Minggu, 06 September 2009

Beternak Kambing PE (3)

Berkelompok, Manfaatkan Tanah Kas Desa

Membincang usaha peternakan kambing peranakan Ettawa (PE) yang berada di kawasan DI Yogyakarta, tak lengkap rasanya jika tak menyertakan usaha peternakan yang dilakukan oleh warga Dusun Nganggring, Girikerto, Turi, Sleman. Dusun yang terletak di lereng Gunung Merapi ini dikenal sebagai desa wisata dengan tujuan wisata andalannya berupa peternakan kambing PE terbesar di wilayah Kabupaten Sleman.


Kambing jenis PE mulai dikenal oleh warga Nganggring pada tahun 1982. Saat itu pemerintah daerah setempat memberikan bantuan ternak secara bergulir kepada kelompok tani Dusun Nganggring. Program ini ternyata berjalan dengan lancar, hingga semua anggota kelompok tani mendapatkan jatah bantuan ternak.

Keberhasilan ini tentu tidak terjadi begitu saja. Sebab usaha ternak kambing memang telah dilakoni oleh warga Nganggring sejak lama. Menurut Kardi Utama, Ketua Kelompok Tani Mandiri Nganggring, sebagai daerah tangkapan air lahan di Nganggring tak mungkin ditanami padi. Dengan demikian penghasilan warga kurang memadai. Untuk menambah penghasilan, maka hampir seluruh petani lahan kering di dusun ini memelihara kambing. Saat itu jenis kambing Jawa yang menjadi pilihan warga.

Melihat keberhasilan warga mengelola bantuan ternak kambing secara bergulir menjadikan Dinas Peternakan Kabupaten Sleman melontarkan gagasan untuk membuat kandang kelompok. Akhirnya dibangunlah kandang kelompok di tanah kas desa seluas 2,75 ha. Ini terjadi pada tahun 1989.

Di lahan seluas hampir tiga hektare ini, setiap anggota diberi hak pakai lahan masing-masing 250 meter persegi. Seratus meter persegi di antaranya untuk kandang dan selebihnya untuk menanam tanaman pakan. Jika jatah tersebut masih kurang, maka dapat mengajukan permintaan tambahan seluas 100 meter persegi. Saat ini semua ternak dan bangunan kandang di lokasi tersebut merupakan milik pribadi anggota kelompok.

Kardi menuturkan bahwa lahan tanaman pakan seluas 150 meter persegi tersebut, sebenarnya hanya mampu mencukupi kebutuhan pakan untuk tiga ekor kambing. Dengan demikian, anggota yang memiliki lebih dari tiga ekor kambing harus mencukupi kebutuhan pakannya dengan menanam tanaman serupa di lahan masing-masing. Atau, “Tergantung kreativitas,” tambahnya. Maksudnya anggota dengan lahan terbatas namun gigih biasanya mencari pakan tambahan dari luar, berupa sisa sayuran, air kedelai, ampas tahu, ketela pohon, katul, dan sebagainya.

Meski berada di areal yang sama, tetapi orientasi usaha masing-masing anggota kelompok berbeda. Winarto, Ketua Seksi Peternakan Kelompok Tani Mandiri menuturkan, ada anggota yang berorientasi pada pembibitan, pembesaran, maupun produksi susu. Dapat juga terjadi seorang anggota kelompok melakukan ketiganya sekaligus.

Selain orientasi usaha anggota yang berbeda, jumlah kepemilikan ternak setiap anggota juga berbeda-beda. ’’Ada yang hanya punya satu ekor, tapi juga ada yang sampai 30,’’ jelas Winarto. Meski jumlah kepemilikan berbeda, tetapi kewajiban setiap anggota tetaplah sama, seperti menghadiri pertemuan anggota setiap 35 hari sekali dan membayar iuran wajib sebesar Rp 1.000/pertemuan.

Saat ini tercatat ada 60 anggota Kelompok Tani Mandiri. Tak hanya beranggotakan para laki-laki, dalam kelompok ini juga terdapat enam orang anggota perempuan. Tak hanya perempuan, anak muda pun banyak yang terlibat sebagai anggota dalam kelompok ini. [am]

0 komentar: