Senin, 03 Maret 2008

Sujatno, Si Pembuat Tahu: Dulu Karyawan Kini Pengusaha


Dibuat dari kedelai, tahu mengandung protein nabati yang sangat dibutuhkan tubuh manusia. Bahkan, beragam menu mewajibkan kehadiran tahu: tahu thek, tahu campur, batagor, dan lain-lain. Pengin tahu gimana suka-dukanya menggeluti bisnis pebuatan tahu? Tahu, ternyata bisa pula jadi jalan seseorang dari karyawan menjadipengusaha.


Sujatno [34] warga Desa Kertosono, Kecamatan Panggul, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, menekuni usaha pembuatan tahu sejak 2001. Usaha ini dijalankan bersama istrinya, Hariani [26]. Ketrampilan membuat tahu yang dimiliki ayah Eka Minangsari [11] ini didapat ketika ia menjadi karyawan sebuah pabrik tahu.

Dengan modal Rp 3 juta Sujatno membeli sebuah mesin giling membangun bilik dari papan sebagai tempat produksi.

Proses pembuatan tahu ternyata tidak terlalu rumit. Kedelai yang bersih direndam dalam air selama 3 hingga 4 jam, lalu digiling dengan mesin. Pada saat proses penggilingan harus diberi air. Hasil gilingan itu lalu direbus sampai memdidih, diangkat dan disaring memakai kain kasa yang halus sampai yang tersisa pada saringan tersebut tinggal ampasnya saja.

Hasilnya adalah cairan putih serperti susu. Agar cairan bisa mengental haruslah diberi cuka tahu secukupnya dan didiamkan sekitar 10 menit. Setelah mengental barulah diangkat dan dimasukkan ke dalam cetakan tahu dan di-pres. Maka, jadilah tahu yang siap dijual [atau digoreng sendiri, Red].

Pemasaran

Soal pemasaran, Sujatno tak menemui kesulitan. Soalnya, ketika ia jadi karyawan di pabrik tahu milik orang lain, ia juga sekaligus menjadi tenaga penjualnya. Maka, Sujatno sudah memiliki pelanggan.

Teknik pemasaran yang selama ini dilakukan Sujatno adalah merekrut pedagang di setiap pasar untuk dijadikan pedagang tetapnya. ’’Pada awalnya untuk pemasaran memang saya pasarkan sendiri. Namun, seiring berjalannya waktu dan saya coba untuk merekrut dan memberi kepercayaan pada pedagang untuk menjual tahu produksi saya ternyata itu lebih praktis dan hemat biaya,’’ katanya.

’’Saat ini saya memiliki 5 orang pedagang tetap. Dari 5 orang tersebut yang 2 orang setiap harinya mengambil sendiri ke tempat saya, dan yang 3 orang lainnya saya kirim,’’ ujarnya Jatno.

Dengan dibantu istri dan seorang karyawan, pada tahun-tahun pertama Sujatno sudah menghabiskan rata-rata 1 kuintal kedelai tiap hari. ’’Pada saat itu biaya produksinya masih kecil dan harga kedelai belum semahal sekarang,’’ katanya. Tidak mengherankan bila laba yang diperolehnya pun cukup besar. Lihatlah, baru 3 tahun menekuni usaha pembuatan tahu itu Sujatno sudah mampu membangun rumah serta membeli mobil.

Saat ini, dibantu istri dan dua orang karyawannya, dalam sehari bisa menghabiskan 2 kuintal kedelai, itu sama dengan sekitar 5.000 potong/biji tahu.

Kalkulasi

Untuk mengolah 2 kuintal kedelai menjadi tahu yang siap jual membutuhkan biaya produksi sebesar Rp 110.000, dengan rincian Rp 50.000, untuk upah kerja 2 orang karyawan, sedangkan yang Rp 20.000 untuk biaya bahan bakar mesin penggiling [solar] dan Rp 40.000 untuk kayu bakar.

Jika setiap iris tahunya dijual dengan harga Rp 200, maka akan diperoleh Rp 1.000.000. Kemudian setelah dikurangi biaya produksi dan pembelian bahan baku kedelai yang saat ini mencapai Rp 4.000/kg maka pendapatan Sujatno setiap harinya tidak kurang dari Rp 90.000.

Sujatno mengaku tak menemui hambatan dalam usahanya ini, selain persoalan harga bahan baku, kedelai yang terus naik. Soal pemasaran tidak ada masalah. Bahkan, bila tidak musim ikan dan pada bulan-bulan mengahadapi hari raya, pasar sering mengalami kekurangan pasokan. [PURWO SANTOSA]





nama pengusaha: Sujatno
umur: 34 tahun
alamat: Desa Kertosono, Kecamatan Panggul, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur
jenis usaha: pembuatan tahu
bahan baku: kedelai
mulai: 2001
modal: Rp 3 juta
omzet: Rp 30 juta/bulan
keuntungan: Rp 2,7 juta/bulan

0 komentar: