Selasa, 24 Januari 2012

Perajin dan Pedagang Furniture Rotan

Teruskan Bisnis Sang Kakek

Jiwa wiraswasta telah tertanam pada diri Prasetyo sejak kecil, karena kakeknya. Meski baru berusia 20 tahun, pria yang akrab dipanggil Pras ini telah dipercaya meneruskan usaha rotan yang ditekuni dari kakek hingga ayahnya sekitar 20 tahun lalu. Setiap hari, Pras yang memiliki usaha kerajinan rotan memulai aktivitasnya membuat furniture dan kerajinan rotan di kawasan Jl. Ahmad Yani Surabaya. Menjelang siang ia harus membuka dan menunggui show room yang kedua di Jl. Kusuma Bangsa.
’’Aktivitas saya setiap hari ya seperti ini. Pagi ngontrol pembuatan di Jl. A Yani, kalau sudah beres nungguin show room yang satunya di Jl. Kusuma Bangsa sampai jam 9 malam,’’ terang Pras yang mengaku hanya lulusan SMU ini.

Modal

Saat ditanya modal yang dibutuhkan untuk membuat usaha ini, Pras mengaku tak ingat. ’’Kalau saya ingat zaman dulu kakek saya sampai jual sepeda untuk membuka usaha ini. Ya, mungkin kalau sekarang sekitar Rp 300 ribu untuk modal awal,’’ terangnya.

Usaha yang ditekuni kakeknya kemudian diwariskan ke ayahnya, baru pada tahun 2000 usaha ini dilanjutkan olehnya.

Pras yang memiliki 3 pegawai ini mampu membuat aneka furniture dan kerajinan rotan seperti satu set meja-kursi tamu, lemari, rak, aneka keranjang hingga mainan hulahop. Menurutnya, usaha ini awalnya adalah membuat holahop.

’’Zaman dulu hulahop masih menjadi mainan favorit jadi penjualan hulahop cukup lumayan. Tapi sejak penjualan menurun keluarga saya mulai mengembangkan ke bisnis pembuatan furniture dan keranjang,’’ urainya.

Keranjang Parcel

Pada tahun 1990 saat parcel mulai ramai dibuat dengan menggunakan keranjang rotan, usaha yang dijalani Pras pun banjir pesanan. Selama bulan Ramadhan, ia mampu membuat keranjang rotan parcel hingga 3.000 buah. Sedangkan untuk Natal, ia bisa membuat keranjang rotan parcel hingga 1.000 buah.

Sayangnya pesanan tersebut semakin merosot setelah adanya aturan para pejabat dilarang menerima parcel. ’’Sedih juga, tapi mau bagaimana lagi,’’ Pras pasrah saja. Untuk Ramadhan dan Natal tahun ini ia mengaku mendapatkan order sekitar 1.000 - 1.500 keranjang rotan parcel. Uniknya, order tersebut justru banyak didapatkannya dari luar Jawa seperti Kalimantan, Sulawesi, Bali, dan Nusa Tenggara.

Ia menjual keranjang parcelnya mulai Rp 6 ribu hingga Rp 25 ribu. ’’Yang paling mahal itu model keranjang susun dengan kerangka besi,’’ sambungnya.

Keuntungan

Setiap 1 keranjang, Pras bisa memperoleh keuntungan antara Rp 3 ribu sampai Rp 10 ribu, tergantung berapa banyak pesanan keranjang yang diterimanya. Semakin banyak keranjang yang dipesan, ia akan menurunkan harganya.

Selain keranjang, Pras juga banyak mendapatkan pesanan order furniture. Pras menjual 1 set meja-kursi tamu tanpa bantal mulai Rp 450 ribu, sedangkan yang menggunakan bantal ditambahkan biaya pembuatan bantal seharga Rp 200 ribu. Tak hanya itu, ia juga sering menerima order pembuatan almari, rak, hingga keranjang pikulan makanan.

Sayangnya, meski hasil karya Pras bercita rasa seni tinggi, ia belum pernah bertansaksi dengan pembeli dari mancanegara.

’’Kalau yang beli bule atau orang asing lainnya belum pernah. Tapi kalau yang beli orang sini trus dijual ke negara lain, saya nggak tahu,’’ ungkapnya polos.

Pria yang memiliki kiat kerja ulet dan trampil ini tak berharap muluk. Baginya, bisa menggaji karyawannya saja sudah cukup buatnya. Ia hanya berharap pemerintah bisa meninjau kembali larangan menerima parcel agar ia bisa menerima order keranjang parcel seperti dulu lagi. [KD]




Jenis usaha: kerajinan dan penjualan furniture rotan
Modal awal: Rp 300 ribu
Omzet per bulan: Rp 1,5-5 juta
Biaya operasional: Rp 1,5 juta
Jumlah karyawan: 3 orang
Kiat sukses: ulet dan trampil

1 komentar:

Mk A enam mengatakan...

terima kasih infonya
Sofa Rotan