Ini kisah tentang bunga. Bukan bunga bank, bukan pula bunga desa. Ini benar-benar bunga, yang membuat banyak orang mewujudkan mimpi mereka: beli motor, beli mobil, membangun rumah, dan membiayai pendidikan anak-anak hingga perguruan tinggi.
Kalau melintasi Jalan Raya Rembang di Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Anda akan mendapatkan pemandangan yang menakjubkan. Di kiri dan kanan hampir sepanjang jalan tersebut, di sekitar rumah-rumah penduduk, tertata rapi aneka jenis bunga, seperti aneka jenis bougenville, palm, kaktus, pinus, dan adenium.
Jalan Raya Rembang melintasi Desa Banjarejo dan Desa Rembang, sekitar 7 km dari Ngadiluwih, ibukota kecamatan. Itu jalan raya yang dilintasi bus antarkota, misalnya Trenggalek- Tulungagung-Kediri dan Blitar-Kediri. Warna-warni bunga dan berbagai jenis tanaman hias di tepi jalan itu adalah pemandangan yang sangat indah, menyejuk-menyegarkan jiwa.
’’Yang di depan-depan (tepi jalan—Red.) ini belum seberapa, Mas,” kata Bu Sinah (43), salah seorang pemilik warung kopi di Jalan Raya Rembang. ’’Kalau mau ke dalam-dalam, di sana lebih banyak lagi kembangnya. Yang di depan-depan ini cuma percontohan. Sebagian juga diambil dari dalam, biar bunga-bunganya terlihat.’’
Karena penasaran, setelah menyusuri Jalan Raya Rembang, dengan berjalan kaki Peduli blusukan ke Desa Banjarejo dan Desa Rembang yang berdampingan. Bu Sinah benar. Hampir setiap rumah penuh dengan berbagai jenis bunga. Nyaris tak ada jengkal tanah penduduk yang terbiar kosong. Bahkan, tak hanya satu atau dua rumah penduduk tak terlihat karena terhalang tanaman bunga. Kebun-kebun pun isinya bukan singkong, melainkan tanaman bunga.
Bukan hanya Hiasan
Rumah-rumah pun tampak asri dan terasa sejuk dengan bunga-bunga. Meskipun di banyak rumah terlihat penuh, bunga-bunga itu tetap menyegarkan mata yang melihatnya karena tertata dengan rapi.
Bagi penduduk dua desa itu, di samping sebagai penghias rumah, bunga-bunga itu juga mendatangkan penghasilan. Ada yang menanam bunga sebagai sumber penghasilan sampingan. Namun, bagia sebagian besar penduduk, bertanam bunga itu menjadi sumber penghasilan utama, bahkan satu-satunya. Karena itu, sampai-sampai atap rumah pun dimanfaatkan untuk bertanam bunga.
Menurut Supiono (53), bisnis bunga itu memang sangat menjanjikan. Ketua RT 03 RW 1, Dusun Rembang Kepuh, Desa Rembang itu, juga mangatakan bahwa saat ini orang-orang dari kelas menengah ke bawah pun, menanam bunga di rumahnya.
’’Dan pasti laku karena ada yang mengambil hampir tiap pagi dan sore untuk dipasarkan ke Surabaya, Bali, Solo, Jakarta, Malang. Sekali ambil bisa ratusan bunga, bisa 1 truk,’’ tegas Supiono yang juga seorang guru sekaligus pengusaha bunga.
Tentang risiko bisnis bunga itu, Supiono mengatakan hampir tidak ada. ’’Resikonya Cuma kalau tanaman kita mati. Dan itu pun sangat jarang. Perawatannya juga tidak sulit. Hanya butuh ketekunan dan kecintaan kepada bunga.’’
Sejak 1990
Supiono menjelaskan, bisnis bunga di Desa Banjarejo dan Desa Rembang berkembang sejak puluhan tahun lalu, tepatnya tahun 1990. Mula-mula beberapa penduduk menjadikannya sebagai usaha sampingan, bahkan hanya pengisi waktu luang.
Namun, hasilnya ternyata sangat bagus sehingga yang semula menjadikan bisnis bunga sebagai usaha sampingan beralih menjadikannya sebagai usaha utama. Selain itu, yang tidak bertanam bunga kemudian ikut-ikutan bertanam bunga.
’’Dan bisa kita lihat sendiri, rumah penduduk semua penuh bunga. Dan karena bunga pula, para tetangga saya bisa menguliahkan anak-anak, beli sepeda motor, bisa beli mobil, juga bisa bikin rumah,’’ kata Supiono tersenyum. [kus]
Mengorbit dengan Tulisan Kreatif
-
Memasuki dunia penulisan kreatif (baca: mengorbit dengan menulis puisi,
cerita, dan/atau esai) itu gampang-gampang susah. Gampangnya seperti apa,
dan
7 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar