Kamis, 20 Maret 2008

Jadi Miliarder Berkat Kentang


Cukup berliku jalan hidup John Richard Simplot,99.Kabur dari rumah sampai sukses menjadi raja kentang di Amerika Serikat (AS). KEHIDUPAN Simplot tidak lepas dari kentang. Dia menyebut kentang sebagai sesuatu yang nyata dan besar, bukan sesuatu yang sepele. Bagi dia, sikap banyak orang memandang rendah bisnis kentang adalah kesalahan besar.


”Kentang adalah segalanya,” paparnya. Simplot tidak menyembunyikan jati diri sebagai anak petani kentang. Dia justru bangga ketika disebut sebagai petani kentang. Petani yang selalu kotor dan berlumuran lumpur adalah sesuatu yang agung. ”Saya hanya petani biasa. Saya kaya karena mendapatkan keberuntungan dari kentang.Saya sangat mempercayai arti sebuah keberuntungan.Keberuntungan adalah fakta. Faktanya, saya mendapatkan untung,” paparnya.

Dengan kentang, pada akhir 2006 Simplot berhasil menduduki peringkat 278 dari 400 orang terkaya di dunia menurut majalah Forbes.Pada Daftar Orang Terkaya Forbes 2007 yang dirilis bulan lalu, Simplot menempati peringat 284 dari 400 orang terkaya.Dia juga menjadi orang terkaya peringat 29 dan menjadi pengusaha tertua di Amerika yang paling sukses dengan kekayaan UDS3,8 miliar. Kesuksesan luar biasa yang dicapai Simplot ini merupakan buah kerja kerasnya sejak usia muda.Dikeluarkan dari sekolah pada usia 14 tahun, Simplot melarikan diri dari orangtuanya yang juga petani kentang.

Demi bertahan hidup,dia memilih menjadi penyortir kentang di perusahaan lokal.Dia lantas mencari tambahan uang dengan menjadi buruh bangun-an. Di asrama, Simplot bertemu dengan sekelompok guru yang saat itu digaji dalam bentuk skrip (semacam saham). Simplot kemudian membeli skrip-skrip itu dengan harga 50 sen dan menjualnya kembali ke bank dengan harga 90 sen.Dengan keuntungan jual-beli skrip para guru itu Simplot akhirnya berhasil membeli truk dan 600 ekor anak babi untuk membuka peternakan.

Dua tahun kemudian, tepatnya di usia 16 tahun, dia mulai bertani kentang.Tahun demi tahun usahanya terus berkembang dan membuatnya mampu menyewa lahan yang lebih luas. Pada 1930-an,Simplot yang besar dan sukses di Iowa Dubuque, Iowa,Amerika Serikat, ini menamai bisnisnya dengan nama The Potato King.Saat itu dia memproduksi sekitar 33 juta pon kentang kering per tahun atau sepertiga dari jumlah total konsumsi tentara AS selama perang kala itu.

Selanjutnya, perusahaannya berhasil menjual jutaan pon kentang berkualitas yang dijual di Mc- Donald,Burger King,Wendy’s, dan KFC untuk bahan kentang goreng. Walau sebagai petani,Simplot tidak ingin ketinggalan zaman dengan pesatnya perkembangan teknologi. Pada 1950-an,ketika banyak orang masih enggan menginvestasikan uangnya di bidang teknologi pengawetan pangan,Simplot berani menjadi pionir. Ternyata investasinya tidak salah.Justru,kini industri pangan tergantung dengan teknologi itu.

Investasinya pun menuai sukses karena pasar merespons dan lebih bangga dengan membeli makanan yang telah diawetkan. Simplot menyerahkan manajemen perusahaan kepada anak dan cucunya pada dekade 1990-an,sementara dia masih berstatus pemilik. Di tangan penerusnya usaha Simplot berkembang sampai ke benua lain. Perusahaan Simplot bersama Nestle mengakuisisi Pasific Brands Food yang berada di Australia.

Dia juga melakukan joint venture di Cina dalam memproduksi bibit kentang untuk memenuhi kebutuhan kentang di wilayah tersebut.Lebih jauh, dia bekerja sama dengan perusahaan asal Belanda, Farm Frites Beheer BV,untuk membangun kongsi peternakan. Tanpa meninggalkan fondasi bisnisnya di bidang pertanian, Simplot menginvestasikan modalnya ke bisnis teknologi mikron.

”Saya merasa tertantang untuk berbisnis yang berkaitan dengan teknologi masa depan,” paparnya. Dia sudah menginvestasikan jutaan dolar dan sebentar lagi akan menuai kesuksesan. Di sisi lain, hiruk-pikuk dunia politik Amerika Serikat pernah tidak menarik perhatiannya sedikit pun.Dia menganggap negerinya adalah negeri kentang,petanilah yang selalu memimpin kampanye dan pemilu. ”Saya tidak peduli dengan politik,saya juga tidak berpihak pada salah satu partai politik.Politik itu kasar,”ujarnya.

Salah satu filosofi dalam kehidupan Simplot yang selalu dipegangnya adalah jangan memulai sesuatu dari yang besar. Dia berpandangan, langkah dalam kehidupan haruslah dimulai dari yang kecil karena masa depan seseorang tidak ada yang bisa mengetahuinya. ”Kita saja tidak bisa mengetahui masa depan dan apa yang terjadi besok, bulan depan, dan tahun depan,” ujar penerima gelar kehormatan dari Universitas Utah karena kontribusinya dalam industri pertanian itu.

Ray Kroc, pengusaha yang membeliMcDonaldpada1955 dan menjadikan restoran cepat saji ini terbesar di dunia, memberikan komentar pada Simplot. Bagi Kroc, Simplot merupakan petani sukses yang bisa menggebrak dunia pertanian di AS dan dunia. ”Apalagi temuan Simplot, kentang untuk bahan baku kentang goreng, adalah sesuatu yang sangat sakral dalam bisnis makanan,”ujarnya. [andika hendra m/ berbagai sumber]

Selasa, 18/03/2008
Seputar Indonesia

0 komentar: