Jumat, 25 Mei 2012

Oky Mia Octaviany Terus Berkreasi dalam Peniti

Ketika Kegagalan Menjadi Pelajaran Tak mudah patah semangat dan terus berusaha mengembangkan usaha baru agaknya menjadi resep jitu yang dipaparkan Oky jika seseorang itu ingin maju dalam berwirausaha. Ibu dua anak ini tak takut kebangkrurtannya dalam mendirikan usaha di bidang makanan yang sudah digelutinya selama 3 tahun dulu itu akan kembali menimpanya lagi. Ia justru berpendapat kegagalannya dulu adalah cambuk yang melecut dirinya untuk terus berusaha sesuai bidang yang sukainya. ’’Ternyata basic untuk beriwirausaha itu awalnya adalah rasa suka. Saya dulu gagal usaha di bidang makanan karena pada dasarnya saya sendiri nggak suka masak. Jadinya waktu usaha itu sedang berjalan saya lebih suka menyerahkan urusan itu pada anak buah saya. Pokoknya maunya beresnya aja,’’ papar Oky. Alhasil sekalipun sudah mencoba berinovasi menu makanan segala macam tak urung usahanya ini akhirnya bangkrut juga. Bisa dimaklumi karena keterlibatannya pada jenis usaha ini akhirnya jadi tidak terlalu maksimal. Semua ia serahkan pada anak buahnya sehingga pengontrolan yang datang darinya selaku pemilik usaha jadi lemah. Tak bisa dihindari akhirnya usaha ini pun gulung tikar. ’’Waktu saya mendirikan usaha ini saya patungan sama teman saya. Ketika usaha kami bangkrut dia kapok untuk usaha lagi. Maklum, kami sama-sama ditegur suami kami masing-masing. Karena untuk usaha itu kami menggunakan uang dapur makanya saat usahanya bangkrut suami jadi ikut menegur,’’ kenang Oky seraya tersenyum mengingat kegagalannya waktu itu. Bahkan, teman Oky itu sampai kapok untuk berwirausaha lagi karena kegagalan tersebut. Untungnya tidak demikian dengan Oky. Ibu dari Chavy Hanantoseno dan Rhavly Destareza ini akhirnya kembali mencoba berwirausaha lagi. Tapi, kali ini ia mencoba jenis usaha yang ia sukai agar lebih mudah untuk terlibat lebih jauh dalam jenis usahanya itu. Berbekal pendidikan terakhirnya di IKIP Tata Busana Surabaya, akhirnya mantan karyawan sebuah bank ini mencoba berkreasi di bidang asesories. Dan untuk usaha yang baru ini Oky mencoba untuk semaksimal mungkin tidak menggunakan uang dapur agar tidak mendapat teguran dari suaminya lagi apabila usahanya ini gagal lagi. Kali ini ia menggunakan uang tabungannya sebagai modal awal sebesar 500 ribu. Dengan uang itu akhirnya ia belanja batu-batuan untuk membuat bros, kalung, gelang, cincin dan anting-anting. Setelah melalui serangkaian uji coba membuat bros dan sejumlah asesoris lainnya yang unik dan cantik akhirnya usahanya itu mulai menampakkan hasil. Oky awalnya menggunakan barang-barang kreasinya itu di sejumlah acara yang dihadirinya, dari acara-acara tersebut itulah rekan-rekannya yang melihat asesories yang dikenakan Oky tersebut jadi berminat untuk membelinya. ’’Dengan berjualan memakai cara ini saya jadi dapat uang 900 ribu dari modal awal 500 ribu tadi. Uang itu akhirnya saya belikan bahan batu-batuan lagi. Saya buat asesories lagi,’’ jelas Oky. Tapi kali ini cara berjualannya sedikit menggunakan strategi. Ia tak sekedar jualan dari mulut ke mulut saja, tapi ia mulai berani mengikuti arena bazar sekalipun bazar yang dia ikuti baru sekitar bazar di sekolahan anaknya. Kebetulan di sekolahan anaknya itu senantiasa diadakan bazar setiap akhir pekannya. Ajang ini terang saja tak disia-siakan Oky untuk berdagang. ’’Untungnya lumayan. Sambil nungguin anak saya pulang sekolah saya ikutan menggelar dagangan. Setiap kali jualan bisa dapat uang sekitar 1 jutaan,’’ katanya dengan sumringah. Melihat begitu besarnya potensi di bidang usaha ini akhirnya Oky serius menggeluti usahanya ini. Ia pun mulai memberi nama prduknya itu dengan nama Peniti. Ia pun mulai membukukan hasil kreasinya itu. Kini dua buah buku berjudul Cantik Dengan Rangkaian Manik dan Batu serta Cantik dan Gaya Dengan Bros sudah dirampungkannya dan bisa dibeli khalayak apabila tertarik untuk menguak lebih jauh seputar usaha di bidang asesories ini. Kesuksesan Oky dalam bidang asesories ini sebenarnya sudah pernah di profil oleh Peduli pada edisi 6 sekitar tahun 2006 silam. Wajah istri dari Banyon Anantoseno ini mentereng menjadi cover Peduli kala itu. Keberlangsungan Kini Oky mulai mengembangkan jenis usahanya lagi. Dengan domisili tinggalnya yang ada di Surabaya mau tak mau Oky hars mencari lahan bisnis baru untuk dikembangkan namun harus disesuaikan dengan gaya hidup masyarakat Surabaya. ’’Bisnis asesories itu sifatnya musiman. Ada kalanya menjadi jenis usaha primadona namun ada kalanya sebaliknya. Itu sebabnya kita harus terus berusaha mencari celah bisnis baru agar usaha ini jangan sampai mati suri, kita kan harus terus menggaji karyawan. Makanya kelangsungannya juga harus diperhitungkan,’’ terang Oky. Bukan tanpa alasan kalau Oky sampai bisa berkata sedemikian itu. Maklum saja di Indonesia saat ini itu yang selalu tak bisa dihindari adalah sikap latah yang menjamur. Jika ada orang sukses dengan satu bidang usaha maka yang lain juga segera mengikutinya, itu sebabnya tak mengherankan kalau hampir di setiap tempat ditemui jenis usaha yang sama hanya nama mereknya saja yang berbeda. Kenyataan ini mau tak mau membuat persaingan pada satu jenis usaha akan jadi makin ketat bahkan yang tidak menguasai strategi bisnis yang bagus akan sgera guling tikar karena saking ketatnya persaingan di bidang ini. ’’Selain itu masyarakat Surabaya itu tidak sekonsumtif masyarakat Jakarta. Orang-orang di Jakarta lebih suka membelanjakan uangnya. Jadi, sekalipun ia sudah punya asesoris di rumah ia juga tak pernah bosan untuk beli asesoris lagi. Sekalipun warnanya itu sama seperti yang ada di rumah. Nah, masyarakat Surabaya nggak. Mereka lebih suka mengencangkan ikat pinggangnya. Kalau di rumah sudah ada asesoris berwarna dasar ataupun netral seperti hitam, putih, krem gitu mereka sudah tak mau beli asesoris baru lagi,’’ katanya memberi penjelasan. Kenyatan itulah yang membuatnya memutar otak lagi. Ia ingin bisnisnya terus berkembang tak sekedar di asesoris semata. Oleh karena ia punya latar belakang pendidikan di bidang tata busana plus kenyataan kalau dirinya seorang wanita yang berjilbab maka ide kreatifnya itu juga tak jauh-jauh dari dirinya itu. ’’Wanita berjilbab itu sekarang jumlahnya makin banyak. Dan mereka itu tetap aktif di banyak kegiatan sekalipun dirinya berjilbab. Dari situ saya jadi berpikir wanita berjilbab itu tentunya ingin punya pakaian yang menunjang aktivitasnya yang lumayan banyak itu. Wanita berjilbab kan juga rajin olah raga. Kadang mereka juga suka jalan-jalan sore pula. Nah, inilah lahan bisnis baru yang bisa digarap lagi,’’ paparnya. Karena baju busana muslim dari bahan kain sudah menjamur di sana sini akhirnya terpikirlah oleh Oky untuk membuat busana muslim dari bahan kaos agar lebih nyaman bila dipakai pada aktifitas yang lumayan padat. Kaos lebih mudah menyerap keringat dan membuat pemakainya tak kegerahan saat memakainya. ’’Saya lihat banyak wanita berjilbab yang kesulitan mencari baju dari bahan kaos untuk mereka kenakan. Sampai mereka menyiasatinya dengan membeli baju kaos pria yang sizenya gede dan berlengan panjang agar sesuai untuk kebutuhan mereka yang berjilbab itu. Dari situlah saya jadi kepikiran untuk membuat baju untuk mereka ini,’’ lanjutnya. Masyarakat Binaan Sekali lagi tak sia-sia usaha Oky ini. Desain baju muslim berbahan kaos desainnya itu banyak digemari orang. Tak urung banyak sejumlah distributor yang bersedia untuk memasarkan karyanya itu. Kepada Peduli Oky mengungkapkan kalau baju muslim kaosnya itu sudah bisa dijumpai dibeberapa wilayah di Indonesia. Hanya saja ia tak mau menyebutkan berapa omzet yang dihasilkannya dari penjualan busana muslim ini karena hal itu berkaitan dengan pajak. ’’Pokoknya dari hasil jualan baju muslim ini saya bisa menggaji karyawan dan usaha saya bisa terus berjalan hingga saat ini. Kalaupun ada keuntungan alhamdulillah itu adalah rezeki dari Allah yang diberikan kepada hamba-Nya yang mau berusaha,’’ imbuhnya. Dari usaha baju muslim berbahan kaos dengan label by Oky ini akhirnya jadi membuka kesempatan kerja baru lagi. Oky jadi memiliki sejumlah kelompok masyakarat binaan baru untuk urusan jahit-menjahit. Mereka bisa datang ke Oky untuk mengambil bahan yang sudah di desain dan di potong Oky untuk di jahit di rumah mereka sendiri. Dengan begitu Oky tak perlu membuang waktu lebih banyak untuk melatih karyawan baru supaya bisa mejahit. Mereka yang berminat untuk menjahit desain Oky ini cukup di tes oleh Oky saja beberapa kali, selanjutnya bisa diteruskan kerja sama itu apabila hasilnya mermang memuaskan. Di akhir wawancaranya Oky mengingatkan agar setiap orang tidak mudah putus asa apabila usaha yang digelutinya itu sekali waktu terlihat sedikut terlihat rugi. Sebab kerugian ataupun kegagalan itu kadang tidak akan berlangsung lama jika yang punya usaha itu giat untuk berusaha mencari jalan keluar agar kerugiantidak terus-terusan melanda. ’’Saya sering tukar pikiran dengan suami saya. Kadang saya suka sedih juga kalau melihat stok pakaian saya sekali waktu terlihat masih menumpuk di show room saya. Tapi dari situ suami saya jadi ngasih maskkan, mungkin saja stok pakaian itu masih menumpuk karena saya kurang gencar dalam mempromosikannya makanya banyak yang nggak tahu kalau saya sedang punya desain baju baru. Makanya saya dianjurkan untuk pasang iklan ataupun ikut sejumlah bazar lagi. Dan setelah saya ikuti sarannya, alhamdulilah stok pakaian tadi jadi berkurang jumlahnya,’’ ujaranya seraya tersenyum bahagia. [nik]

0 komentar: