Minggu, 06 September 2009

Beternak Kambing Peranakan Ettawa


Memulai dengan Kejelasan Orientasi

Peranakan Ettawa (PE) merupakan jenis kambing yang semakin banyak dilirik orang. Dengan postur tubuh dan rupa yang menawan banyak orang tertarik memeliharanya sebagai kelangenan. Bahkan di Kaligesing, Purworejo, yang merupakan pusat pengembangan kambing PE di wilayah Jawa Tengah bagian selatan, secara berkala diadakan kontes untuk memilih kambing PE terbaik.


Tak hanya berpostur bagus, kambing PE juga mampu memproduksi daging dan susu dengan kualitas bagus pula. Susu kambing PE memiliki kandungan lactosa rendah, sehingga tidak memicu timbulnya diare. Selain itu, susu kambing juga dapat menjadi alternatif bagi penderita alergi karena tidak mengandung beta-lactoglobulin. Senyawa alergen beta-lactoglobulin inilah yang sering menjadi pemicu munculnya alergi.

Keunggulan-keunggulan ini menjadikan banyak orang melirik kambing PE sebagai komoditas bisnis. Peternakan dengan skala besar maupun kecil terus tumbuh di berbagai kota. Terutama di dataran tinggi dan berhawa sejuk, yang dianggap sebagai tempat paling sesuai untuk hidup kambing jenis PE.

Di wilayah Kabupaten Sleman, Propinsi DI Yogyakarta, kambing PE banyak dibudidayakan di seputaran lereng Gunung Merapi yang memang berhawa sejuk. Namun ternyata tak hanya di lereng Merapi saja, peternakan kambing PE dapat ditemukan. Di wilayah yang hanya berjarak belasan kilometer dari pusat Kota Yogyakarta pun, kambing PE juga banyak diternakkan.

Ash Shifa merupakan salah satu peternakan kambing PE yang terletak 16 kilometer arah utara pusat Kota Yogyakarta. Di sebuah kampung yang terletak di ruas Jalan Kaliurang ini, Yudhi bersama dua orang kakaknya mencoba membangun usaha peternakan kambing PE.

Menempati lahan sewaan seluas 220 meter Yudhi memulai usaha peternakan kambing PE sejak September 2008 lalu. Sebelumnya ia menyempatkan diri belajar tentang seluk-beluk kambing PE selama dua bulan di Kaligesing, Purworejo. Tak hanya tentang karakteristik dan pemeliharaan, selama dua bulan itu Yudhi juga belajar tentang usaha peternakan kambing PE.

Menurut Yudhi, konsep usaha merupakan hal yang harus dipersiapkan sejak awal. ’’Mengawali bisnis harus punya orientasi jelas, mau diapakan, diambil apanya, sehingga langkah yang dilakukan juga jelas,’’ katanya. Yudhi menjelaskan, ketidakjelasan orientasi berdampak pada tidak optimalnya usaha yang dijalankan.

Orientasi usaha pembibitan, tidak akan optimal jika digabungkan dengan usaha pemerahan susu. Sebab untuk menghasilkan bibit kambing PE dengan kualitas bagus, selain dibutuhkan indukan yang bagus, gizi juga harus tercukupi. Sehingga dalam usaha pembibitan, pemerahan susu jarang dilakukan karena susu indukan dikonsumsi langsung oleh anak kambing yang bersangkutan.

Orientasi awal ini juga akan menentukan kambing dengan kondisi dan kualitas seperti apa yang harus dimiliki. Menurut Yudhi, untuk usaha produksi susu, tidak dibutuhkan kambing dengan ras Ettawa yang tinggi. Tinggi rendahnya ras ini hanya berpengaruh terhadap harga kambing, tetapi tidak tidak berpengaruh terhadap kualitas susunya. [am]

0 komentar: