah yang akan membeli susu yang tidak terjual secara eceran. Dari susu kambing ini, dapat diproduksi berbagai jenis makanan olahan seperti dodol, permen, susu bubuk, maupun kerupuk.

Tak hanya berhenti sampai di situ. Kotoran kambing di Peternakan Ash Shifa ternyata juga memiliki nilai ekonomis tersendiri. Setiap minggunya, pedagang pupuk kandang datang untuk mengambil kotoran kambing yang kemudian diolah menjadi pupuk organik.

Dengan gambaran seperti itu, Yudhi menuturkan usaha susu kambing PE ini cukup menguntungkan. ’’Dalam satu kali masa perah saja sudah menutup harga satu kambing,’’ katanya. [am]

0 komentar: