Menjelang Hari Raya Idul Adha, di tepi-tepi jalan kota Surabaya biasa kita jumpai konter-konter hewan kurban. Banyak di antara mereka berasal dari luar kota. Salah satunya Jemino, yang jauh-jauh membawa puluhan ekor kambing dari Ponorogo.
Jemino, pedagang kambing asal Ponorogo yang menggelar dagangannya di pertigaan Jalan Gunungsari, Surabaya, mengaku khusus datang berdagang musiman di Surabaya agar meraup keuntungan lebih di Hari Raya Idul Adha. Sejak tahun 1990, tiap tahun Jemino selalu berjualan hewan kurban di Surabaya.
’’Awalnya dulu ada beberapa teman yang pesan untuk kurban. Lama-lama ketagihan dan hingga sekarang tiap Idul Adha saya selalu jualan di Surabaya,’’ katanya.
Dari Ponorogo, Jemino membawa 59 ekor kambing dengan menggunakan truk. Tahun ini dia sudah memperkirakan akan sepi jadi hanya membawa lebih sedikit dibanding tahun lalu. ’’Kalau tahun lalu saya bawa sebanyak 73 kambing dan habis semua,’’ terangnya.
Jemino telah mangkal di pertigaan Jalan Gunungsari sejak seminggu sebelum Idul Adha. Dan hingga malam Idul Adha baru 20 ekor yang terjual.
’’Untuk Idul Adha tahun ini saya tak bisa berharap banyak, tiap hari hujan dan banyak kambing yang sakit. Meski sedia obat anti sakit tapi kalau diminumi setiap hari kualitas daging kambing bisa jelek. Akibatnya tahun depan saya tak akan dibuat langganan lagi,’’ katanya.
Padahal, dalam menjual kambingnya Jemino menjamin kesehatan seluruh dagangannya itu. Sebelum dibawa ke Surabaya, seluruh kambing telah diperiksa kesehatannya. Dan ketika sakit langsung diobati.
Harga kambing yang dipatok Jemino berkisar antara Rp 600 ribu hingga Rp 1 juta, tergantung besar kecilnya kambing. ’’Kalau di Ponorogo saya memang biasa jualan kambing Jawa, dan yang saya jual di Surabaya ini ya semuanya kambing Jawa,’’ ujarnya.
Sedangkan untuk harga jual tiap harinya relatif stabil, kecuali pada Hari H, harga kambing bisa naik hingga seratus ribu per ekornya.
Sering Merugi
Untuk pakan kambing-kambing dagangannya Jemino hanya mencari rumput semak di sepanjang Kali Surabaya, dekat tempatnya berdagang. Jemino sering pula merugi dalam bisnisnya ini. ’’Pernah juga saya malah tombok, tapi namanya hidup kan ya naik-turun. Untuk tahun ini memang sesuai perkiraan saya, tak banyak kambing terjual,’’ kata Jemino.
Dari tiap ekor kambing, Jemino mengantongi untung kotor Rp 150 ribu. Dan keuntungan maksimal yang diperolehnya dari seluruh penjualan kambing bisa mencapai hingga Rp 6 juta.
’’Tapi, itu kan untung kotor, kalau dipotong dengan biaya angkutan, perawatan, dan segala macamnya, kira-kira hanya tinggal Rp 50 ribu saja per ekornya,’’ tuturnya.
Seusai Hari Raya Kurban, Jemino akan menjual kembali sisa kambing-kambing dagangannya di Pasar Ponorogo. Tentu saja dengan harga yang sudah sangat turun. ’’Kalau sudah pulang kampung turunnya sampai 50 persen. Misalnya untuk harga kambing yang Rp 700 ribu bisa hanya tinggal Rp 350 ribu saja,’’ ujarnya. [KD]
Mengorbit dengan Tulisan Kreatif
-
Memasuki dunia penulisan kreatif (baca: mengorbit dengan menulis puisi,
cerita, dan/atau esai) itu gampang-gampang susah. Gampangnya seperti apa,
dan
7 tahun yang lalu
1 komentar:
Saya dari palembang membutuhkan 50 ekor kambing dengan harga murah untuk kita jual lebaran ini bagaimana transaksi nya ...
mohon segera kofirmasinya
Posting Komentar