Sabtu, 24 November 2012

Tustianti Tularkan Ketrampilannya

Di-Pelabuhan-Cheng-Chau-Anty-berpacu-dengan-waktu

Masih terbilang muda, perempuan yang satu ini sudah punya cukup banyak pengalaman bekerja di negara lain. Anty, demikian sapaan akrap Tustianti, yang kelahiran Wonosobo, Jawa Tengah 19980 ini sudah merantau sejak 1997. Ia bekerja di Singapura (1997-1999), lalu di Taiwan (2001-2004), dan kemudian di Hong Kong (HK). Sempat gagal menyelesaikan kontrak kerjanya di Hong Kong, lalu kembali lagi ke Taiwan (2005-2007), dan kemudiaan kembali ke HK 2008 hingga sekarang.

Untuk mengisi hari liburnya di HK, Anty belajar di ISS (International Social Servis) yang berada di Wan Chai. Di sini dia belajar bahasa Inggris. Selesai belajar di ISS, ketika belibur bersama teman-teman ia melihat ada pelatihan bikin tas dari tali kor oleh BMI bernama Mbak Ning, dan dia tertarik untuk mencoba ikut belajar bikin tas tersebut. Ia benar-benar menyukai bidang kerajinan ini, sehingga dia mulai berinisiatif sendiri untuk menciptakan model-model anyaman tas yang baru.

Selain bikin tas dari tali kor dia pun pintar bikin tas dengan cara merajut.
”Dulu saya belajar bikin tas rajut dari Mbak Lusi Rose, tetapi hanya belajar sdikit, selebihnya saya pelajari lewat buku panduan merajut syal dan baju, tetapi bahan yang saya gunakan bukan benang rajut atau benang wol, melainkan semacam tali kor, hanya ukurannya yang lebih kecil,” tuturnya.

Keahliannya bikin tas tidak terbatas pada tas berbahan tali, melainkan ia juga trampil membuat tas dari plastik bekas bungkus kopi, bungkus mie, atau bungkus snack.

”Iya Mbak, karena saya ingin memanfaatkan sesuatu yang tak berguna seperti sampah sehingga menjadi barang berharga,” terangnya.

Di HK, Anty tinggal di daerah Cheung Chau, sbuah pulau kecil yang menyimpan keindahan pantai dan panorama alamnya. Banyak turis berkunjung ke Cheung Chau. Jika mau ke sana, kita bisa naik perahu dari pelabuhan Central menuju Cheung Chau dengan waktu tempuh sekitar 1 jam.

Anty memang ramah dan senang membantu, bahkan menjadi semacam pemandu wisata pula sewaktu saya berkunjung ke Cheung Chau. Diantarkannya saya berkeliling Cheung Chau, dan saya pun tahu bahwa nama Anty cukup familiar di pulau kecil ini. Banyak pemilik toko menyapanya ketika kami melintas. Ternyata mereka pernah memesan tas berbahan tali kor buatan Anty.

Selain menerima pesanan tas tali kor dan tas rajut, Anty juga membagikan ilmunya ke tmn-teman sesama BMI. Dia memberi pelatihan di sekitar rumah tempatnya bekerja di Cheung Chau, juga di luar Cheung Chau, yaitu di Wan Chai, tepatnya di atas pasar Wan Chai. Bagaimana dia membagi waktu?

”Untuk teman-teman yang di Cheung Chau biasanya saya mengajarinya tiap hari sewaktu saya dan mereka berbelanja ke pasar. Mereka sudah menunggu saya di taman dekat rumah, dan itu tidak lama karena waktu belanja kan sudah dibatasi majikan. Saya hanya kasih tahu kuncinya dan cara menganyamnya. Selebihnya saya suruh mereka mengerjakan di rumah, biar mereka belanjanya tak kelamaan,” jelasnya.

Nah, pada hari Minggu, dia mengajari teman-teman yang ada di Wan Chai. Ketika dari Cheung Chau saya bareng dia ke Wan Chai, sungguh saya nyaris pingsan karena jauhnya perjalanan. Dari pelabuhan Cheung Chau menuju pelabuhan Central, stelah itu jalan kaki skitar 20 menit menuju MTR Central, lalu naik MTR menuju Causeway Bay. Dari MTR Causeway Bay masih harus berjalan kaki sekitar 20 menit lagi untuk sampai di Pasar Wan Chai.

Mengapa Anty tidak naik bus saja dari Central ke Wan Chai?

”Aduh, kalau saya naik bus, berarti ongkosnya tambah lagi, sedang saya ngajari teman-teman tidak mematok ongkos tinggi. Kasihan nanti teman-teman ikut terbebani,” demikian katanya. Malahan, Anty menggratiskan ongkos pelatihan untuk membuat tas berbahan plastik bekas. Biasanya, mereka yang berlatih pun masing-masing sudah membawa bahannya.

”Insya-Allah, saya ingin mengajak orang-orang di desa saya untuk berkreasi, sehingga mereka bisa menambah pendapatan keluarga, sekaligus memanfaatkan waktu luang. Saya akan tetap membagikan ilmu saya ke semua orang,” ungkapnya mengenai keinginannya setelah kembali ke tanahair kelak. Ia juga ingin mengajak tetangga-tetangganya di Indonesia untuk mengelola sampah.

Sungguh, semangat kedermawanan seperti dimiliki Anty inilah yang akan mengubah dunia menjadi lebih atau semakin baik. [aqua gilr]

0 komentar: