Faturrohman Menangkap Untungnya
Layang-layang, adalah mainan yang tak lekang oleh zaman. Permainan yang sempat melambungkan nama Sunging Purbengkara pada Zaman Majapahit ini, bahkan kini difestivalkan pula di tingkat dunia. Artinya: ada peluang bisnis di sini. Faturrohman ialah salah seorang yang menangkap peluang itu, dan bahkan telah ’menangkap’ pula untungnya.
Dengan lihainya Faturrohman menggiring layang-layangnya agar tak ke tengah jalan. Uman, begitu ia akrab disapa, selalu melakukan tes terbang pada layang-layang yang telah dibeli. ’’Daripada saya kena komplain karena layangan (layang-layang, Red.) tidak bisa terbang, mending saya coba dulu, Mbak,’’ terang Uman membuka perbincangan.
Sudah hampir setahun Uman mencoba berdagang layang-layang. Pria lulusan SMU ini dulunya sempat bekerja di sebuah pabrik. Namun, sejak setahun lalu, ia terkena PHK dengan pesangon yang sangat minim.
Uman berpikir keras, bagaimana membuka usaha tanpa mengeluarkan modal besar. Berbekal ketrampilannya membuat layang-layang saat kecil, pria yang tinggal di Sepanjang, Sidoarjo, Jawa Timur ini kemudian mencoba membuat layang-layang berbahan dasar plastik dari tas kresek. Caranya, tas kresek ukuran besar dibelah menjadi dua bagian kemudian mulai digunting sesuai pola layang-layang yang diinginkan. Setelah dicoba diterbangkan, ternyata berhasil.
Buat Sendiri dan Kulakan
Dengan berbekal modal Rp 200 ribu, Uman mulai memroduksi layang-layang plastik dalam jumlah banyak. Selain layang-layang plastik, Uman tetap membuat layang-layang dari kertas. Uman juga melengkapi jualannya dengan layang-layang kain yang dibelinya dari seorang distributor layang-layang dari Bali. Sudah sejak awal 2006 lalu, Uman memutuskan berjualan di pertigaan Gunungsari arah pintu tol. Sebelumnya, ia memutuskan berjualan di kampungnya di kawasan Sepanjang, namun hasilnya kurang memuaskan.
Soal harga sangat terjangkau. Untuk layang-layang berbahan kertas, ia menjualnya mulai Rp 2 ribu hingga Rp 8 ribu. Sedangkan layang-layang plastik dijual mulai Rp 8 ribu hingga Rp 25 ribu. Yang termahal adalah layang-layang kain yang dipatok mulai Rp 25 ribu sampai Rp 75 ribu.
Beragam model layang-layang disediakan Uman. Mulai bentuk standar empat persegi panjang, hingga bentuk-bentuk binatang yang cukup indah bila diterbangkan. Yakni bentuk cumi-cumi, kupu-kupu, lebah, rajawali, naga, sampai toko kartun batman, superman, dan spiderman.
Layani Pemesanan
Rata-rata pembelinya adalah warga Surabaya dan sekitarnya. Uman juga menerima pesanan model layang-layang bentuk lain. ’’Saya pernah terima pesanan layang-layang bentuk pesawat terbang dan ikan tiga dimensi, jadi kesannya seperti hidup,’’ urai lajang berusia 30 tahun ini.
Uman cukup lega karena jualannya ini tergolong minim pesaing. Dalam sehari ia bisa menghasilkan antara Rp 500 ribu sampai Rp 700 ribu. Tentu saja untung berlipat yang dulu tak pernah dibayangkan Uman kini menjadi kenyataan.
Sayangnya, berdagang layang-layang tak bisa dilakukan sepanjang tahun.. Jualan ini hanya dilakukan saat musim kemarau saja, yakni antara April-September (sekitar 5 bulan). Memasuki musim hujan pada pertengahan September nanti, Uman akan menghentikan jualannya. Namun ia berjanji, tahun depan ia tetap akan berjualan lagi.
’’Soalnya untungnya lumayan, jadi saya tetap jualan layang-layang,’’ tuturnya. [KD/5-1]
Mengorbit dengan Tulisan Kreatif
-
Memasuki dunia penulisan kreatif (baca: mengorbit dengan menulis puisi,
cerita, dan/atau esai) itu gampang-gampang susah. Gampangnya seperti apa,
dan
7 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar