Mamat, Mengais Rezeki di Gua Sunyi
Menjadi manusia gua, berteman dengan kesunyian mungkin tak pernah dibayangkan Mamat. Sehari-hari, laki-laki asal Kabupaten Wonosobo ini menghabiskan waktunya dalam kegelapan dan kelembaban gua di Dusun Puri, Desa Kedumulyo, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Bahkan tak jarang ia terpaksa bermalam di dalam gua seorang diri karena tak bisa menyeberangi sungai yang terhampar di depan gua akibat banjir.
Itulah risiko yang harus dihadapi Mamat dengan pilihan hidupnya sebagai pengusaha pupuk kotoran kelelawar. Profesi sebagai pengusaha pupuk kotoran kelelawar atau pupuk guano sebenarnya baru dijalani Mamat sejak setahun lalu. Sebelumnya ia bekerja pada perusahaan pupuk di kotanya. Kelangkaan pupuk kimia yang sering terjadi menjadikannya tak dapat menyandarkan hidup dari tempatnya bekerja. Maka ia pun mulai berpikir untuk membangun usaha secara mandiri.
Pengetahuannya di bidang pupuk kemudian mengantarkannya pada usaha pupuk guano yang saat ini ditekuni. Menurutnya, kotoran kelelawar lengkap mengandung berbagai unsur yang dibutuhkan tanaman. Kotoran kelelawar juga tidak membutuhkan proses panjang seperti halnya kotoran kambing atau sapi untuk menjadi pupuk. Setelah diambil dari dalam gua, kotoran kelelawar cukup dikeringkan saja dan siap jual. Bahkan tanpa dikeringkan pun sebenarnya kotoran kelelawar sudah dapat digunakan.
Jika dicermati usaha seperti yang dijalani tampaknya tak membutuhkan banyak modal. Bisa dibilang ia tinggal mengambil saja dari dalam gua. Kalaupun harus mengeluarkan biaya, biasanya untuk retribusi atau kas desa di mana gua yang dieksploitasi itu berada.
Biaya lain yang harus dikeluarkan adalah untuk membayar tenaga kerja. Namun hal ini tidak dilakukan oleh Mamat. Ia memilih untuk membeli saja kotoran tersebut dari warga sekitar yang bersedia mengambil kotoran kelelawar untuknya. Cara ini dirasa lebih efektif karena warga sekitar gua hanya menjadikan pekerjaan mengambil kotoran sebagai sambilan.
Selain di Dusun Puri, Kabupaten Pati ini, pencarian kotoran kelelawar juga pernah dilakukan Mamat di daerah lain, seperti Cilacap dan Gresik. Tidak di semua tempat Mamat harus terlibat sendiri dalam proses pengambilan. Di beberapa kota, ia tinggal membeli saja kotoran yang telah diambil warga setempat dari dalam gua.
Sepanjang pengalamannya sebagai pengusaha pupuk guano, kondisi medan Gua Lawa di Dusun Puri ini adalah yang tersulit. Gua ini terletak di salah satu patahan Pegunungan Kendeng yang berada di dusun tersebut.
Meski hanya berjarak kurang lebih satu kilometer dari pemukiman, tetapi medan yang harus ditempuh untuk mencapai gua cukup sulit. Sungai yang mengalir di antara kedua patahan menjadikan perjalan menuju gua bertambah sulit. Selain mengikuti alur sungai yang pada kondisi normal hanya sedalam betis orang dewasa, Mamat dan para pekerjanya juga harus menyeberangi sungai itu hingga beberapa kali. Bahkan di beberapa titik mereka harus menyusuri sungai sepanjang kurang lebih lima meter.
Kondisi ini tentu saja menghambat mobilitas Mamat. Kotoran yang telah terkumpul di depan gua sering tidak dapat segera dikirim ke tempat usahanya di Wonosobo. Sebab untuk memindahkan kotoran mulut gua ke tepi jalan desa dimana kendaraan yang akan mengangkut disiapkan, dibutuhkan tenaga ekstra. Cuaca juga sangat berpengaruh terhadap aktivitas ini. Hujan yang turun selama satu jam saja telah mampu mengubah sungai kecil yang menjadi jalan menuju gua, menjadi sungai besar dan dalam. Dalam kondisi demikian, otomatis pemindahan kotoran tidak dapat dilakukan.
Tak hanya pemindahan yang terhambat. Upaya pengambilan kotoran di dalam gua pun mengalami kendala jika hujan terus-menerus turun. Rembesan air yang masuk ke dalam gua semakin besar ketika hujan datang. Untuk memudahkan pengambilan kotoran, Mamat terpaksa memompa air tersebut keluar. Namun usaha ini terkadang terasa sia-sia karena rembesan air yang masuk lebih besar jumlahnya dari pada yang mampu ia keluarkan dari sana.
’’Kalau dihitung-hitung sebenarnya rugi. Tetapi kalau tidak saya lanjutkan semakin rugi,’’ katanya. [am]
dari sini
Mengorbit dengan Tulisan Kreatif
-
Memasuki dunia penulisan kreatif (baca: mengorbit dengan menulis puisi,
cerita, dan/atau esai) itu gampang-gampang susah. Gampangnya seperti apa,
dan
7 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar