Rabu, 18 Agustus 2010

Bukan Karyawan Biasa

Siapa bilang menjadi karyawan tak bisa membuat seseorang bisa mendapatkan celah guna mendapatkan uang lebih untuk tambahan kebutuhan rumah? Coba liat saja apa yang dilakukan Hadi Isnawan ini. Sekalipun setiap hari ia bekerja sebagai karyawan percetakan milik kakak iparnya, tapi ia juga bisa mendapatkan tambahan lebih dari sekedar karyawan biasa. Suami Sarinah ini bisa dibilang sebagai sosok pekerja keras. Dari sekitar pukul 8 pagi hingga sore ia bekerja pada usaha percetakan yang didirikan oleh kakak iparnya yang terletak di dearah Kendangsari gang XI Surabaya. Di sore harinya ia mencoba mencari kerja tambahan lagi. Memang, usaha yang digelutinya masih di bidang percetakan juga, dan masih menggunakan peralatan cetak milik kakak iparnya, namun untuk usahanya yang satu ini pendapatannya masuk ke kantong pribadinya sendiri. Bukan masuk ke CV milik kakak iparnya itu.

’’Kebetulan sama kakak ipar saya nggak apa-apa memanfaatkan mesin cetak miliknya, asal kerjaan saya sudah beres dan dilakukan diluar jam kerja saya,’’ kata Hadi.

Kebetulan kakak ipar Hadi sejak delapan tahun silam, mendirikan usaha percetakan yang sejak dulu sering menerima pesanan buku dari badan pendidikan dan pelatihan milik pemerintah Provinsi Jawa Timur. Hadi yang kala itu sudah bosan menjadi pekerja bangunan di ajak kakak iparnya untuk membantunya mengelola usaha sang kakak ipar tersebut. Seiring perjalanan waktu, setelah ia menikah sekitar empat tahun silam, ia berupaya mendapatkan uang tambahan di luar pekerjaannya sebagai karyawan sang kakak ipar tersebut. Maklum saja sebagai kepala keluarga, ia harus bertangung jawab memenuhi kebutuhan keluarganya.

’’Sebenarnya gaji dari kakak ipar saya lumayan juga. Tapi, kebutuhan saya semakin hari kan semakin bertambah. Apalagi sekarang ada anak yang harus minum susu setiap hari. Jadi saya harus berpikir untuk mencari tambahan,’’ katanya memberi alasan.

Untunglah ayah dari Dian Chandra Sheva Isnawan ini pandai mencari celah untuk orderan. Bila selama ini cetakan yang ia kerjakan berupa buku maka ia sekarang mencari orderan yang bukan buku.

’’Kakak saya sering terima pesanan cetakan buku dari diklat Jatim, jadi orderan ya paling banyak buku-buku pelatihan ataupun buku panduan aja. Terus saya pikir kenapa saya nggak coba membuat cetakan-cetakan lainnya? Saya bilang ke kakak ipar saya boleh nggak saya coba untuk membuat pesanan lainnya seperti kartu nama atau undangan gitu. Kata kakak ipar saya nggak apa-apa, ya sudah saya jalankan aja,’’ terang Hadi lagi.

Bergerilya

Maka, Hadi pun mulai bergerilya. Saat sang kakak ipar memintanya untuk belanja kertas untuk pesanan buku yang datang ke CV-nya, Hadi memanfaatkan moment itu untuk menanyakan pada toko tempat ia membeli kertas itu apa ia memerlukan pesanan buku untuk nota, sticker ataupun spanduk. Jika toko itu memerlukannya, maka ia menawarkan diri untuk membuatkannya. Kadang Hadi pun menyempatkan diri mengunjungi beberapa toko lainnya untuk menayakan apakah mereka mau pesan nota tau tidak. Usaha ini tak sia-sia. Pelan tapi pasti pesanan mulai berdatangan. Selain nota ataupun sticker Hadi juga mulai mencari pelanggan untuk memesan undangan pernikahan ataupun sunatan. Usaha ini juga membuahkan hasil. Hadi juga mulai menerima pesanan undangan pernikahan ataupun sunatan dari orang-orang yang ditemuinya saat belanja kebutuhan CV kakak iparnya itu.

Untuk memenuhi permintaan pelanggannya yang mana menginginkan bentuk kertas undangannya menarik kadang Hadi menyiasatinya dengan membeli kertas undangan yang sudah jadi terus dicetak di tempatnya.

’’Kalau untuk yang tinta hitam atau yang nggak pakai warna mesin cetak kakak ipar saya bisa. Tapi, kalau mintanya tinta yang warna, biasanya saya cetakan di tempat cetak lain aja,’’ terang Hadi.

Soal keuntungan besar yang bisa diraupnya dari usaha sampingan ini, menurut bapak satu anak ini tidak terlalu membuatnya terburu-buru untuk mendapatkannya. Menurutnya saat ini yang penting usaha masih bisa berjalan dengan terus, sudah menjadi hal yang disyukurinya. Soal untung besar, belum menjadi sesuatu yang ingin dikejarnya dalam waktu dekat ini. Ia sudah merasa cukup memperoleh keuntungan yang tidak terlalu besar namun orderan yang datang padanya selalu datang setiap hari.

’’Untuk undangan kadang tergantung harga kertasnya. Kadang kalau pelanggan minta undangan yang harganya sekitar Rp 2.500, itu biasanya harga kertas undangannya sekitar seribu rupiah. Keuntungan bisa dibilang nggak terlalu besar, kan nanti saya harus membelikan plastik buat sampul undangannya. Terus saya juga harus membelikan sticker buat nempel nama, terus saya juga harus setting tulisannya, beli lempengan cetakan juga. Jadi kalau dihitung-hitung keuntungan juga nggak terlalu besar,’’ terang Hadi.

Menunjukkan Hasil

Usaha yang ditekuni Hadi ini lambat-laun mulai menunjukkan hasil. Langganan-langganan yang dulu dilayani kini jadi kerap merekomendasikan saudara atau teman mereka untuk pesan undangan, nota ataupun membuat aneka brosur ke Hadi ini bila mereka ingin membuat undangan ataupun aneka keperluan tadi. Lantaran pesanan yang dilayaninya juga mulai meningkat maka waktu untuk bekerja pun mulai sedikit ekstra pula.

Kadang Hadi harus tidur mendekati jam 12 malam dan bangun menjelang subuh untuk segera menyelesaikan orderan undangan, nota ataupun brosur yang datang padanya itu. Meski lelah, pria kelahiran Blitar ini berusaha keras memenuhi permintaan pelanggannya tepat waktu. Sebab jika pelanggan kecewa atas layanannya menurutnya itu bisa jadi boomerang yang mempengaruhi orderan yang akan datang padanya dibelakang hari kelak. Itu sebabnya ia berusaha kerja tepat waktu. Rasa lelah itu terbayar sudah manakala semua orderan selesai tepat waktu dan pelanggan segera melunasi pembayaran pesanannya itu.

Kini hasil kerja sampingannya itu sedikit demi sedikit terlihat hasilnya. Uang dari kerja sampingan ini bisa dipakai Hadi sebagai tambahan membeli seekor sapi yang kini ada di rumah orang tuanya di Blitar sana. Selain itu ia juga bisa membeli sebuah sepeda motor pula meski dengan cara menyicilnya.

’’Insya Allah tiga bulan lagi cicilan sepeda motor ini habis. Ini semua berkah dari Allah. Buat saya ini patut untuk disyukuri. Karena semua kerja keras itu kalau ditekuni dengan telaten dan sabar akan membuahkan hasil yang baik,’’ ujar pria yang kini sedang menabung agar bisa membeli rumah KPR ini. [niken anggraini]

1 komentar:

Berbagi Ilmu Pengetahuan mengatakan...

kunjungan perdana d blog ini :D

salam hangat selalu dr Blog'e Cah Nganjuk dan sukses utk blog ini :)